zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tujuh
Zahra duduk dengan sopan, matanya mengitari sekelilingnya. Dugaan zahra, pangeran ommar memiliki kartu vip perpustakaan umum. Mereka di dalam ruangan yang cukup luas, dan setahu zahra hanya orang yang memiliki kartu vip yang bisa mengakses ruangan ini.
"maaf zahra, kalau saya sedikit menganggu harimu yang tenang, tapi saya rasa kita harus membicarakan hal ini"
Wajah tampan itu terlihat merasa tak enak hati, senyum sedikit malu. Zahra tersenyum sopan, kepalanya menggeleng.
"nggak apa-apa pangeran.."
"bisakah, kamu memanggilku ommar saja" wajah ommar terlihat meminta, pria itupun menyebut dirinya lebih santai.
"sejak terakhir kita bertemu, jujur zahra saya tak bisa melupakanmu"
Zahra terkejut, mendengar pengakuan ommar yang tiba-tiba, duduknya mulai terlihat tak nyaman.
"saya nggak tahu, apakah perasaan saya ini disebut cinta, tapi yang pasti saya selalu teringat padamu"
Zahra mau tak mau menatap pria itu yang terdengar sangat frustasi, wajah tampannya memang terlihat bingung.
"saya tahu zahra, kamu pasti terkejut. Tapi saya tak mau menutupinya lagi, kamu harus tahu tentang perasaan saya kepadamu"
Zahra tertegun sesaat, keheningan yang tercipta diantara mereka terasa begitu mengusik. Zahra mengangkat kepalanya yang tertunduk, dengan mengumpulkan keberaniannya, ia berusaha menatap mata hazel milik pria tampan itu. Zahra berdehem untuk memecah keheningan itu.
"mungkin saya tidak akan menolak anda, tuan ommar. Jika anda bukanlah pria beristri. Tapi maafkan saya, saya tidak bisa berbuat apapun untuk perasaan anda"
Ommar terdengar menghembuskan nafasnya yang terasa sesak, mata itu menatap zahra lamat.
"apakah kamu tidak bisa menerimanya zahra?, apakah tidak mungkin bagimu untuk menjadi yang ketiga?"
Zahra menggeleng tegas, binar matanya menunjukkan keyakinannya.
"saya memang tidak pernah berpacaran dengan siapapun sebelumnya, saya juga tidak menampik kalau pesona anda sulit di tolak, seandainya anda datang dengan keadaan single, mungkin tanpa berpikir panjang saya akan setuju menjadi istri anda. Tapi maaf, saya tidak bisa menjadi perempuan yang merebut suami orang lain..."
"tunggu zahra.." sambar pria itu cepat, menyela penjelasan zahra.
"kamu harus mendengar penjelasanku dulu, tentang kedua wanita yang menjadi istriku itu. Setelah itu baru kamu bisa memberikan pendapatmu secara objektif, bagaimana?"
"saya rasa tidak perlu.." geleng zahra cepat.
"apapun penjelasan anda, tidak akan mengubah bahwa anda adalah pria beristri.."
"walau saya tidak pernah menyentuh mereka?" zahra terkejut, menatap mata pria itu mencari kesungguhan dalam matanya. Dan zahra menemukannya, pria itu terlihat serius.
"apa maksudmu?" tanya zahra penasaran,
"apakah kamu menzhalimi para istrimu?"
"bisa dibilang begitu" sahut ommar dengan wajah tanpa ekspresi.
"istri pertamaku adalah sepupuku dari pihak ayah, yang dinikahkan denganku di saat aku baru berusia 29 tahun. Sementara amira istri keduaku sepupu dari pihak ibu yang kunikahi 2 tahun lalu, karena paksaan ibuku.."
Zahra terperangah tak percaya, pria di hadapannya ini bercerita dengan santainya, iapun merubah bahasanya menjadi lebih santai.
"kedua orangtuaku pernah berjanji, akan mengijinkan aku memilih wanita yang kucinta, jika aku menikahi kedua wanita pilihan orangtuaku tadi"
Zahra menggeleng tak habis pikir, bagaimana bisa sesantai itu mereka. Seakan perasaan wanita itu bukanlah hal yang penting.
"sampai detik ini, aku tidak bisa menyentuh mereka, karena bagiku mereka berdua adalah adikku. Perasaanku kepada mereka juga tak pernah berubah..."
Pria itu diam sejenak, matanya terlihat menatap langit-langit gedung, walau zahra tahu tatapan itu menembus atap, sebab mata pria itu terlihat kosong.
"mungkin kamu tidak akan percaya padaku zahra, di 33 tahun usiaku ini, aku belum pernah mengalami perasaan ini, rasa yang kupunya untukmu ini, tidak pernah kurasakan pada wanita lain"
Zahra hanya diam, ia tidak tahu apa yang akan ia katakan. Otak zahra kosong, ia hanya menatap ommar dengan bingung.
"aku nggak tahu mau ngomong apa" ujarnya lirih, ketika pria itu menatap, seakan meminta pendapatnya.
"mungkin karena culture kita berbeda, aku nggak bisa bayangkan jika aku di posisi mereka. Dinikahi tanpa cinta..." zahra terdiam sesaat,
"entahlah..., aku tak sanggup membayangkannya" gelengnya sendu, matanya menoleh ke arah ommar yang serius mendengarkannya.
"tapi aku juga kasihan melihatmu..."
"kenapa?" tanya ommar mengerutkan keningnya heran.
"kamu punya 2 istri, tapi kamu tak mencintai mereka, dan tak bisa hidup layaknya suami istri, betapa lelahnya jadi dirimu" jelas zahra tanpa menghakimi, zahra sempat berpikiran negatif tentang ommar. Di benaknya zahra selalu berpikir, pria yang memiliki lebih dari satu wanita dalam hidupnya adalah pria hidung belang. Tapi semua itu terpatahkan dengan cerita hidup ommar yang terasa menyedihkan, ia tak bisa mencintai dan menikahi wanita yang ia mau, sebelum memenuhi keinginan orangtuanya.
"kamu salah zahra.." senyum ommar, wajahnya kembali terlihat cerah.
"walau aku tak mencintai kedua sepupuku itu, tapi aku tidak merasa tersiksa hidup bersama mereka, bagaimanapun kami tumbuh besar bersama, jadi bukanlah hal sulit bagi kami untuk hidup berdampingan"
Zahra mengerutkan keningnya lagi, jujur ia kebingungan dengan cara pria ini menjelaskan hidupnya,
"ahhh...aku jadi pusing mendengar ceritamu"
"hahahaha..." tawa ommar lucu, melihat zahra yang bolak-balik menggelengkan kepalanya.
"hmmm, ommar" panggil zahra, pria itu menghentikan tawanya,
"ya?"
"jadi sebenarnya kamu mengajakku kemari, untuk apa?" tanya Zahra hati-hati, ia takut pria ini tersinggung akan pertanyaannya.
"astaga, aku lupa" serunya menepuk jidatnya sendiri,
"hahahah, maaf zahra"
Zahra hanya tersenyum, tak ada kata yang keluar dari mulutnya.
"di dalam agama, tidak ada yang namanya pacaran, jadi aku ingin bertanya padamu, maukah kamu mencoba membuka hatimu, menerima lamaranku?"
Zahra menarik nafasnya yang mendadak terasa berat. Ia sudah menduganya dari awal, dan juga uang yang pria ini transfer sebelumnya menjadi bukti akan niatnya itu.
Zahra menegakkan tubuhnya, ia ingin langsung menolak saat ini juga, namun zahra masih memiliki sedikit etika. Walau sejujurnya hati zahra sedikit berdebar untuk pria itu. Namun zahra tetap akan prinsipnya, ia tidak pernah mau jadi orang ketiga dalam pernikahan siapapun.
"bolehkah aku memikirkannya dulu, beri aku waktu. Walau aku kurang menyukai hidup poligami, tapi paling tidak biarkan aku memikirkannya dahulu"
"pasti..." angguk ommar mantap, wajah tampannya terlihat sumringah, dengan senyumnya yang sangat mempesona.
"itu hakmu sebagai seorang wanita. Ngomong-ngomong, kamu butuh waktu berapa lama?"
"beri aku waktu 1 minggu dari sekarang" ujar zahra meminta kesepakatan, pria rupawan itu kembali tersenyum dan zahra terpesona lagi olehnya. Dengan membuang pandangannya ke arah lain, zahra beristighfar sebisanya. Debar jantung zahra mendadak berdegub lebih kencang, dan jujur ia tak menyukai degub itu.
Bersambung...