NovelToon NovelToon
SUNDIRAH

SUNDIRAH

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:293k
Nilai: 5
Nama Author: Delima Rhujiwati

Sundirah, adalah anak seorang pekerja upah harian, sebagai pemetik kelapa. Perjalanan cinta Sundirah dengan Mahendra, putra semata wayang juragan kopra adalah sebuah ujian yang tidak mudah ia lalui.
kehilangan kedua orang tua sekaligus bukan fakta yang mudah di terima.
Atmosiman, yang semula sebagai sosok penyayang, melindungi dan penuh kewibawaan. Hanya karena tergiur oleh sebuah kehormatan, Dia lupa akan tujuan utama didalam kehidupannya.
Lurah Djaelani, bersama kamituwo. Sebagai pamong yang seharusnya menjadi teladan pada masyarakat.
Lupa kewajiban sebagai kepala desa, dan lebih memburu harta, berjudi sabung ayam dan menjodohkan anak gadisnya, yang semata-mata untuk menguasai harta sang juragan.
Mampukah Sundirah menghadapi semua cobaan dalam kisah cinta dia, nyawa orang tua nya sebagai taruhan atas nama cinta.
Duri yang paling mematikan disini adalah sosok seorang kamituwo. akan kah ambisi mereka berhasil membawa keberkahan?
Ikuti sebagian dari kisah yang nyata seorang Sundirah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran

"Le... bagaimana pun juga, banyak kekurangan dari Sulastri. Terima dia apa adanya. Nenek mohon kejadian demi kejadian jangan pernah terulang lagi."

"Biarlah, semua terkubur seiring berjalannya waktu. "

"Becik lan ala bakal ketara ing tembe mburine . Pernikahan bukanlah akhir, tapi justru merupakan awal dari segalanya. Saat kalian menikah, kalian berdua berkomitmen untuk saling setia, saling menjaga, saling merawat satu sama lain, dan janji-janji lainnya. Janji ini jauh lebih serius karena kamu bukan hanya berjanji kepada pasangan dan keluarganya, tetapi juga kepada Tuhan."

Panjang lebar Ratmini menasehati Jito dan Lastri.

Slamet dan Paini sebagai pendamping Harjito, berucap syukur atas penerimaan Ratmini. Dengan segala, situasi yang sangat memprihatikan.

Perbincangan sederhana, langsung menuju ke pencarian hari, neptu dan weton. kesepakatan bersama telah di setujui.

Di saat perbincangan sedang serius, dua orang laki-laki dengan dandanan klimis, masuk ke bale-bale. melemparkan senyuman yang hangat, dan menyapa dengan sopan. Seorang pekerja mempersilahkan mereka masuk, lalu membisikan sesuatu ke telinga Ratmini.

"Selamat siang nyonya, sekalian. Sangat tidak sulit mencari tempat tinggal lurah Djaelani ini, Heemm." Laki-laki itu manggut-manggut sambil meneliti sekeliling ruangan.

Ratmini saling pandang dengan harjito lalu Paini dan Slamet. Sedangkan Lastri beranjak ke belakang, menemui pekerja yang mempersilahkan tamu masuk tadi.

Akan tetapi yang di dapati adalah mata-mata Naris. sedang berbicara dengan pekerja itu sangat serius.

"Kang Naris, apa yang akan terjadi. Siapa dua orang tersebut.? Ketegangan tersirat jelas di mata Lastri.

"Tetap waspada ning Lastri, tetapi tidak usah khawatir, tidak akan -terjadi sesuatu yang berarti." Maria meyakinkan.

"Dua orang tadi, mencari ndoro lurah, Ning Lastri! Katanya, ada sangkutan yang harus di selesaikan."

"Maaf... saya kebelakang dulu."

"Iya pak, terimakasih." Nasir menganggukkan kepala dan tersenyum kepada pekerja tersebut.

"Ning Lastri, kembalilah berkumpul dengan keluarga. Tidak elok meninggalkan keluarga di saat sedang ada tamu." Naris mempersilahkan

Sementara di bale-bale, Ratmini memulai pembicaraan.

"Mohon maaf, anak ini kalau boleh saya tau siapa, dan dari mana? sepertinya bukan penduduk asli kawedusan."

"Monggo silahkan duduk." Ratmini menyapa dengan keramahan nya, lalu mempersilahkan duduk.

"Nyonya... sebelum nya saya mohon maaf, mungkin kedatangan kami mengejutkan panjenengan, saya Jupri, dan ini rekan saya Yanto."

"Kami berasal dari perbatasan Blitar, dan tujuan kami kesini tidak lain adalah. Mencari lurah Djaelani."

Raut muka Ratmini, menyiratkan kesedihan. Nafas berat, menghalau tangis dan kekhawatiran.

Dari dalam terlihat Sulastri, keluar dengan membawa nampan dan hidangan untuk mereka.

"Oh-hh.... jadi ini gadis lurah Djaelani, yang sudah di tawarkan padaku." Tenang, setenang air dalam baskom Supri berkata.

Harjito, jelas langsung saja tersulut emosinya. Ia mengepalkan tangan nya, dan memandang tajam ke arah Jupri dan Yanto. Namun Slamet menekan emosi jito, dengan membisikan sesuatu.

"Jangan tersulut emosi, biarkan dia menyelesaikan kata-katanya. Kita sebagai tuan rumah harus menjaga etika dan tata Krama." Harjito kembali berusaha menenangkan diri.

Sedangkan Yanto yang melihat, gerakan tubuh Harjito. dia melambaikan tangan kanan tersenyum, sambil memberi isyarat telunjuk di ujung bibirnya.

"Apa maksudnya nak Jupri? dengan menawarkan anak lurah Djaelani?" Ratmini terpaku, sedangkan Sulastri pucat pasi. tubuhnya menggigil seketika.

"Mak..maksud ba..pak apa?" Lastri gugup seketika, kekhawatiran yang ia sembunyikan terjadi juga.

"Ha..ha..ha.. maaf...maafkan saya, Jangan panik tidak usah di ambil hati. Sekarang beri tau kepada kami, dimana lurah Djaelani berada." Supri berusaha mencairkan ketegangan.

"Begini nyonya! lurah Djaelani telah mengalami kekalahan di kalangan ayam beberapa waktu lalu. Dan menjanjikan akan membayar kekalahan beliau dengan empat bouw (bahu), termasuk ladang maupun sawah."

"Atau..." Supri berhenti berbicara dan memandang ke arah Lastri.

Lastri ber ringsut ke belakang punggung Ratmini, tangan dingin Lastri memegang lengan sang nenek.

Ratmini memegang dada kirinya, dengan menghela nafas berat. Paini mendekat, nyonya Ratmini sabar. Kondisi nyonya harus di jaga.

"Mohon maaf sedulur Jupri, sekiranya katakan dengan jelas. Apa maksud kedatangan anda berdua."

"Jangan memberi kami rasa ketakutan yang berlebihan." Slamet berusaha mencairkan ketegangan.

"Empat bouw sawah, tidak lah sedikit saudara Supri! apakah dengan ini kalian memeras kami." Suara Slamet meninggi.

"Dimana lurah Djaelani! saya hanya berkepentingan dengan dengan dia!" Suara Supri pelan, namun penuh dengan penekanan.

"Nyonya, tenangkan hati nyonya dulu. Ini bukan sebuah penekanan! kami datang kesini sebagai tamu, dan secara baik-baik mengatakan maksud kedatangan kami " Jupri menggeser posisi duduknya, dan memegang tangan Ratmini.

"Tuan Jupri, kami tidak mengetahui permasalahan apa yang telah terjadi. dan untuk saat ini, ndoro Djaelani sedang terluka, dan dalam pengawasan yang berwajib." Harjito memberikan jawaban.

"Beri kami waktu, untuk berunding tuan. Sebab bagaimanapun juga kami harus, membicarakan ini dengan ndoro Djaelani." berhati-hati Harjito mencoba memberikan solusi untuk Jupri.

Jupri terdiam sesaat, lalu mendekat ke arah Sulastri, memegang pundak Lastri.

"Jangan takut ndhuk, tapi ayah mu harus bertanggung jawab atas perbuatannya."

"Tuan..! jangan bertindak semena-mena. Kami tidak tau duduk permasalahan kalian, mohon beri kami waktu. setidaknya kami akan menemui ndoro Djaelani dan menanyakan apa yang sesungguhnya terjadi." Harjito menumpahkan kekesalan nya.

"Hi anak muda...! Simpan nyali mu, dengan tidak berkata keras padaku."

Mata Jupri tajam memandang ke arah Harjito.

"Maaf tuan, bukan maksud saya kurang sopan kepada tuan. akan tetapi, alangkah baiknya anda tidak membebankan persoalan kalian kepada Sulastri dan nyonya Ratmini."

"Le...! sudah jangan di teruskan, kasihan nyonya Ratmini." Paini berusaha menenangkan Harjito.

"Nyonya.. saya beri waktu satu pekan, untuk menyelesaikan hutang-hutang lurah Djaelani. Atau, gadis manis ini menjadi pelunas hutang-hutang lurah Djaelani...!" Dengan tenang Supri kembali duduk.

"Saya sama sekali tidak menekan nyonya, saya hanya mau hak saya. itu saja."

"Satu lagi, anak muda! saya datang kesini baik baik atas undangan lurah Djaelani. Saya tidak suka kekerasan, namun saya akan bertindak kejam. Bilamana kalian menipuku, ataupun bertindak curang padaku." Jupri memandang ke arah Harjito, dan Slamet bergantian.

"Nak Jupri, beri kami waktu. Bila Djaelani memang bersalah, biarlah dia menanggung akibatnya. Tetapi jangan jadikan cucuku sebagai pelunas hutang, dia tidak tau apa-apa." Ratmini pelan berbicara.

Perbincangan, mendapatkan kesepakatan. Jupri bersama Yanto berpamitan, seolah tanpa ada permasalahan. mereka saling bersalaman.

"Nenek... apa yang harus kita perbuat? bagaimana ini, apakah Lastri harus menjadi tumbal ayah?" Lastri menatap sang nenek.

"Lastri.. biarkan nenek istirahat ndhuk! kita pecahkan persoalan ini bersama." Paini mendekati Sulastri.

"Nyonya, besok saya akan berunding dengan ndoro Siman. Ndoro Djaelani, harus segera mengetahui kedatangan Supri." ucap Slamet berusaha menenangkan Ratmini.

Senja berjalan enggan menyembunyikan sinarnya, sang bayu enggan memberikan kesejukan. Kenapa duka harus menghampiri? sedangkan senyum bulan sabit itu memberikan harapan tentang indahnya purnama.

*******

tumindak becik lan tumindak ala mesthi bakal ketara tembe mburine. : perilaku baik maupun buruk pasti akan tampak ketika sudah waktunya.

Satuan bouw/bahu banyak digunakan untuk areal pertanian (sawah atau ladang) dan telah dipakai sejak zaman Hindia Belanda. Menurut Cultuurstelsel, 1 bouw adalah 7096,5 meter persegi.

*****

Pemirsah.... Terimakasih semua atas dukungan dan support serta jempol manis kalian 😁

nantikan chapter berikutnya.

Salam Sun Sing Suwe 😘😘😘

1
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/dagdig dug duarrrrr
dengan warti kali ya🤔
bakwan dong😭😭🤣
flash back kah🤔
kmna belahan jiwaku/Grimace/
next.lnjuttt
knpa naris jadi maria🤭
/Sleep//Sleep/emng sih masa lalu susah buat di lupain...tp kenyataannya harus di lupain .
klo rondo kmbang apa/Silent/
iyuppp.btul itu pastinya/Hey/
cieeee yg masih ngerasa mudaaa/Facepalm/
/Sneer//Sneer/udah tuapun teteppp
uenak iki🤤
apa itu bneran ada/Sleep/
🙄udah susah payah mosok amnesia
/Facepalm//Facepalm/yg nulispun jdi ikutan emosi
imut nggk sih/Facepalm//Facepalm/pling juga karatan/Joyful//Joyful/
typo..# naris
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/yg bner ja karatan
wuaduhhh😳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!