Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebencian Aluna pada Monika
Pagi ini, Adnan dan Monika sudah siap untuk pergi ke kantor. Mereka menuruni anak tangga dan berjalan sampai ke ruang makan.
"Selamat pagi Aluna," sapa Monika setelah dia sampai di meja makan.
Aluna yang disapa, hanya melirik sekilas ke arah Monika. Setelah itu dia melanjutkan memakan roti dan minum susu.
Aluna bangkit dari duduknya.
"Aluna, kamu mau ke mana?" tanya Adnan.
"Aku mau berangkat sekolah Pa," jawab Aluna dengan wajah tampak kesal.
"Kamu mau berangkat sekolah sama siapa? papa dan mama Monika aja belum sarapan."
"Aku bisa kok Pa, berangkat sekolah sendiri naik sepeda."
"Aluna, kamu nggak pernah berangkat sendiri naik sepeda. Kamu selalu berangkat bareng Papa. Papa nggak suka kamu naik sepeda sendiri ke sekolah. Sekolah kamu itu jauh Aluna. Nanti kamu capek kalau naik sepeda."
"Tapi aku bisa kok Pa berangkat sendiri. Karena aku nggak mau berangkat bareng Tante Monika."
Adnan dan Monika terkejut saat mendengar jawaban dari Aluna.
"Aluna, jangan seperti itu. Tante Monika sekarang sudah jadi ibu kamu. Kamu harus hormati dia. Dan mulai sekarang, kamu jangan panggil Tante lagi. Kamu harus belajar panggil Tante Monika Mama," ucap Adnan menegaskan.
"Tapi aku nggak mau punya Mama baru Pa. Aku cuma pengin Mama Mila aja," cetus Aluna.
"Aluna, kamu bicara apa?!" Rupanya ucapan Aluna membuat Adnan emosi.
Adnan mengepalkan tangannya geram sembari menatap Aluna tajam. Sementara Monika, hanya bisa mengusap-usap dada bidang Adnan, mencoba untuk menenangkan hati Adnan.
Keributan Aluna dengan Adnan terdengar sampai ke dapur.
Bu Retno yang sejak tadi masih berkutat di dapur, buru-buru melangkah ke ruang makan untuk melihat keributan apa yang terjadi di sana.
"Ada apa ini Adnan?" tanya Bu Retno.
Adnan menatap ibunya lekat.
"Aluna susah sekali dibilangin Bu. Masa dia nggak mau panggil Monika Mama. Dia masih panggil Tante aja," jelas Adnan.
Bu Retno menghela nafas dalam dan tersenyum.
"Sabar Adnan, namanya juga belum terbiasa. Lama-lama juga nanti Aluna akan terbiasa. Iya kan Aluna."
Aluna mengangguk. Matanya tampak berkaca-kaca saat Adnan memarahinya.
"Nek, aku mau naik sepeda aja berangkat sekolahnya. Aku nggak mau bareng Papa."
"Ya udah kalau Aluna mau berangkat sendiri. Tapi hati-hati ya," ucap Bu Retno.
Sebisa mungkin Bu Retno mencoba untuk membela Aluna di depan Adnan dan Monika. Dia tidak mau, membuat sedih cucu kesayangannya.
"Adnan sudahlah, biarkan Aluna itu naik sepeda sendiri. Ibu yakin, Aluna bisa kok berangkat sendiri. Aluna kan sudah gede."
"Tapi Bu, aku khawatir kalau Aluna berangkat sendiri. Biasanya kan dia sama aku. Pulang juga aku yang jemput."
"Sudahlah Adnan. Biarkan saja. Biar Aluna mandiri."
"Ya udahlah terserah Aluna saja, " ucap Adnan..
Akhirnya Adnan membiarkan anaknya berangkat sendiri naik sepeda.
****
Bel istirahat berbunyi. Aluna keluar dari kelasnya. Aluna menatap ke arah gerbang sekolah. Aluna terkejut saat dia melihat sosok ibunya sedang berdiri di depan sekolahnya. Aluna tersenyum sembari berlarian menghampiri ibunya.
"Mama," ucap Aluna setelah berada di dekat Mila.
Mila menoleh ke belakang. Mila tersenyum saat melihat Aluna sudah berada di belakangnya.
"Aluna," ucap Mila sembari berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Aluna.
"Apa kabar sayang?" tanya Mila.
"Baik Ma," jawab Aluna singkat.
"Aluna, Mama kangen banget sama kamu sayang," ucap Mila. Dia lantas memeluk tubuh Aluna dengan erat.
"Mama, aku juga kangen sama Mama. Mama kemana aja. Kenapa Mama nggak pernah datang ke sini," ucap Aluna di dalam pelukan ibunya.
Mereka berpelukan sembari menangis haru. Sudah lama mereka tidak pernah berjumpa. Karena baru kali ini, Mila mendatangi sekolah Aluna lagi setelah lama dia menghilang dari kehidupan Adnan dan Aluna .
Mila melepas pelukannya sembari mengusap-usap air matanya. Dia kemudian memegang ke dua bahu anaknya dan menatapnya lekat.
"Maafin Mama ya sayang. Mama akhir-akhir ini lagi sibuk banget. Mama ke sini juga cuma mampir."
"Mama emang mau ke mana?"
"Sebenarnya, Mama mau ke Supermarket nganterin Bu Suci. Tapi Mama kangen sama kamu. Jadi Mama mampir dulu ke sini."
Aluna meneteskan air matanya. Dia kemudian meraih tangan Mila dan menggenggamnya erat.
"Ma, boleh nggak aku ikut Mama. Aku pengin tinggal bareng Mama. Aku nggak mau Ma, tinggal bareng papa. Papa sekarang udah nikah sama Tante Monika. Dan aku nggak suka Papa nikah sama Tante Monika."
Mila terkejut saat mendengar ucapan anaknya.
"Kenapa kamu nggak suka sama Tante Monika?" tanya Mila.
"Karena Tante Monika itu jahat."
"Jahat gimana?"
"Dia sering banget marahin aku dan bentak-bentak aku."
"Kenapa kamu nggak ajak anak kamu saja ke rumah ibu Mil," ucap Bu Suci tiba-tiba.
Mila menatap Bu Suci dan bangkit berdiri.
"Bu Suci."
"Anak kamu itu kan pengin ikut sama kamu. Kenapa kamu nggak ajak dia tinggal dengan kita."
"Tapi Bu. Aku nggak mau ngerepotin ibu dan Mas Zaki."
"Ibu dan Zaki nggak merasa direpotin kok kalau kamu bawa anak kamu tinggal di rumah kami. Karena di rumah kami juga tidak ada anak kecil. Malah rame kalau ada anak kamu tinggal di rumah ibu."
"Tapi aku harus izin dulu sama Mas Adnan dan Bu Retno. Aku nggak mungkin mengajak Aluna tanpa izin mereka."
"Lho, kamu itu kan ibunya. Seharusnya, kamu yang lebih berhak untuk mengurus Aluna dari pada Adnan."
"Tapi Mas Adnan sudah mengambil hak asuh Aluna Bu."
"Ya kamu bisa dong ambil kembali hak asuh kamu. Kamu jangan mau kalah dong sama mantan suami kamu. Aluna aja pengin ikut tinggal sama kamu."
Aluna sejak tadi masih menatap Bu Suci dan Mila lekat. Aluna sangat berharap, kalau Mila mau mengajaknya pergi.
Aluna sudah tidak suka dengan Monika sejak dulu. Karena Aluna sudah tahu bagaimana watak dari ibu tirinya itu.
"Mama, boleh ya aku ikut Mama!" Aluna masih memohon agar Mila mau membawanya pergi.
"Mama, aku takut sama Tante Monika. Dia itu nggak pernah sayang sama aku. Dia galak banget Ma," lanjut Aluna.
Mila dan Bu Suci saling menatap.
"Mila, ajak saja anak kamu. Kasihan dia Mil. Ibu nggak tega melihat anak kamu," ucap Bu Suci.
Mila menghela nafas panjang. Tanpa banyak berfikir, akhirnya Mila mengiyakan saja ucapan Bu Suci untuk membawa Aluna pergi.
"Baiklah, kamu boleh ikut Mama. Tapi kamu harus izin dulu ya sama guru kamu. Karena sekarang kan belum waktunya pulang."
"Iya Ma."
Sebelum pergi, Mila masuk ke dalam sekolah Aluna untuk izin pada guru Aluna. Setelah guru Aluna mengizinkan, Mila kemudian mengajak Aluna pergi meninggalkan sekolahnya.
Aluna, Bu Suci dan Mila berjalan untuk sampai ke mobil yang terparkir di depan sekolah. Setelah sampai, mereka bertiga masuk ke dalam mobil itu. Mereka kemudian meluncur pergi meninggalkan sekolah Aluna.
"Aluna, kenapa kamu nggak suka sama Tante Monika?" tanya Mila pada anaknya.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^