Hai gusy, harap maklum ya novel ini masih banyak typo, karena masih dalam tahap revisi, revisi lambat!
Seorang guru beladiri perempuan termuda yang masih berumur 19 tahun di kota X terpaksa dieksekusi hukum mati, karena dituduh sudah menjual informasi tentang perguruan mereka, dia adalah guru beladiri termuda sepanjang sejarah perguruan mereka, siapa sangka setelah dihukum mati perempuan itu memiliki kesempatan kedua untuk hidup, sayangnya dia bertransmigrai ke dalam tubuh seorang gadis SMA yang cupu dan kerap sekali dibully.
Saat sudah berada di dalam tubuh gadis cupu itu, gadis itu di hadapan dengan dua masalah di dua tempat yang berbeda.
Bersamaan dengan itu Laura bertemu dengan seorang guru muda yang mungkin bisa membantu dirinya keluar dari beberapa masalahnya.
Penasaran dengan kisah Laura? kuy kepoin hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Pelaku
Bismillahirohmanirohim.
"Pak Glen tidak percaya dengan video yang tersebar?"
Glen menatap datar Laura. "Kalau orang bertanya, jawab dulu. Jangan balik nanya."
Laura hanya bisa nyengir saja. "Iya pak maaf. Saya tahu pak siapa pelakunya, cuman masalahnya saya mau gimana sekarang?" binung Laura.
Jika dia keluar sekarang, pasti orang-orang akan mencemooh dirinya. 'Sial, padahal gue cuman telat satu langkah doang udah berhasil kecolongan, Jessica tidak bisa diremehkan ternyata.' sebal Laura.
Glen masih diam, dia seperti sedang berfikir. "Kamu punya buktinya?" tanya Glen.
"Ada pak."
"Yasudah ayo kita cek dulu." ajak Glen, dia membawa Laura kesebuah ruangan asing di sekolah Marga Jaya, Laura saja baru tahu ada ruangan yang aneh di sekolah Liana.
Glen menyodorkan laptopnya pada Laura. "Ayo putar." suruh Glen.
Tapi Laura tidak melanjutkan kegiatannya, tiba-tiba saja rasa curgia pada Glen menyelubung dalam hatinya.
Glen menyentuh bahu Liana dengan pelan. "Kenapa kamu diam Liana?" ucap Glen membuat Laura tersadar dari lamunannya.
"Pak Glen nggak lagi ngejeka saya kan? Nanti pas saya kasih buktinya malah pak Glen hapus dan membiarkan saya terus difitnah sampai tak ada kejelasan yang terungkap, taunya saya sudah tak bernyawa." tak tahu kenapa Laura mengingat masa lalunya yang amat menyakitkan.
Laura menerawang ke depan, dia hanya takut hari ini akan terulang dengan kejadian yang sama beberap bulan lalu. Glen sadar Liana seperti memiliki trauma yang amat menyakitkan.
Glen memegang kedua bahu Liana. "Lihat saya Liana." suruh Glen.
Laura langsung melakukan apa yang Glen suruh, bola mata keduanya saling beradu satu sama lain.
Deg!
Jantung Laura dan Glen sama-sama berdekat lebih cepat dari biasanya, bahkan Glen sampai menyerit heran. 'Ada apa dengan jantungku, kenapa berdetak lebih cepat dari biasanya dan tatapan ini kenapa bisa membuatku terpesona, cek! Glen cepatlah sadar.' ucapnya pada diri sendiri.
Sementara Laura masih tetap diposisinya, menunggu guru BKnya itu bersuara. "Kamu percayakan sama saya Liana? Kalau saya nggak bakal membawa kamu kedasar jurang yang lebih dalam?" Laura mengangguk saja.
"Jadi sekarang ayo kita selesaikan masalah ini bersama-sama." ucap Glen lagi, kali ini ada ketulusan disetiap kata-kata yang keluar dari mulutnya..
Laura bahkan tak melihat sedikitpun kebohongan dari kedua bola mata Glen. "Aku percaya pak Glen."
Glen menghela nafas lega mendengar perkataan Liana. "Tapi sebelum itu ada yang lebih penting pak Glen, pak Glen harus melihat video ini." ujar Laura sambil mengotak-atik laptop milik Glen.
Setelah flasdhisk miliknya menyatu dengan laptop Glen, Laura segera menujukan video yang dia maksud. Dimana di dalam video itu kepala sekolah diam-diam melakukan korupsi dengan jumlah yang besar..
Brak!
Glen memukul meja di depannya sangat kuat.
"Handoko sialan! Bernainya kamu menipu kami semua!" maki Glen setelah selesai menoton rekaman cctv yang Laura tujukan.
Laura dengan penuh keberani menyentuh lagan Glen untuk sekadar menengakan Glen yang sudah dipuncak emosi.
"Pak Glen." ucap Laura pelan sekali.
Glen langsung tersadar. "Maaf."
"Tak apa saya mengerti pak." ucap Laura, walaupun dia tidak tahu kenapa Glen bisa samarah ini.
"Lalu mana bukti orang yang sudah memfitnah kamu Li?"
Laura segera memutar beberap rekaman cctv yang lainnya, semua dia tujukan pada Glen, dari mulai Liana disiksa dengan sangat kejam oleh Jessica dan Gina, hingga dirinya yang akan ditabrkan oleh mobil Jessica.
Glen mengeraskan rahangnya, kedua tangannya sudah terkepal dengan sangat kuat, ketika melihat satu demi satu rekaman cctv yang Laura tujukan.
"Tunggu kehancuran keluarga kamu Handoko!" gumun Glen, Laura sama sekali tak dapat mendengar apa yang dikatakan Glen, padahal mereka berdua duduk bersebelahan.
"Anak sama bapak sama saja ternyata." Glen tak habis pikir atas kelakuan kepala sekolah.
Glen baru sadar pantas saja setiap bulan pak Handoko mengatakan jika uang yang diberikan donatur selalu kurang.
Kini Glen beralih mantap Liana, karena semua rekaman yang Laura tujukan sudah selesai dia lihat semua. "Terima kasih."
"Hah? Terima kasih untuk apa pak Glen?"
"Terima kasih karena sudah memberi tahu yang sebenarnya, mulai sekarang jika hanya ada kita berdua panggil aku kak, apakah aku sangat tau hingga kamu selalu memanggil saya dengan sebutan pak."
'Lah kok dipermasalahin? bukanya tadi dia B aja." bingung Laura. 'Lebih baik ikutin aja apa maunya.'
"Iya kak."
"Good." ucap Glen, sambil mengelus pucuk kepala Liana dengan lembut.
Deg!
"Apa sih kak." ujar Laura malu. Tapi dia langsung teringat ada hal yang lebih penting. "Jadi saya harus gimana kak?"
Glen kembali berpikir. "Begini saja kamu masuk ke kelas aja dulu, tapi sebelum itu kamu bisa menghadapi mereka semua? Apalagi hampir 1 sekolah membicarakanmu."
"Pak Glen tenang saja saya pasti bisa." sahut Laura cepat.
"Good gril, aku akan mengurus semua masalah ini secepatnya." lagi-lagi Glen mengusap pucuk kepala Liana dengan lembut.
"Saya ke kelas dulu jika seperti itu kak." pamit Lauara.
Sementara itu Zara dan Vano masih mencari keberadaan Liana. "Kak Vano, kita harus cari Liana di mana lagi? Pasti dia sangat terpukul." kedua bola mata Zara sudah berkaca-kaca Vano tak tega melihatnya.
"Jangan nangsi Ra, lo tahukan kalau sahabat lo itu sekarang udah jadi gadi kuat dan tangguh, pasti Liana bisa menghadapi semua ini." hibur Vano.
"Iya kakak gue tahu, tapi dimana sekarang Liana? Mobil kak Vano udah diparkiran, tapi Liana nya kagak ada."
"Gue di sini." ucap Laura mendekati Vano dsn Gina.
Keduanya langsung menoleh kesumber suara. "Liana! yak ampun lo dari mana aja sih? Gue sama kakak Vano nyari lo sampai seluruh sekolah."
Lauar mengangkat satu alisnya mendengar apa yang dikatakan Zara. Dia tak salah dengarkan jika Vano mencarinya.
"Untuk apa kalian mencariku.?"
Mendapat pertanyaan seperti itu Vano dan Zara saling diam. Melihat kedua orang dihadapannya hanya diam saja Laura kembali bersuara.
"Lo berdua tenang aja, gue udah tau kok berita yang tersebar di sekolah. Gue malah lebih tertarik sejak kapan kak gue satu-satunya ini peduli sama adeknya?"
Vano tahu yang dimaksud Liana itu dirinya, tapi dia pura-pura tidak peka saja. "Gue balik ke kelas dulu bentar lonceng masuk." pamit Vano.
Laura membiarkan Vano pergi, ada rasa bahagia tersendiri bagi Laura ketika dia berhasil membuat Vano memeprhatiakan Liana.
"Dudah yo Ra ke kelas." ajak Laura, sambil mengandeng tangan Zara.
"Lo yakin Li mau ke kelas?" jujur saja Zara ragu, apa lagi saat ini Liana masih menjadi perbincangan hangat di sekolah...
"Lo kagak usah khawatir Ra, gue bisa ngadepin semua ini."
ini akun baru ku jd ulang lg level. yg dulu udah level 10