Karena dendam pada Seorang pria yang di yakini merebut wanita pujaannya sejak kecil, Alvino Maladeva akhirnya berencana membalas dendam pada pria itu melalui keluarga tersayang pria tersebut.
Syifana Mahendra, gadis lugu berusia delapan belas tahun yang memutuskan menerima pinangan kekasih yang baru saja di temui olehnya. Awalnya Syifana mengira laki-laki itu tulus mencintainya hingga setelah menikah dirinya justru mengetahui bahwa ia hanya di jadikan alat balas dendam oleh sang suami pada Kakak satu-satunya.
Lalu, apakah Syifana akan terus bertahan dengan rumah tangga yang berlandaskan Balas Dendam tersebut? Ataukah justru pergi melarikan diri dari kekejaman suaminya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma Azalia Miftahpoenya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesal Alvino
Lelah setelah melakukan kegiatan yang sangat menguras tenaga itu, Alvino tertidur masih dengan posisi tanpa busana. Sementara Syifana menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Gadis yang kini sudah ternoda oleh suaminya sendiri itu hanya bisa menangis, seraya menatap sang suami dengan kecewa.
Pria yang pernah di tolong olehnya justru menjadi orang yang merusak dirinya habis-habisan. Syifana melirik pakaiannya yang teronggok di lantai lalu kembali melihat sang suami yang kini tertidur pulas.
Syifana perlahan turun dari ranjang, lalu melirik ke ranjang yang menjadi saksi bisu terenggutnya mahkota miliknya oleh sang suami. Perempuan itu mengambil pakaian miliknya yang sudah dalam keadaan koyak diman-mana.
Melihat pakaiannya itu, dia merasa baju itu sudah tidak mungkin lagi bisa di gunakan. Akhirnya Syifana berjalan menuju lemari baju yang suami, mengambil sebuah kemeja yang berukuran lebih besar dari tubuhnya.
Perempuan dengan wajah semakin pucat itu dengan segera memakai kemeja besar sang suami. Sebuah kemeja yang dapat menutupi hampir seluruh paha mulusnya. Melihat sang suami yang tidur dengan keadaan tanpa busana, membuat Syifana menyelimuti tubuh polos sang suami dengan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya.
Karena hari sudah malam, Syifana beranjak keluar dari kamar itu. Keadaan setiap ruangan di mansion itu sudah sangat sepi, bahkan lampu sudah padam di beberapa bagian ruabgan. Dia segera kembali ke kamar miliknya yang di berikan oleh sang suami di istana besar, yang ternyata dia sendiri tidak memiliki hak apapun disana. Bahkan hak untuk di hargai sebagai seorang istri sekalipun.
Begitu sudah sampai di kamarnya yang berada di lantai dua mansion besar itu, Syifana segera melepaskan kemeja sang suami saat sudah berada di kamar mandi. Menaruh kemeja yang dia ambil dari lemari suaminya di keranjang baju kotor.
Perempuan yang baru saja melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri, walau dalam keadaan paksaan itu menghidupkan shower hingga air menerjang tubuh polosnya. Di bawah derasnya guyuran air yang membasahi tubuhnya, perempuan itu menangis hingga sesegukan. Tidak menyangka bahwa dia akan merasakan kekerasan s*kasual dari suaminya sendiri.
"Kenapa harus seperti ini, Bang? Kenapa, Bang Vino jahat sekali! Tidak bisakah kamu memintanya secara baik-baik?" monolog Syifana dengan nada lirih.
30 menit berlalu, perempuan itu masih betah berada di bawah guyuran air shower. Syifana enggan beranjak dari posisinya saat ini, masih dengan berderai air mata. Bukannya dia tidak ingin memberikan hak suaminya itu, hanya saja dia sama sekali tidak pernah membayangkan suaminya akan melakukan itu dengan cara kasar, bahkan seperti sedang memperk*sa wanita lain.
Hampir satu jam Syifana membersihkan tubuhnya yang terdapat bekas-bekas kecupan dan sesapan Alvino. Perempuan itu bahkan menatap sedih pada pantulan dirinya di cermin di hadapannya.
Malam semakin larut dan tubuh yang menggigil merasakan dingin membuat Syifana akhirnya keluar dari kamar mandi. Perempuan itu mengambil baju yang dapat menghangatkan tubuhnya sendiri. Segera naik ke atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya yang semakin merasa lemah.
Syifana berusaha memejamkan mata untuk mengistirahatkan badannya. Namun, pikirannya justru kembali pada saat dia melihat foto sang suami bersama istri dari kakaknya. Hubungan apakah yang terjadi antara kedua orang itu? Pikiran Syifana berusaha mencerna dan menyusun puzzle setiap kejadian yang dia lihat, dengar dan alami di istana yang terasa seperti penjara untuknya itu.
Mulai dari saat kedatangannya, dia melihat potret masa remaja kakak iparnya menghiasi ruang tamu mansion besar suaminya, perkataan tangan kanan suami yang mengatakan bahwa dia hanya menjadi alat balas dendam sang suami dan kejadian yang baru saja dia alami. Suaminya itu marah besar ketika dia lancang masuk ke dalam kamar, dan memergoki foto kedua orang itu hingga suaminya itu tega melakukan kekejaman padanya.
"Apakah tujuan dendam suamiku, adalah Kakak kandungku? Untuk itu aku yang menjadi alat balas dendamnya? Tetapi, kenapa harus dendam pada Bang Ali? Atau, Bang Vino sebenarnya mencintai Kak Ara?"
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang melintas di pikiran perempuan cantik yang bernasib malang itu. Syifana meringis ketika merasakan perih di inti tubuhnya saat berusaha bergerak.
"Apa memang sesakit ini malam pertama?"
Sibuk dengan pikiran-pikiran yang hinggap di otaknya, Syifana hingga tertidur dengan lelap. Perempuan itu melupakan rasa sakit yang mendera tubuhnya saat dia terlelap. Tubuh yang awalnya mulus, kini mendapat luka lebam di beberapa bagian.
Pagi sudah menyapa, Alvino baru saja terbangun dari tidurnya. Pria itu mengerjapkan mata, lalu berusaha untuk duduk. Saat matanya terbuka sempurna, dia melihat pakaiannya sendiri tercecer di lantai. Alvino segera memeriksa tubuhnya sendiri yang saat ini tertutup selimut.
Pria itu terkejut saat mendapati tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun yang menempel di sana. Alvino memijit pelipisnya yang terasa pusing, gara-gara mabuk, dia sama sekali tidak ingat dengan semua kejadian yang menimpanya. Akan tetapi pria itu tetap berusaha mengingat kejadian apa yang terakhir terjadi, hingga dia berada di kamar dengan keadaan seperti ini. Apa lagi saat dia melirik ranjang di sampingnya, di seprei itu terdapat bercak darah.
Ketika dia mendapat sedikit ingatannya, Alvino justru terbakar amarah. Pria itu mengeratkan gigi-giginya hingga bergemelatuk.
"Argh! Sial. Gadis kecil itu mendapatkan apa yang seharusnya hanya aku berikan pada Arahku! Apa-apaan kau, Aldev! Berani sekali memberikan tubuhmu pada wanita lain! Ini semua karena gadis sial*n itu!" gerutu Alvino menyesali perbuatannya.
Namun, anehnya yang membuat pria itu menyesal bukan karena dia menyakiti istrinya. Justru dia marah karena melakukan hal yang hanya dia ingin lakukan bersama wanita pujaannya.
Alvino bahkan tidak peduli dengan apa yang di rasakan oleh sang istri. Pria itu tidak berpikir dengan perasaan istrinya yang mahkotanya dia renggut secara paksa.
Pria itu turun dari ranjang, lalu melenggang masuk ke dalam kamar mandi tanpa menggunakan apapun. Alvino membersihkan tubuhnya dengan berendam di bak mandi yang sudah diberi aromatherapi, bertujuan menghilangkan jejak dan bau sang istri dari tubuhnya.
Begitu selesai membersihkan dirinya, Alvino keluar menggunakan handuk kimono berwarna putih. Pria itu berjalan ke arah lemari besarnya, membuka dan mencari baju yang akan dia gunakan untuk ke kantor.
Beberapa kali mencari sebuah kemeja berwarna merah miliknya di dalam lemari itu, akan tetapi dia sama sekali tidak menemukan kemeja tersebut. Alvino yang merasa sangat kesal, memanggil sang tangan kanan dengan tombol intercom yang langsung menghubungkan pada ponsel milik Andri.
"Ya, Tuan,"
"Kumpulkan semua pelayan, sekarang!"
Alvino memerintahkan Andri untuk mengumpulkan semua pelayan yang berada di mansion itu ke dalam kamarnya.
Bersambung...