Maysa Anggara seorang siswi SMA yang tiba tiba di panggil Mommy oleh seorang anak kecil bernama Kavin membuatnya terjebak pernikahan dengan duda beranak satu bernama Ilyas yang tak lain Daddynya Kavin.
Berbagai masalah dan keributan selalu menghiasi hari hari mereka apalagi Maysa tidak tahu cara mengurus seorang anak?
Akankah cinta hadir di antara keduanya dan membuat kehidupan mereka bertiga bahagia? Atau justru perpisahan menjadi jalan satu satunya?
Dukung dan ikuti kisahnya di sini..
Ig: Vanesha andriani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIAPAPUN KAMU, KAU TETAP PUTRAKU
" Siapa Aksa? Bukankah Aksa kembaran Aska? Itu dia orangnya." Ujar Ilyas menunjuk Aksa yang berdiri di samping Aska.
" Mending kita duduk dulu! Biar enakan bicaranya." Ujar Aska.
Mereka semua duduk di sofa ruang tamu. Maysa duduk di samping Ilyas sedangkan Kavin duduk di samping Aska sambil memainkan gagdetnya.
" Sebenarnya Aksa adalah anak pertama kami. Dia hilang saat usianya tujuh tahun."
Deg...
Jantung Ilyas terasa berdetak kencang. Ia menatap nyonya Alexa, entah mengapa saat melihat matanya Ilyas seperti mengenalinya. Maysa menggenggam tangan Ilyas seolah memberikan kekuatan.
" Dia terbawa ombak saat bermain di pantai bersama kerabat kami waktu itu." Ucap nyonya Alexa.
" Pantai?" Ilyas mengerutkan keningnya.
" Ya di pantai utara kota Jakarta." Sahut nyonya Alexa.
Ilyas mencoba mengingat ingat apa yang terjadi padanya saat ia berusia tujuh tahun. Gambaran saat ia tergeletak di tepi pantai berputar di kepalanya. Ia di bawah ke rumah sakit oleh sepasang suami istri yang ia kenal sebagai kedua orang tua yang membesarkannya.
Tapi benarkah ia bukan anak kandung keluarga Lambyyan? Selama ini ia tidak pernah mempertanyakannya. Kedua orang tua maupun keluarga Lambyyan lainnya juga tidak ada yang memberitahunya.
Pertanyaan itu muncul di kepala Ilyas. Jika ia bukan anak keluarga Lambyyan, lalu anak siapakah dia? Ingatannya sebelum kejadian di pantai itu hilang begitu saja. Sehingga ia tidak tahu pasti siapa dirinya dan darimana asalnya.
" Benarkah aku putra kalian?" Tanya Ilyas menatap tuan Frans dan nyonya Alexa bergantian.
" Darimana asal usulmu Nak?" Tanya tuan Frans.
" Aku di besarkan oleh keluarga Lambyyan, aku tidak tahu bagaimana aku bisa berada di sana. Yang aku tahu aku adalah putra dari ayah dan ibuku, Lambyyan Khanna." Sahut Ilyas.
" Lambyyan." Gumam tuan Frans. Ia mengangguk anggukkan kepalanya.
" Bolehkah Tante menemui kedua orang tuamu? Tante ingin memastikan jika dugaan Tante ini tidak salah. Selama puluhan tahun Tante memendam kesedihan sekaligus kerinduan ini Nak. Tante sangat tersiksa dengan perasaan ini. Walaupun Tante selalu berusaha untuk ikhlas dan tetap tersenyum, tapi hati Tante hancur. Tante memberikan nama Aksa pada saudara kembar Aska agar Tante bisa melupakan anak Tante yang hilang itu. Tapi pada kenyataannya Tante tidak bisa melupakannya karena bagaimanapun mereka adalah orang yang berbeda. Tante sangat merindukan Aksa kecil Tante yang sekarang usianya sama sepertimu. Tante harap kamu bisa mengerti apa yang coba Tante ungkapkan padamu." Ucap nyonya Alexa sedih.
" Aku paham dengan perasaan Tante, tapi saat ini mereka berada di Singapura untuk pengobatan papa, dan aku tidak tahu kapan mereka kembali."
" Tapi jika kalian ingin tahu tentang diriku tanyakan saja pada keluarga Anggara. Sepertinya mereka tahu asal usulku karena mereka berteman dengan keluarga Lambyyan sejak lama." Ujar Ilyas.
Nyonya Alexa menatap tuan Frans begitupun sebaliknya.
" Dimana kami bisa menemui mereka?" Tanya tuan Frans.
" Mereka ayah dan ibu mertuaku. Kalian bisa menemuinya besok di jalan xx nomer satu." Sahut Ilyas membuat mereka terkejut.
" Jadi keluarga kalian dekat? Apa pernikahan kalian karena perjodohan?" Tanya nyonya Alexa.
Ilyas dan Maysa saling melempar pandangan.
" Bukan, pernikahan kami terjadi karena cinta." Sahut Ilyas tersenyum menatap Maysa.
" Cinta apanya? Orang aku di paksa kok. Lagian selama ini kamu belum menyatakan cintamu padaku Mas." Batin Maysa cemberut.
" Jangan cemberut gitu donk sayang! Entar cantiknya hilang gimana?" Ujar Ilyas membuat yang lainnya tersenyum.
" Biarin aja! Nggak cantik juga nggak apa apa, udah laku ini. Kalau Mas mau cari yang lainnya, ya cari saja. Aku nggak keberatan kok Mas. Lagian nih ya, istri istri zaman sekarang tidak takut menjadi janda, karena apa? Karena janda semakin di depan." Sahut Maysa.
Lagi lagi mereka tersenyum melihat perdebatan keduanya.
" Iya iya Mas ngalah deh, mau kamu cantik mau kamu jelek Mas tetap suka kok. Mas tidak akan mencari yang lainnya. Yang penting kamu selalu menyayangi kami." Sahut Ilyas.
" Nah itu baru betul." Ucap Maysa tersenyum bahagia.
" Kalian seperti kami saat masih muda dulu, yang satu usil dan yang satu suka mengalah. Tapi sejak hilangnya Aksa semua berubah. Tante tidak lagi merasakan kebahagiaan yang utuh dalam keluarga kami. Nak Ilyas, melihatmu seperti ini membuat Tante semakin yakin kalau kamu memang putraku nak." Ujar nyonya Alexa.
" Jangan menaruh harapan terlalu besar Tante! Aku takut jika yang terjadi tidak sesuai harapanmu, maka kau akan sangat kecewa." Ujar Ilyas.
" Ikatan seorang ibu dengan anaknya tidak bisa di bohongi Nak. Tante yakin jika harapan Tante selama ini akan membuahkan hasil sesuai yang Tante pikirkan saat ini. Tante akan sangat bahagia jika benar kau memang putra Tante." Ucap nyonya Alexa.
" Semoga Tante, aku juga merasa bahagia jika aku bisa bertemu dengan keluargaku yang sebenarnya." Sahut Ilyas.
" Baiklah Tante sama Om akan datang menemui mertuamu besok pagi, kau juga harus datang ke sana untuk mendengarkan kebenarannya. Jika memang kau bukan putraku maka ijinkan Tante menganggapmu sebagai putraku. Apa kau mengijinkannya?" Nyonya Alexa menatap Ilyas penuh harap.
" Aku mengijinkannya Tante, semakin banyak orang yang menyayangi aku maka akan semakin bahagia hidupku." Sahut Ilyas membuat semua orang terharu.
" Ya sudah Tante, Om. Berhubung sudah malam kami pamit pulang dulu. Terima kasih telah mengundang istri dan anak saya untuk makan malam di sini. Lain kali gantian kami yang akan mengundang kalian untuk makan malam di rumah kami." Ujar Ilyas.
" Terima kasih nak Ilyas, Maysa, kami akan menunggu undangan kalian. Lain kali mainlah kemari jika Tante di sini. Tante senang bermain dengan Kavin. Tante sudah menganggapnya sebagai cucu Tante sendiri." Ujar nyonya Alexa.
" InsyaAllah Tante." Sahut Maysa.
" Baiklah Tante, Om, kami permisi." Ucap Maysa di balas anggukkan kepala oleh tuan Frans dan nyonya Alexa.
" Ayo sayang kita pulang!" Ajak Maysa.
" Oke Mom." Sahut Kavin.
" Om Aksa, Om papi, Oma, Opa, Kavin pulang dulu ya. Besok Kavin main lagi ke sini." Ujar Kavin.
" Baiklah, hati hati sayang. Sampai jumpa besok lagi." Ucap Aska.
" Sampai jumpa Om papi." Sahut Kavin.
Ilyas menggendong Kavin, tangan satunya ia gunakan untuk menggandeng Maysa. Mereka kembali ke rumahnya. Mereka bertiga masuk ke rumah dan langsung menuju kamarnya. Ilyas menurunkan Kavin di depan kamarnya.
" Kavin masuk dan tidurlah! Daddy sama Mommy juga mau tidur." Ujar Ilyas.
" Baik Dad, selamat malam." Ucap Kavin.
" Malam sayang." Sahut Ilyas dan Maysa bersamaan.
Kavin masuk ke kamarnya, begitupun dengan keduanya. Ilyas duduk di tepi ranjang.
" Mas maaf! Jika pertemuan kalian membuat hati Mas menjadi tidak tenang." Ucap Maysa merasa bersalah.
" Tidak masalah sayang, Mas tidak apa apa kok. Mas hanya merasa kasihan saja pada Tante Alexa jika Mas bukan putranya yang hilang seperti yang dia pikirkan sayang." Sahut Ilyas.
Maysa duduk di samping Ilyas.
" Putranya atau bukan, tante Alexa tetap akan menganggap Mas sebagai putranya. Bukankah tadi tante Alexa sudah meminta ijin Mas untuk hal itu. Jadi tidak perlu di pikirkan terlalu dalam Mas! Aku yakin Tuhan sedang merencanakan hal yang indah untuk Mas." Ujar Maysa.
Ilyas menatap Maysa dengan penuh cinta.
" Mas lihat semakin ke sini kamu semakin dewasa juga ya." Ujar Ilyas.
" Harus donk Mas!" Sahut Maysa.
" Apa setelah lulus nanti kamu tidak ingin melanjutkan ke perguruan tinggi? Apa kamu tidak mau mewujudkan cita citamu selama ini? Mas dan Kavin tidak mau menjadi penghalang kebahagiaanmu Maysa." Ucap Ilyas menatap Maysa.
" Aku sudah pernah bilang padamu Mas, cita citaku saat ini adalah membuat Mas dan Kavin bahagia. Aku tidak mau waktuku habis hanya untuk kepentinganku sendiri. Bukankah kewajiban seorang istri mengurus suami dan anaknya? Jadi itulah yang ingin aku lakukan untuk keluarga kita." Ujar Maysa.
" Terima kasih telah menjadikan kami prioritas utamamu. Mas tidak menyangka jika kami lebih penting di banding pendidikan dan cita citamu. Mas bangga padamu." Ucap Ilyas merangkul pundak Maysa.
Maysa menyusupkan wajahnya ke dada bidang Ilyas. Entah mengapa tempat itu rasanya nyaman sekali. Ilyas mengelus kepala Maysa sesekali ia mencium pucuk kepala Maysa.
TBC....