NovelToon NovelToon
Tangis Dan Doa Dalam Kegelapan

Tangis Dan Doa Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Ibu Tiri / Selingkuh / Janda / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:822
Nilai: 5
Nama Author: Queen_Fisya08

Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Wibisono duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka

Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja

Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.

Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Pertemuan Yang Meledak

Pagi itu terasa berat bagi Raisa, mata bengkaknya disembunyikan dengan riasan tipis, tapi hatinya masih terasa nyeri...

Sejak bangun, ia sudah tahu bahwa hari ini akan menjadi hari penuh tekanan: hari di mana ia harus bertemu dengan Desi, wanita yang sejak awal mengusik rumah tangganya..

Kevin menyuruhnya bersiap pukul delapan, namun Raisa bahkan sudah bangun sejak subuh dan mengerjakan kewajiban dua rakaat nya sebelum ia bersiap-siap..

"Sayang, sudah siap?” Kevin memanggil

"Sebentar ya mas.” Suaranya terdengar datar..

Mereka berdua berangkat dalam suasana hening. Kevin berkali-kali melirik Raisa, ingin menjelaskan, ingin meminta maaf, tapi setiap kali bibirnya terbuka, Raisa menghindar, mobil melaju membawa mereka menuju rumah besar milik Bu Arum...

***

Di Rumah Bu Arum..

Rumah yang biasanya sederhana dan hangat itu terasa berbeda pagi ini, sepi, tegang, seperti menyimpan badai yang siap meledak.

Bu Arum dan Pak Anwar sudah menunggu di ruang tamu. Namun tampak jelas dari wajah Bu Arum bahwa ia gelisah sejak semalam.

Baru dua menit duduk, suara pintu depan terbuka.

Desi masuk berpakaian rapi dengan gaun mewah tone pastel, makeup sempurna, rambut tertata seperti hendak menghadiri pesta formal, di belakangnya, Laras dan Dewi berjalan dengan wajah pucat dan mata sembap, seolah baru menangis sepanjang malam..

"Assalamualaikum, Bu… Pak…” suara Desi lembut namun sarat kepalsuan...

Tak begitu lama Raisa dan Kevin pun tiba di sana, Kevin menggandeng tangan Raisa..

Suasana langsung berubah...

Sudah lama rumah itu tidak pernah sesak dan berisik, tetapi yang paling mencekik bukanlah banyaknya orang, melainkan semua beban dan intensi tersembunyi yang memenuhi udara..

Bu Arum mempersilakan semua duduk.

“Aku dan anak-anak… hanya ingin menyampaikan semuanya secara baik-baik…” Desi memulai percakapan

Laras mulai menangis. Dewi ikut menunduk sambil sesenggukan.

Raisa menguatkan dirinya....

"Ya Allah… kuatkan aku"

“Desi, kita tidak mau ada kebohongan lagi. Katakan apa yang terjadi.” ucap pak Anwar sambil menarik nafas panjang

Laras mendongak, lalu memandangi Kevin sambil terisak..

"Ayah… kenapa Ayah tega menstop uang sekolah kami? Kami sampai tidak makan karena Mama tidak punya uang…” ucap Laras sinis kepada ayahnya

Raisa menoleh cepat. Ia tahu itu tidak benar.

Kevin menghela napas..

“Laras, Dewi… itu tidak benar, ayah”

Namun Dewi memotong cepat...

“Ayah… sejak Ayah menikah sama dia… Ayah berubah!”

Raisa terdiam, menahan dirinya agar tak bereaksi.

“Nyai… maaf… Kami sudah berusaha terima Raisa… tapi dia galak… dia marah-marah sama kami, Nyai, pada saat kami datang dan pada saat aku telpon ayah akan tetapi dia yang angkat dan memarahi kami…” ucap Laras sambil melihat ke arah nyai nya

Semua mata tertuju pada Raisa, ia meremas ujung rok gamisnya, menahan degup jantung yang mulai memanas dan menahan sebuah amarah...

"ni fitnah" ucap ku, belum sempat ku jelaskan mas Kevin menggenggam tangan dan menyuruh ku untuk sabar

Desi ikut menangis, suaranya bergetar namun jelas dibuat-buat...

“Saya sudah bilang ke mereka untuk tidak menyalahkan Raisa… tapi sepertinya… mereka tertekan, Bu ”

Bu Arum mengernyit, mulai goyah, pak Anwar diam, menunggu...

Desi melanjutkan dengan suara patah, “Mereka bilang… Raisa bentak mereka… dan bilang mereka beban… Apakah itu benar, Raisa? Kamu membentak mereka pada saat mereka ingin bertemu dengan ayah mereka”

Raisa mengangkat wajah perlahan.

Matanya panas.

Suara hatinya menjerit.

Namun ia harus bicara.

"Tidak... Aku tidak pernah membentak mereka, tidak pernah memanggil mereka dengan kata kasar, yang aku lakukan hanya menegur mereka untuk bicara sopan terhadap orang yang lebih tua dari mereka karena mereka tidak pernah di ajarkan untuk itu, yang kamu ajarkan dan kamu tanamkan kepada mereka hanyalah ke bencian untuk membenci.. sampai kemarin guru BK mereka telpon aku, dan bilang mereka selalu buat ulah di sekolah, susah di atur dan selalu buat keributan di sekolah, apakah itu yang kamu ajarkan selama enam bulan terakhir kepada kedua putri mu Desi .” ucap Raisa tenang tapi tajam

Laras dan Dewi langsung memasang wajah tidak percaya...

“Lihat, Nyai, engkong, ayah, dia memfitnah kami dan memfitnah mama!” teriak Dewi..

“Kami tidak pernah melakukan itu!” ucap Laras sambil mengangguk dramatis

Desi memegang lengan Laras dan Dewi, pura-pura menenangkan...

“Sabar, sayang… sabar… biarkan ibu tiri mu itu memfitnah kita sayang" ucap Desi

Raisa merasa dadanya menghimpit, ingin menjelaskan semuanya, namun ia tahu tidak ada gunanya, mereka sedang bermain skenario sempurna, dan Desi sudah mengatur kedua putri nya sedemikian rupa..

“Kenapa… kamu tidak pernah cerita hal ini pada Ibu, nak Raisa” ucap Bu Arum sambil menatap Raisa

"Karena aku tidak ingin mengadu, Bu…” ucap Raisa lirih..

"Bohong... Karena dia berbohong Nyai, kami bukan anak kecil lagi Nyai, kami sudah dewasa" Ucap Laras dengan sorot mata yang sangat tajam dan sangat membenci Raisa

Pak Anwar mulai memahami ada hal yang tidak jujur dari pihak Desi, namun sebelum ia bicara, Desi kembali mendahului...

“Bu, Pak… saya tahu, dulu saya bukan istri yang sempurna untuk Kevin, saya menerima kalau dia sudah menikah lagi, tapi tolong… jangan sakiti hati anak-anak ku, mereka sekarang sudah beranjak dewasa" ucap Desi dengan lirih yang di buat-buat

Itu pancingan dan mereka berhasil, memainkan peran mereka..

Laras dan Dewi menangis lebih kencang...

"Ayah… sebenarnya kami ingin sekali tinggal sama ayah lagi tapi kami tidak mau tinggal bersama wanita licik itu, tolong ayah jangan biarkan, kami tinggal sama ibu tiri yang jahat seperti istri ayah itu, kami takut ayah" ucap Laras yang menangis di buat-buat semacam orang ketakutan..

Raisa berusaha tetap kuat dan menahan air mata yang ingin jatuh...

"Aku tidak boleh menangis lagi untuk mereka" gumam raisa

Kevin bangkit dari tempat duduknya... “Cukup!”

Semua menoleh, kevin menatap Laras dan Dewi dengan mata memerah...

"Ayah tidak pernah menyetop uang kalian, ayah berusaha tanggung jawab penuh terhadap masa depan kalian, tapi tidak melalui mama kalian karena wanita yang kalian sebut Mama itu menggunakan uang itu untuk hal lain, hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, dan wanita yang kalian sebut ibu tiri jahat tetapi sebaliknya selalu memperjuangkan kalian" tegas Kevin

Desi kaget dan tidak percaya kalau Kevin bisa bicara seperti itu di depan kedua putrinya

“Kevin! Kamu menuduh aku begitu saja?!” ucap Desi yang terlihat marah..

Kevin mengabaikannya dan menatap dua putrinya....

“Ayah bisa minta bukti dari sekolah kalian, tunggakan enam bulan… apa itu juga salah mama sambung kalian yang kalian sebut ibu tiri yang jahat, di mana sopan santun kalian yang ayah, nyai dan engkong ajarkan selama ini, semua itu hilang dalam hitungan bulan?” tegas Kevin

Laras terdiam dan Dewi menunduk.

Namun Desi cepat menyambar...

“Kalau pun benar… itu bukan kesalah aku. Aku harus bayar ini itu. Kamu kira gampang membesarkan anak-anak sendirian?” ucap Desi yang tidak mau di salah kan...

"Bayar ini, bayar itu, hanya untuk keperluan kamu sendiri Desu, kamu hanya memanfaatkan aku dan kedua putri ku" ucap Kevin dengan tatapan yang sangat tajam

"Lihat Bu, anak ibu Kevin selalu menyalahkan aku padahal Laras dan Dewi yang meminta tinggal bersama ku" ucap Desi pura-pura sedih

Raisa menatap Kevin, menunggu suaminya memilih dan Kevin memilih..

Dengan suara tenang namun tegas ia menatap ibunya, bukan Desi.

“Bu… aku sudah pikirkan. Laras dan Dewi… akan tinggal bersama ku”

Ruang tamu langsung membeku.

"Tidak mau!!!” teriakan Laras memecah udara.

Dewi bangkit sambil gelisah...

“Ayah jahat!”

“Kevin! Kamu tidak bisa paksa mereka!” Desi pura-pura panik

Kevin menatap putri-putrinya lembut namun tegas..

“Ayah ingin memperbaiki semuanya, ayah tidak mau kalian bohong lagi… atau dihasut lagi.”

Desi terkejut dan langsung tersinggung.

“Hausut?! Kamu menuduh aku lagi?!”

“Iya, karena itu fakta" jawab Kevin

Ruangan meledak dengan teriakan Desi.

."Aku ibu dari anak-anakmu! Aku berhak membenci istrimu yang merebut kamu dari aku!” teriak Desi

"Merebut kata mu, aku tidak pernah merebut mas Kevin dari tangan mu, kamu yang meninggal kan mas Kevin dan meminta untuk bercerai dari mas Kevin lalu pergi dengan selingkuh mu" tegas Raisa yang membuat Desi semakin berang dan ingin menampar nya...

"Tutup mulutmu Raisa" ucap Desi yang sudah geram dan mengangkat tangan nya menampar Raisa akan tetapi Raisa dengan sigap menangkap tangan nya..

"Aaaaaawwww" teriak Desi kesakitan

"Sudah berapa kali ku bilang, aku tidak akan takut dengan mu dan tangan mu tidak akan bisa menyentuh ku" ucap Raisa yang membuat Laras dan Dewi berteriak memanggil mama nya dan memeluk nya...

"Lihat kan nyai, ayah istri ayah itu jahat" teriak Laras

Bu Arum akhirnya bangkit.

"Desi! Sudah! Rumah ini bukan untuk bertengkar!” ucap Bu Arum tegas

Suasana makin tegang...

"Tapi Bu, wanita ini, yang sudah berbuat kasar terhadap ku, di depan putri ku dan wanita ini juga yang memfitnah aku" ucap Desi yang meminta pembelaan dari Bu Arum..

"Aku berbuat kasar dan memfitnah mu... Hahaha" Raisa tertawa, membuat semuanya terdiam dan tidak percaya kalau Raisa bisa seberani itu..

"Kamu yang mau menampar ku dan kamu yang dari tadi memfitnah ku, sekarang kamu yang merasa tersakiti dan meminta pembelaan dari semua orang" lanjut Raisa sambil menepuk tangan...

"Sudah, sudah, cukup" teriak Kevin

"Laras, Dewi ikut ayah, ayo kita pulang" ajak Kevin

"Tidak ayah, kami tidak mau ikut ayah, selagi ayah tetap bersama wanita itu, kami tidak mau tinggal bersama ayah" ucap Laras

"Kami lebih baik kembali tinggal bersama nyai dan engkong saja disini" lanjut Dewi

Raisa bangkit dan menatap ke arah Laras..

"Aku tidak perduli lagi, kalian mau membenci ku dan mau menerima ku atau tidak, aku sudah tidak perduli lagi untuk hal itu" ucap Raisa sambil melangkah keluar dan pergi...

Kevin hanya terdiam ketika Raisa bicara seperti itu dan ia tidak mengejar ketika Raisa pergi, kaki nya seakan berat tanpa sebab...

Desi tersenyum puas melihat Raisa pergi begitu saja..

1
Setsuna F. Seiei
Tidak hanya cerita, tetapi juga pengalaman hidup. 🤗
•°ꫀꪜꪖ°•
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
kappa-UwU
Seru abis 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!