NovelToon NovelToon
ACADEMY ANIMERS I : The Silence After The Pen Drops

ACADEMY ANIMERS I : The Silence After The Pen Drops

Status: tamat
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Isekai / Persahabatan / Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Tamat
Popularitas:35
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Subpoena

Di tengah istana yang sejuk, Riana merebahkan diri di sofa beludru, menikmati ketenangan sore setelah urusan kerajaan yang melelahkan. Ia sedang memandangi langit-langit yang dihiasi relief kuno ketika ponsel kerajaannya bergetar, menampilkan notifikasi dari aplikasi pesan.

Ia menggeser layar, dan obrolan pribadi pun terbuka.

Evelia: "Riana, ini aku Evelia."

(Terakhir Dilihat: Sekarang)

Riana sedikit terkejut. Evelia, kekasih Kakaknya, Indra, jarang sekali menghubunginya langsung dan selalu melalui Indra. Terlebih, nada pesannya terasa sedikit tegang.

Riana: "Eh...? Kak Evelia..? Ada apa? Tumben sekali Kakak chat aku."

(04:35 PM)

Ada jeda singkat, sekitar sepuluh detik, yang terasa canggung. Kemudian, pesan Evelia masuk lagi, kali ini lebih mendesak, seolah dia mengetik dengan terburu-buru.

Evelia: "Riana, aku minta tolong sekali. Tolong… segera suruh Indra untuk menjemputku di kota Ranox. Ku mohon... Sekarang juga."

(04:36 PM)

Riana langsung duduk tegak. Kota Ranox adalah kota perbatasan yang sibuk dan dikenal memiliki reputasi yang... abu-abu. Jaraknya lumayan jauh.

Riana: "Ranox?! Memangnya Kakak disana sedang apa? Itu kan jauh sekali, dan kenapa tidak langsung telepon Kak Indra saja?"

(04:37 PM)

Jeda semakin panjang. Riana melihat ikon di atas obrolan menunjukkan Evelia sedang mengetik... lalu berhenti... lalu mengetik lagi. Rasa penasarannya berubah menjadi kekhawatiran.

Evelia: "Aku..."

(04:38 PM)

Evelia: "Aku sedang Reuni dengan teman-teman lamaku. Tiba-tiba acaranya selesai lebih cepat, dan ini... agak mendesak."

(04:38 PM)

Evelia: "Intinya tolong beritahu kakakmu untuk menjemputku di kota Ranox sekarang. Titik di titik koordinat 15-B. Bilang padanya jangan tunda! Aku tunggu kabar dari Indra."

(04:39 PM)

Setelah pesan terakhir itu terkirim, ikon status Evelia berubah seketika. Dari 'Online' menjadi 'Offline'. Ia menghilang begitu saja.

Riana: "Eh Kak Evelia?!"

(04:39 PM)

Riana: "Kak, koordinat apa ini?! Kenapa tiba-tiba offline??"

(04:39 PM)

Riana: "Kak!!!"

(04:40 PM)

Pesan-pesan Riana hanya terkirim, tanpa ada balasan, membuat firasatnya memburuk. Reuni di Ranox? Itu alasan yang paling lemah dan paling aneh yang pernah ia dengar. Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi.

Riana segera bangkit, mencari Kakaknya, Indra, dengan jantung berdebar. Ia tahu, sebuah masalah serius telah memasuki istana mereka melalui pesan singkat ini.

.

.

.

.

Riana melompat dari sofa beludru, ponsel di tangannya terasa dingin dan berat. Ia tidak membuang waktu untuk berpikir; ia harus mencari Indra, kakaknya, yang kini mungkin sedang di perjalanan atau, lebih buruk lagi, tidak terjangkau.

Ia bergegas keluar dari ruang santai, menyusuri koridor marmer yang dihiasi lukisan para leluhur. Di ujung lorong, ia melihat sosok bibinya, Helena, yang sedang memeriksa susunan bunga di vas kristal, tampak tenang dan anggun seperti biasa.

"Bibi Helena!" seru Riana, langkahnya berubah menjadi lari kecil.

Helena menoleh, senyumnya selembut sutra. "Ya, Riana? Ada apa? Kau terlihat seperti baru melihat hantu."

"Kak Indra... Di mana Kak Indra?" tanya Riana, napasnya tersengal.

Helena kembali merapikan kelopak mawar. "Indra? Oh, dia bilang mungkin akan pergi sebentar. Ada urusan mendadak, katanya. Mungkin dia pergi ke kerajaan lain untuk bertemu dengan temannya. Kau tahu, urusan pria." Nada suara Helena begitu positif dan santai, sama sekali tidak mencerminkan kekhawatiran Riana.

"Kerajaan lain? Dia tidak bilang padaku!" Riana mendesis frustrasi. Ia segera menarik ponselnya, membuka kontak Indra, dan mulai menekan tombol panggil berulang kali.

Tut... Tut... Tut... Tidak terangkat.

Tut... Tut... Tut... Panggilan diabaikan.

Tut... Tut... Tut... Langsung masuk ke kotak suara.

Riana memanggilnya, lagi dan lagi, tanpa jeda. Kepanikan yang disebabkan oleh pesan aneh Evelia kini bercampur dengan kemarahan karena Indra tidak menjawab.

"Angkat! Kumohon, angkat teleponnya!" gumam Riana, matanya terpaku pada layar.

"Riana, sudah. Hentikan."

Suara itu datang dari belakang, lembut dan menenangkan seperti alunan harpa air. Itu adalah Raina, adik perempuannya, yang baru saja tiba. Raina berjalan mendekat, aura di sekitarnya seolah meredakan setiap ketegangan di udara.

Raina meraih lengan Riana dengan hati-hati. "Kak Riana. Kau gemetar. Tarik napas."

Riana berbalik, air mata frustrasi hampir jatuh. "Tapi, Raina! Kak Evelia... Dia mengirim pesan dari Ranox. Dia bilang minta dijemput, terus tiba-tiba offline dan Kak Indra malah menghilang entah ke mana. Ranox itu tempat yang berbahaya!"

Raina memegang kedua bahu kakaknya.

"Aku tahu, Kak. Tapi panik tidak akan membuat panggilan Kak Indra tersambung. Biarkan dia tenang dulu. Panggilanmu yang bertubi-tubi pasti membuatnya sibuk dan semakin sulit untuk mengangkatnya. Ceritakan padaku, pelan-pelan. Kita akan cari tahu apa yang terjadi."

Mendengar suara lembut dan logis adiknya, detak jantung Riana yang sempat brutal perlahan melunak. Ia menahan ponselnya yang masih mencoba menelepon, dan mulai bercerita. Bibinya, Helena, hanya memandang mereka berdua dengan alis terangkat, bingung dengan drama yang terjadi.

"Ranox, ya?" gumam Raina, mendengarkan cerita Riana. "Itu dekat dengan perbatasan yang sedang bermasalah, bukan?"

Riana mengangguk, kekhawatiran baru menyusup ke pikirannya. "Ya. Itu benar."

Raina (Adik Riana) merangkul bahu Riana. Matanya memancarkan keyakinan yang menular.

"Kak Evelia itu wanita yang kuat dan cerdas. Dia tidak akan mengirim pesan seperti itu jika dia tidak yakin bisa bertahan sebentar," ucap Raina dengan suara menenangkan, tangannya menepuk lembut bahu Riana. "Dia pasti bisa mengatasi masalah kecil di Ranox. Kita sudah memberitahu Kak Indra—meskipun dia tidak menjawab—sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu dan berharap. Semoga dia baik-baik saja."

Mendengar ketenangan adiknya, ketegangan di pundak Riana perlahan mengendur. Ia mengangguk pelan, mengakui kebenaran dalam kata-kata Raina.

"Kau benar, Raina," jawab Riana. Ia menghela napas panjang, mengeluarkan semua kekhawatiran yang menyesakkan. "Aku hanya terlalu panik."

Ia kemudian kembali berjalan lesu menuju sofa di ruang santai, mencoba menenangkan diri dan meletakkan kembali ponselnya.

Sementara Riana berusaha mendapatkan ketenangannya kembali, Raina melepaskan pelukan itu. Ia memutuskan untuk memberikan ruang bagi kakaknya. Raina lalu melangkahkan kaki perlahan, keluar dari ruang santai dan menuju ruang utama istana yang berfungsi sebagai Ruang Tahta.

Ruangan itu telah direnovasi besar-besaran beberapa waktu lalu. Raina berjalan mengelilingi pilar-pilar batu kristal yang kini dihiasi ukiran timbul, melambangkan Lima Kerajaan yang terjalin erat. Lantai marmer gelap kini memantulkan cahaya dari jendela tinggi, menambah kesan megah dan kokoh.

Raina menyentuh dinding yang baru. Setiap detail renovasi seolah menegaskan kemakmuran dan kestabilan yang dibawa oleh persahabatan antar-pemimpin. Semuanya terlihat begitu kokoh dan baru, pikirnya. Semoga saja fondasi persahabatan itu juga sekokoh renovasi ini, dan tidak roboh hanya karena masalah kecil di perbatasan.

Ia kembali ke pusat ruangan, mengagumi simbol keseimbangan yang terpahat di atas singgasana utama, tanpa menyadari bahwa di saat yang sama, di Khayangan, permainan para Dewa sudah dimulai dan menyasar tepat pada fondasi kokoh yang sedang ia kagumi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!