di dunia zentaria, ada sebuah kekaisaran yang berdiri megah di benua Laurentia, kekaisaran terbesar memimpin penuh Banua tersebut.
tapi hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, pada saat malam hari menjelang fajar kekaisaran tersebut runtuh dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.
Kenzie Laurent dan adiknya Reinzie Laurent terpaksa harus berpisah demi keamanan mereka untuk menghindar dari kejaran dari seorang penghianat bernama Zarco.
hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, kedua pangeran itu memiliki jalan mereka masing-masing.
> dunia tidak kehilangan harapan dan cahaya, melainkan kegelapan itu sendiri lah kekurangan terangnya <
> "Di dunia yang hanya menghormati kekuatan, kasih sayang bisa menjadi kutukan, dan takdir… bisa jadi pedang yang menebas keluarga sendiri <.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDAFTAR SEBAGAI MURID BARU
Pagi hari telah datang.
Matahari bersinar terang menyoroti mataku.
Perlahan aku bangun dari tidurku dan melihat Rava dan Liera sudah bersiap.
Mereka tampak bersemangat untuk kembali ke penginapan Sapphire Moon, tempat kami meninggalkan barang-barang.
Aku bergegas bangun dan segera mengajak mereka kembali ke kota.
Di bawah pohon, Wulan duduk berdiam diri menungguku, seolah ia adalah pelindung bayangan yang tak pernah jauh dari kami.
----------------
Di penginapan Sapphire Moon, suasananya terasa berbeda.
Kami berkumpul di meja makan sederhana—suasana nya begitu penuh keceriaan, berbeda dari hari biasanya, yang kami lakukan seperti beberapa hari lalu.
Wulan menatapku, kemudian ia berkata
"Kenzie, kuharap kamu tidur nyenyak semalam"
"Karena hari ini adalah hari ujian pendaftaran, sebagai murid di Sekte Gunung Langit"
"Ini bukan lagi latihan biasa yang kamu lakukan di pegunungan"
"karena disana kamu pasti melihat politik, persaingan, dan seseorang yang memiliki dukungan dari belakang"
"Walaupun kamu memiliki latar belakang yang istimewa, tapi.... Kamu harus merahasiakan identitasmu"
Aku mengangguk
Dan aku paham tentang itu.
Rava dan liera mendengar perkataan wulan tapi mereka tidak memberikan reaksi apapun
Aku melirik kearah mereka, dan aku melihat mereka sedang sibuk dengan makanan yang ada di meja makan.
Aku merasa lega karena mereka tidak bertanya mengenai hal itu.
Berikutnya adalah langkah maju yang harus kulalui untuk melampaui kekuatan zarco.
Aku harus memanfaatkan sekte gunung langit untuk mengasah kemampuan baru
Ki yang kini patuh, dan pikiran yang lebih tenang membuat diriku bisa melangkah lebih jauh lagi.
----------------
Stelah itu kami melangkah meninggalkan kota Elyndor.
Kami berjalan menuju kaki Gunung Langit yang jaraknya tak jauh dari kota
Kami akhirnya sampai dan melihat puncak gunung diselimuti kabut biru, terlihat sangat agung dan dingin.
Ketika kami tiba di Gerbang Sekte, gerbang itu menjulang tinggi, diukir dengan simbol Bunga maple yang elegan.
Ratusan calon murid sudah berkumpul, semuanya gugup dan penuhi dengan harapan.
Wulan berhenti tepat di depan gerbang utama.
Ia menyuruhku mengeluarkan token kayu putih itu dari saku-ku, dan aku memegangnya dengan serius.
“Token ini,” kata Wulan, menatapku, “adalah tiket emas"
"Aku sudah bilang, ini akan membuatmu lolos tanpa seleksi awal, tapi aku harus memberitahumu satu hal: token ini hanya berlaku untuk satu orang."
"dan token ini akan meloloskan pemegangnya dari Ujian Tahap Pertama.”
Aku menoleh ke arah Rava dan Liera.
Liera adalah yang paling lemah di antara kami; ia lebih cepat kehabisan tenaga.
Di ujian ini aku tidak terlalu membutuhkan token ini lebih baik aku memberikan token ini kepadanya
Aku segera mengambil keputusan. Token ini langsung kuberikan kepada Liera.
“Liera, gunakan ini,” kataku, tanpa keraguan.
“Tahap pertama adalah tentang ketahanan. Kamu perlu menyimpan energimu untuk Ujian Tahap Kedua yang akan lebih menguras fisik.”
Liera terkejut. “Tapi, Kenzie, ini kan milikmu, seharusnya kamu yang menggunakan nya!”
“Kita adalah tim,” sahutku, menatapnya lurus.
“Aku sudah menjalani pelatihan yang lebih buruk dari sekadar ujian tahap awal ini"
"Aku akan baik-baik saja. Sebaliknya aku berharap kamu bisa fokus bertahan sampai akhir.”
Wulan hanya tersenyum tipis, memahami pilihan yang kubuat. "Keputusan yang bagus, Kenzie. Itu menunjukkan keputusanmu sudah matang."
"Benar kata Kenzie, token ini lebih berguna untukmu di bandingkan kami berdua" sahut rava.
"Liera ikut aku" ucap wulan
"Aku akan membawamu pergi ketempat pendaftaran, disana nanti kamu harus memperlihatkan token itu pada penjaga"
"hanya kita berdua?." kata liera bertanya pada wulan
"Iya hanya kita berdua" kata wulan yang melihat kearah ku dan rava
"Kalau untuk mereka berdua, mereka harus lolos ujian tahap awal dulu. Setelah itu mereka baru bisa mendaftar di pos pendaftaran murid baru"
"Mari kita pergi." ajak wulan menarik tangan liera.
________.._______
________.._______
Setelah itu sebelum ujian dimulai, ketika Rava masih merapikan ikat pinggangnya, tiba-tiba sebuah suara melengking di sebelah kami.
“Wow! Aura kalian keren sekali!"
"Perkenalkan namaku Ryu jin!"
Aku sedikit terkejut dengan kedatangan salah satu calon murid sekte yang datang menghampiri aku dan rava
Aku menanggapinya dan memperkenalkan namaku juga
"Hai aku Kenzie.." kata ku sambil mengulurkan tangan
Sekilas aku memperhatikan wajah rava yang terlihat kurang bersahabat dengan kedatangan ryu jin
Sepertinya aku harus menegurnya.....
"Ada dengan orang di sebelahmu itu tuan kenzie?.." ucap ryu jin padaku
Kemudian aku menjawabnya tapi dia tiba-tiba langsung menunjuk kearah wajah rava
"Lihat wajahnya itu!.." ucapnya sambil menunjuk kearah belakang
"Terlihat kusut seperti pria tua berbadan gendut di sebelah sana!.."
ekspresi wajah ryu jin begitu datar sehingga memberikan kesan lucu
Aku hendak tertawa ketika melihat wajahnya yang begitu datar menatap kearah rava yang berekpresi tak senang padanya
Setelah itu aku menoleh lagi kearah rava dan melihat wajahnya begitu marah karena perkataan ryu jin
Rava maju selangkah di depan seorang pemuda kurus dengan rambut merah menyala, berwajah datar dan sedikit gila itu yang sekarang ini berdiri di sampingku.
"Apa katamu... Apa kamu ingin di hajar" dengan nada menekan rava menunjuk ryu jin
“Bisakah kau diam? Kami disini tidak menyambut kedatanganmu... Dasar pria kurus jelek.” sekali lagi rava bicara dengan menahan amarahnya.
Sekali lagi aku ingin melepas tawaku tapi aku tidak bisa melakukan itu karena.
Aku merasa tak enak didepan mereka berdua ini.
“Apa.... Jaga perkataanmu dasar pria berwajah kusut?.” kata Ryu Jin, melompat ke sisi Rava.
Mereka berdua saling melototi satu sama lain dan menarik pangan orang lain kearah kami bertiga
"Baiklah kalian berdua, sudah cukup. Hentikan kelakuan kekanakan kalian ini" kataku dengan rasa canggung yang menjadi pusat perhatian peserta lainnya.
Seketika ryu jin bicara seolah mencairkan suasana agar perhatian orang orang tak lagi kearah kami.
“Hidup ini seperti tebing curam, harus ada tawa yang membuat kita lupa betapa tingginya kita bisa jatuh!”
Ryu Jin menyenggol Rava, lalu tertawa terbahak-bahak pada leluconnya yang tidak lucu sama sekali.
Rava mendengus dan hampir melangkah maju, tangannya sudah mengepal.
Wajahnya yang memerah karena marah, entah kenapa, justru terlihat lucu di mataku.
Aku tidak menyangka kemarahan Rava bisa jadi sangat menghibur.
Tiba-tiba, Ryu Jin bersembunyi di belakangku, mencengkeram jubahku.
“Tolong aku, Tuan kenzie! kelihatannya dia seperti ingin membuatku jadi remah-remah keripik!” bisik Ryu Jin.
Aku hanya menggelengkan kepala.
Aku harus terbiasa dengan karakter aneh di dunia luar ini.
Namun, di tengah kekacauan kecil itu, mataku menangkap beberapa pasang mata yang menatap kami—atau lebih tepatnya, menatapku.
Mereka adalah para pemuda dan pemudi yang auranya terasa dingin, tajam, dan penuh ambisi.
Mereka melihat kearah ku seolah aku terlihat berbeda. Mereka mungkin akan menjadi saingan pertamaku di ujian tahap awal ini.
Terutama seorang wanita dengan rambut perak yang diikat rapi. Matanya, tajam seperti es, memancarkan tekad untuk tidak kalah.
Dia akan menjadi lawan yang patut diwaspadai.
"Ujian tahap awal akan segera dimulai" kata seorang tetua sekte yang menjadi pengawas di ujian ini.
Ujian pertama: Tangga Gravitasi. Kami harus menaiki 500 anak tangga kuno, di mana setiap langkah akan menekan Ki dan pikiran kami.
Liera lolos hanya dengan menunjukkan token yang aku berikan.
Sedangkan aku, Rava, dan Ryu Jin melangkah maju mengikuti ujian.
“Baiklah, Tuan Kenzie, ini pasti mudah untukmu!” bisik Ryu Jin, tapi suaranya mulai bergetar karena tekanan gravitasi.
Aku menatap tangga itu.
Tekanan gravitasi ini hanya setara dengan saat tuan arvendel memaksaku berlatih mengayunkan pedang sambil membawa beban batu di punggungku.
Ini bukan tantangan. Ini pemanasan, bagiku.
Aku mulai melangkah, santai, membiarkan Ki-ku mengalir lembut, mengabaikan tekanan yang membuat wajah Rava mulai memerah.
Di tengah barisan, wanita berambut perak itu, yang sebelumnya memperhatikan ku, juga melangkah dengan cepat sungguh mengagumkan, tapi matanya terus melihat kearahku.
Aku mengabaikannya dan aku hanya perlu fokus pada diriku sendiri
Kemudian aku hanya perlu menekan Ki yang berlebihan di tubuhku, membuatnya tampak seperti sedang berjuang keras—padahal sebenarnya aku hanya mengendalikan lautan Ki agar tidak meluap.
Setelah lolos dari 500 anak tangga, wajah Rava sudah seperti tomat. Ryu Jin bahkan merangkak di tiga tangga terakhir. Sementara itu, Liera sudah menunggu dengan ekspresi khawatir.
Selesai ujian kami diarahkan oleh tetua sekte yang mengawasi ujian, pergi ke pos pendaftaran untuk mendaftarkan diri kami sebagai murid baru.
"Baik karena semuanya telah mendaftar. Kita lanjut ke ujian tahap kedua"
Ujian Tahap Kedua: Lari Lereng Bukit Curam.
Kami berdiri di bawah bukit batu yang kemiringannya hampir 70 derajat. Kami harus berlari dari bawah hingga puncak dalam waktu tercepat.
Aku tersenyum tipis. Ujian ini… sungguh meremehkan ku.
Tuan arvendel memaksaku berlari di bukit vertikal tanpa menggunakan Ki, lalu menyuruhku menuruni bukit dan itu ku lakukan setiap saat. Tapi Ini hanya lereng.
“Kau meremehkan ujian ini, Tuan kenzie?” tanya Ryu Jin, terengah-engah.
“Tidak,” jawabku singkat.
“Hanya saja… ini seperti mainan bagiku dan aku pernah melakukan latihan yang lebih ekstrim dari ini.”
"apakah kamu serius tuan kenzie"
"yah aku serius" kataku padanya.
Kemudian....
Begitu aba-aba dimulai, aku melesat.
Ki di kakiku berputar ringan.
Aku menggunakan jurus yang aku ciptakan sendiri yaitu jurus langkah pembunuh langit tahap pertama (langkah hening)
Kecepatan lari ku melebihi imajinasi semua orang.
Aku bergerak seperti bayangan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Di belakangku, Snowy (aku mendengar namanya disebutkan tadi sehingga aku mengingat nama wanita itu) menjerit marah dan memacu dirinya.
Dia cepat, sangat cepat untuk ukuran murid baru, tapi ia tak mampu mendekatiku.
Rava, Liera, dan Ryu Jin tertinggal jauh. Mereka berjuang mati-matian, setiap langkah terasa seperti mengangkat batu besar.
Namun, seperti yang Wulan katakan, ujian ini adalah pelatihan dan pencatatan rekor.
Aku tiba di puncak, nyaris tidak berkeringat.
Aku menoleh ke bawah.
Snowy baru mencapai setengah jalan. Wajahnya penuh keringat, tapi tekadnya seperti baja.
Menarik. Kekuatan tekadmu patut dipuji (pikirku).
Setelah waktu habis, sebagian besar tumbang. Rava dan Liera berhasil mencapai sekitar 80% bukit sebelum Ki mereka habis.
Ryu Jin? Dia baru mencapai 50%, lalu duduk sambil membuat lelucon pada para penguji.
“Santai, Pak Tua! Teman ku sudah mewakili ku, untuk mencapai puncak tebing ini” Ryu Jin berteriak sambil tertawa, lalu berlari dan bersembunyi di belakang Rava, yang tampak sangat malu.
“Bisakah kau diam, Ryu Jin?!” Rava mendesis.
Aku tahu mereka kecewa, tapi ini baru awal.
Kami semua telah mencatatkan rekor masing-masing, dan kini kami resmi menjadi murid baru di Sekte Gunung Langit.
Aku melihat namaku terpampang di papan pengumuman.
Rekorku jauh di atas siapa pun, bahkan mengalahkan rekor Wulan dan Murid Inti Peringkat Pertama Sekte.
~Sementara Kenzie baru mengawali babak barunya, takdir di tempat lain terasa jauh lebih kejam~
................
HUTAN TERLARANG NERAKA HENING
Di tengah kabut pekat, di mana tidak ada cahaya yang mampu menembus kanopi pohon hitam, dua sosok berdiri membelakangi satu sama lain.
Sudah satu minggu lebih, Reinzie dan Chelsea terperangkap di sini.
Tidak ada waktu untuk istirahat.
Tidak ada makanan. Hanya monster-monster kegelapan yang tak ada habisnya.
Reinzie mengayunkan pedang hitamnya. Garis api biru membakar kabut di sekitarnya. Wajahnya kurus, namun matanya, mata Valerius Laurent, memancarkan tekad kelam.
“Mereka tidak akan berhenti,” gumam Reinzie, napasnya bergetar.
“Kita harus mengakhiri pertarungan ini, Chelsea.”
Chelsea, yang tubuhnya penuh luka sayatan, membalas serangan dua makhluk kabut dengan pedang Es nya.
“Kita kehabisan tenaga, Reinzie! Kita harus mencari jalan keluar, sekarang!”
Tapi Reinzie hanya tersenyum tipis. Senyum yang dingin.
“Tidak ada jalan keluar, Chelsea"
"Kita hanya bisa berjalan maju"
"Kalau kita ingin menemukan Kak Kenzie dan membalas dendam, kita harus menjadi lebih kuat dan berhasil melewati hutan ini.”
Reinzie memejamkan mata.
Ki di dadanya berputar liar, mengumpulkan energi terakhir yang ia miliki.
Makhluk-makhluk kegelapan itu menyerbu.
Dan di tengah kengerian hutan yang sunyi, pertarungan Reinzie dan Chelsea kembali berlanjut.
****************