Derita Istri Pertama

"Kata Kinanti, istri kedua Radit jatuh sakit ya buk?" Tanya Zaky. Beberapa jam lalu ia mendapat kabar dari sang istri bahwa Zahra masuk rumah sakit dan harus melakukan pengangkatan rahim secepat mungkin. Pengangkatan rahim hsrus segera di lakukan demi menyematkan nyawanya.

Kinanti sendiri mendapatkan kabar dari Liona, setelah tadi melakukan panggilan via video call. Ia sering berkomunikasi dengan Liona sekedar menanyakan kabar, namun Liona tidak pernah membicarakan tentang problema dalam rumah tangganya. Jadi Kinanti tidak banyak tau tentang bagaimana kehidupan rumah tangga sang adik ipar. Bagi Kinanti tidak pantas orang luar memasuki zona rumah tangga seseorang meski hanya sekedar mengoreksi. Sesungguhnya apa yang kita lihat belum tentu seperti kenyataan. Orang luar tidak perlu tau bagaimana seseorang berjuang dalam rumah tangganya. Cukup suami dan istri saja yang tau masalah rumah tangga mereka, kecuali memang masalahnya sudah tak bisa terpecahkan lagi baru mereka boleh meinta saran dari orang terdekat.

Ibu Rohaya terkejut mendengar musibah yang menimpa Zahra, biar bagaimanapun beliau pernah menyayangi Zahra seperti layaknya anak sendiri. "Memang dia sakit apa? Memangnya penyakit masih mempan sama manusia berhati batu macam dia?" biar bagaimanapun beliau beliau pernah di kecewakan, sampai hatinya tak bisa langsung memaafkan.

Mengambil segelas air putih lalu meminumnya, setelah itu Zaky berkata "Pengangkatan rahim katanya buk"

Ibu Rohaya tersentak sampai kedua mata membulat sempurna dan badan sedikit maju "Astaga, kenapa bisa sampai separah itu? kalau rahimnya di angkay berarti bayi dalam kandungannya...." Mengingat bagaimana nasib sang cucu membuatnya langsung membungkam mulut. Ibu Rohaya belum diberitahu tentang peristiwa yang telah di alami Zahra beberapa waktu lalu, sampai harus kehilangan janin dalam kandunganya. Sengaja Zaky tidak memberitahu karena tidak mau sang ibu terlalu memikirkan kondisi Zahra.

"Beberapa waktu lalu dia mengalami keguguran...." Jelas Zaky.

Ibu Rohaya nampak menitikkan air mata, beliau merasa sedih karena baru saja kehilangan calon cucunya. Sesungguhnya anak dari hasil zina tidak bersalah sama sekali tapi kerap kali menerima imbas dari perbuatan kedua orang tua yang tak bertanggung jawab.

"Itu buah dari perbuatan buruknya sendiri..." Datangalah Ridwan dengan masih memakai baju kerja. Malam ini dia baru saja pulang kerja karena lembur. "Karma tidak akan tinggal diam ketika keburukan menduduki tahta" Menghempaskan diri di atas sofa sembari sesekali menengadahkan wajah melihat langit langit rumah. Setiap kali mendengar kabar tentang mantan istrinya tentu hati Ridwan menjadi tidak baik baik saja. Bahkan Ridwan kerap kali mencari cara untuk mendapat kabar darinya melalui media sosial Zahra. Dia juga kerap kali terluka saat Zahra memamerkan foto kebersamaan dengan sang suami. Sebenci apapalun dia tapi mereka dulu pernah saling cinta. Perpisahan mereka membuat separuh jiwa Ridwan seolah menghilang. Bagaikan sepasang sandal kehilangan pasangannya.

Kerap kali mulut berkata baik baik saja tapi sejujurnya hati berkata lain.

Zaky melirik ke arah Ridwan. Dari cara sang adik saat ini jelas hatinya masih belum pulih sepenuhnya dari luka kemarin. Hujan turun tidak tidak mengira wakti dan tempat, sehingga terkadang seseorang basah kuyup di buatnya. Biarpun sehabis hujan akan datang para bintang tapi sepertinya tidak berlaku pada Ridwan, hatinya begitu sulit keluar dari keterpurukan atas cinta.

(Aku harus membantu Ridwan kembali bangkit dari lukanya) Zaky memutuskan mencarikan pendamping untuk Ridwan kelak, entah mau atau tidak pastinya dia belum mengutarakan niat.

"Ibu tidak perlu tangisi wanita sejahat itu, lebih baik simpan air mata ibu jangan siakan untuk iblis macam dia" Ucap Ridwan seraya bangkit dari posisi duduk lalu berjalan masuk kamar.

(Jelas sekali kalau kamu sedang membohongi perasaan kamu sendiri, Ridwan. Sebagai saudara kandungmu aku tau bagaimana sifat kamu selama ini) Tatapan Zaky tidak lepas dari pintu kamar Ridwan. Tidak pernah berpikir olehnya hidup kedua adiknya akan seperti sekarang ini, jauh dari kata bahagia. Sebelum perselingkuhan terjadi kehidupan Ridwa baik baik saja tanpa masalah sedikitpun, tapi sekarang hidupnya hancur berantakan. Dari semua kajadian Zaky tau bahwa Radityalah orang pertama yang patut di salahkan, sebagai seorang kakak bagaimana bisa dia mencintai istri adiknya sendiri. Bahkan dengan tega merebut secara terang terangan tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ridwan.

"Buk....Zaky mau bicara sebentar sama Ridwan" Segera Zaky masuk kamar Ridwan. Saat ini Ridwan tengah berdiri di deoan sebuah kaca, tatapannya nampak kesal seperti sedang kesal.

"Ehem....." Zaky berdehem kala kehadirannya tak di rasa oleh sang adik. Seketika Ridwan menolah dan sudah mendapati sang kakak berdiri tegap tengah melihatnya.

"Mas tau kalau sampai sekarang hatimu masih terluka, kalau boleh sedikit kasih saran cobalah mambuka hati untuk wanita lain agar hidupmu tidak melulu seperti sekarang." Langkah kaki perlahan mendekat "Kamu itu laki laki harus kuat dalam segala situasi, yang lalu biarlah berlalu dan masa sekarang kita jalani. Tidak usah banyak menoleh ke belakang karena di depan banyak sekali bahagia menunggumu"

Berbalik badan "Tidak semudah itu melupakan orang yang pernah kita cintai, mas. Mungkin sakitku tidak akan pernah di sembuhkan, karena sakitnya begitu dalam" Tanpa sadar air mata berjatuhan, tapi seketika Ridwan menyekanya sebelum sang kakak menyadari.

Zaky bisa merasakan apa yang tengah di raskaan Ridwan saat ini, luka bagaikan sebuah tinta hitam diatas selembar kertas akan sulit menghapusnya. Satu satunya cara hanya mengganti keetas tersebut. Artinya Ridwan harus berusaha membuang masa lalunya dan memulai hidup barunya.

Perlahan mendekati Ridwan "Aku tau memang tidak mudah melupakan rasa sakit di hatimu, tapi kalau kamu tetap berada dalam gumbangan masa lalu, maka sampai kapan kamu akan bahagia. Ayolah sudah saatnya kamu bangkit, lupakan masa lalu kejarlah masa depanmu. Di luar sama tulang rusukmu menunggumu, adikku" menepuk pundak Ridwan. Seketika Ridwan menolek dan memeluk sang kakak. Memeluknya erat dengan berbagai macam problema yang ia hadapi. Sudah sejak lama terpendam luka dari sayatan belati cinta.

Mengusap punggung sang adik ikut merasakan bagaimana selama ini Ridwan berpura pura baik baik saja di hadapan semua orang, padahal hatinya sangatlah rapuh. "Aku kamu masih begitu kecewa dengan situasi sekarang ini, kalau boleh mas akan mengenalkan kamu dengan seorang gadis, dia berasal dari kalangan berada, yang tidak lain adalah anak dari pimpinan kita." jelas Zaky.

Sontak Ridwan melepas pelukan sang kakak "Tidak, mas. Untuk saat inu hatiku masih belum bisa menerima wanita lain. Biarkan lukaku sembuh terlebih dahulu baru nanti akan aku pikirkan tawran mas Zaky"

"Oke, kalau memang kamu belum siap tidak masalah. Tapi kalau boleh kasih saran segeralah paksa hatimu untuk menerima sosok penghuni baru supaya jalan hidupmu tidak sekosong sekarang" Zaky tau sikap keras kepala Ridwan. Jadi dia tidak akan memaksakan kehendaknya. Setiap kakak tidak akan membiarkan adiknya menyelami lautan luka. Sebisa mungkin ia akan mengentaskan sang adik menuju tepi bahagia.

"Separah itukah hati putraku..." Tanpa mereka sadari ibu Rohaya mengintip dari celah pintu. Setiap kali membicaralan hal mengenai mantan istrinya pasti Ridwan mengalihkan pembicaraan, atau justru pergi begitu saja tanpa sepatah kata. Beliau mengira diamnya bukan sebuah luka, tapi nyatanya itu sebuah duka.

Ridwan tidak menolak di kenalkan dengan wanita lain tapi dia masih butuh waktu untuk bisa mengosongkan hatinya dari jeratan masa lalu.

"Kalau begitu mas mau pulang dulu sudah larit malam kasihan Kinanti dan anak anak di rumah sendirian" Zaky lalu bergegas meninggalakn kamar Ridwan.

Malam mulai semakin menyesakkan nafas sampai tak beratura, ia buka jendela kamar sambil melihat ke langit (Malam bantu aku tuk lupakan dia, bintang bantua aku hapus cintaku untuknya) Mendekap hangat diri sendiri sembari memejamkan mata sejenak. Bayangan masa lalu muali menyeruak mengganggu malamnya. Sampai kapan dia terus bertahan dari penderitaan ini, haruskan dia berjuang melawan derita demi tumbuhnya rasa habagia.

Di sisi lain Raditya masih terpaku samping Zahra yang sampai sekarang belum sadarkan diri. Para medis juga tidak bisa berbuat banyak hingga Zahra di diaknosa koma. Dari semua kejadian itu Raditya menyimpulkan setiap perbuatan akan ada karmanya sendiri. Malam mulai berganti siang, dia mendapat kabar dari kantor untuk segera masuk kerja, ada beberapa hal yang akan di sampaikan dari pihak CEO kepada dirinya.

"Mungkin pengajuanku di setujui...." Pikirnya.