Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik untuk mu, dan boeh jadi kamu menyuki sesuatu padahal itu tidak baik untuk mu.
Tidak ada sebuah kebetulan, semua telah di tentukan, tidak ada perbedaan paham ataupun sudut pandang jika Allah sudah mengizinkan dan menjodohkan nya tulang rusuk pasti akan kembali pada sang pemilik nya.
"Apakah dunia sekecil ini samapai aku harus terus di pertemukan dan berurusan dengan nya...!?"
Decak kesal Ansell, yang menggerutu akan sebuah kebetulan yang terus terjadi pada nya.Namun ia tidak menyadari kalau itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan suratan takdir yang telah tertulis kan dalam perjalanan hidup nya.
Ya dia adalah Ansell Arian Rendra, laki laki tampan nan kaya. Dengan segal kekuasaan dan kehormatannya, membuat Ansell hidup bebas sesuka hati menjalani kehidupan. Bar, Club malam, minuman, bahkan wanita penghibur pun menjadi kesenangan sebagai pemanis dalam kehidupan nya. Hidup bebas dalam kegelapan tanapa ada nya teguran dan bimbingan.
Namun suatu saat Dia malah di pertemukan dengan seorang wanita Muslimah.
*
"Sudut pandang semua orang memang berbeda...! dan dengan perbedaan itu bukan kah kita bisa memilih dan mengimbangi mana yang terbaik untuk kita...!?" ujar seorang wanita dengan reflek, bicara dengan tertunduk pada seorang laki laki yang baru di pertemukan dengan nya.
Wanita itu adalah Zahra. Lebih tepat nya
Aisyah Az Zahra. Dia tumbuh besar di lingkungan pesantren, walaupun keluarga nya bukan termasuk orang yang dekat dengan Agama,
namun semenjak ibunya meninggal dan Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi,
kasih sayang Ayahnya terampas oleh ibu tiri dan adik tirinya,
hingga membuat nya memilih mondok di pesantren dan tumbuh besar menjadi wanita muslimah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Setelah kepergian Ansell Zahra mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke rumah Ummie. Namun rasanya langkah nya berat sekali untuk berjalan masuk, mendengar perkataan Ummie bahwa Pak Kiyai dan Putar nya akan berkunjung membuat hati Zahra tidak tenang.
Zahra kini mulai mendudukkan badan nya di kursi teras rumah. Berkali kali Zahra menarik nafas panjang nya. Berusaha menghilangkan kegelisahan nya dengan menghembuskan semua benak nya.
"Ya Allah, aku yakin jodohku sudah di atur oleh Mu. Jika dia jodohku eratkan lah hubungan kami. Namun jika dia bukan jodohku, berikan kami jalan yang terbaik agar kami tidak saling menyakiti.!" Batin Zahra berucap dalam do'a nya.
Islam memberikan jalan bagi kita untuk memilih jodoh sendiri, tapi Islam juga mendorong kita untuk memilih pasangan hidup berdasarkan keimanan dan ketakwaan bukan memilih dari ketampanan Fisik dan juga hartanya.
Jodoh merupakan rezeki yang sudah di atur Allah untuk setiap hamba nya. Dan kewajiban kita untuk berikhtiar bukan menentukan.
Setelah di rasa lebih tenang Zahra kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Di dalam Abie dan Ummie sudah duduk siap untuk menyambut kedatangan Pak Kiyai.
Melihat raut wajah Zahra Ummie bisa tau apa yang di rasakan nya. Ummie kini melihat ke arah Abie, memberi isyarat pada Abie, agar Abie melihat keadaan Zahra. Dan menasehati nya.
Abie pun langsung mengerti apa yang di maksud Ummie.
"Nak Aisyah..!" panggil Abie dengan begitu lembut nya.
"Iya Bie..!" jawab Zahra sambil tertunduk. Tidak ingin ketahuan Abie apa yang di rasakan nya.
"Sini Nak..!" seru Abie sambil menepuk sofa di samping nya.
Dengan patuh Zahra langsung menuruti Abie dan duduk di samping Abie.
"Maaf Abie dan Ummie bukan bermaksud mengatur kehidupan mu Nak! Abie dan Ummie sudah menganggap mu seperti anak kami sendiri. Maka dari itu kami menginginkan yang terbaik untuk mu!" ucap Abie mengawali bicara nya.
Membuat Zahra makin tertunduk malu, karena sudah tau arah pembicaraan Abie.
"Nak, manusia hidup berpasangan, Allah sudah mengatur semuanya, bahkan dalam Al-Qur'an pun di terang kan Bahwa laki laki baik untuk wanita baik, begitupun sebaliknya." jelas Abie.
" Nak Aisyah anak sholeh, Insyaallah akan mendapatkan laki laki yang sholeh juga. Jangan pernah ragu atas ketentuan Allah Nak, karena Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hamba nya!" lanjut Abie berusaha menenang Zahra.
"Iya Bie..!" jawab lirih Zahra.
" Abie berharap Nak Aisyah akan berjodoh dengan laki laki yang sholeh, Begitupun Pak Kiyai menginginkan wanita solehah untuk anaknya.! Abie dan Pak Kiyai berharap kalian bisa berjodoh dan bisa bersama!" ucap Abie akhirnya menjelaskan maksud perkataannya.
"Iya Abie... tapi kenapa dalam hati Aisyah ada kegelisahan untuk menjalani nya?!" jujur Zahra.
"Itu wajar Nak...perasaan yang akan muncul di saat seorang wanita harus memilih calon imam. Calon imam yang bukan saja dapat menerima apa ada nya dari mu dan bagaimana memiliki mu, Tapi calon imam yang mampu juga membimbing mu di jalan Allah dan berkata tidak jika kamu salah jalan." tegas Abie.
"Lalu bagaimana Aisyah harus menanggapi nya Bie. Jujur Aisyah sangat gelisah saat ini!"
Mendengar perkataan Zahra, seketika Abie langsung tersenyum mengerti apa yang di rasakan nya.
"Nak, Jodoh itu rahasia Allah.
Kita tidak tau siapa kelak yang akan berjodoh dengan kita. Jika Allah tidak menulis kita dengan siapa pun yang kita inginkan kita tetap tidak akan bersama."
"Namun jangan pernah ragu dan bimbang, karena Tulang Rusuk dan pemiliknya tidak pernah akan tertukar dan akan bertemu pada saatnya.. Insyaallah..!" nasihat Abie sambil mengelus kepala Zahra.
"Iya Abie..!" jawab Zahra mengerti dengan terus tertunduk. Kini bisa menenangkan perasan nya.
"Nah sekarang bersiap siap lah, keputusan ada di tangan Nak Aisyah, bukan berarti karena Pak Kiyai menginginkan mu untuk menjadi istri dari putranya, kau harus menerima lamaran nya sekarang. Tapi ber Ta'aruf lah dulu, setelah itu kau yang memutuskan nya!" nasihat Abie berusaha menenang Zahra.
"Iya Abie Aisyah mengerti, Aisyah siap siap dulu!" pamit Aisyah dia pun langsung bergegas ke kamar nya.
***
Ansell kini sedang di perjalanan pulang dari Pesantren. Hatinya memang terasa lebih tenang dari sebelum dia ke Pesantren.
Namun ada kegundahan yang menyelip dalam hati nya.
Pikiran nya terus tertuju pada wanita yang selalu hadir di kehidupan nya. Bahkan wanita itu telah menariknya ke jalan yang lebih baik dari sebelumnya.
"Ya Allah... apa yang sebenarnya aku rasakan." ucap keluh Ansell tidak menyadari apa yang ia rasakan.
Dalam pikiran nya, merasa tidak tenang mengingat Zahra yang akan bertemu dengan laki laki lain.
Ansell terus melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan, karena memang jalanan nya masih di pedalaman dan lebar jalan yang cukup kecil.
Mata Ansell langsung terkejut dengan Kaki langsung menginjak rem mobilnya karena baru tersadar ada mobil di depannya dan sepertinya mobil itu sedang mogok, karena terlihat ada seseorang yang turun dan memeriksa mesin mobilnya.
"Astagfirullah... hampir saja aku menabrak nya!" ucap keluh Ansell sambil perlahan mematikan mesin mobilnya.
Karena jalanan yang kecil, mobil Ansell tidak bisa melewati jalan itu, karena terhalang mobil di depannya.
Ansell kini melepaskan sabuk pengaman nya, dan langsung bergegas turun menghampiri orang yang sedang memeriksa mobilnya yang mogok.
"Assalamualaikum... Maaf Tuan..!!. apa ada masalah dengan mobil nya!" tanya Ansell menghampiri orang itu.
"Waalaikumsalam... Maaf mobil saya tiba-tiba mogok dan jadinya menghalangi jalan anda!" jawab orang itu sambil mengalihkan wajahnya melihat pada arah Ansell.
Ansell sedikit terkejut saat melihat orang itu,
lelaki yang sepertinya seumuran dengan nya, dengan pengawakan yang sama dan postur tubuh dengan tinggi yang hampir sama pula.
Cuma pemuda itu terlihat lebih dewasa dengan kacamata bening yang bartender di matanya.
"Tidak apa apa, apa terjadi sesuatu dengan mesin nya?" tanya Ansell.
"Entah apa... saya kurang tau mengenai masalah mesin mobil." jawab ramah orang itu, dengan raut wajah yang sudah kebingungan.
"Boleh saya melihat nya, mungkin saya bisa membantu nya!" tawar Ansell.
"Terimakasih Tuan silahkan!" jawab orang itu dengan tersenyum ramah menatap Ansell.
Ansell perlahan memeriksa mesin mobilnya.
tangan nya mulai berkutat melihat permasalahan mobil orang itu.
"Apa kerusakannya parah?? dari tadi saya mencoba menyalakan mesin nya, tapi tidak menyala nyala.!" tanya orang itu.
"Sepertinya ini ada masalah dengan aki nya.!"
jawab Ansell saat sudah memeriksa semuanya.
"Apa tuajuan anda masih jauh? kalau tujuan anda dekat mungkin ini bisa di paksakan, dengan di dorong mungkin bisa menyala lagi!"
tanya Ansell, dan memberi saran.
"Cukup dekat Tuan... kita akan menuju ke Pesantren Hidayatul Mubtaddin.!" jawab orang itu.
"Bukankah itu Pesantrennya Pak Ustadz" batin Ansell sedikit terkejut.
Tiba-tiba pintu mobil orang itu terbuka, terlihat orang tua paruh baya turun dari sana.
Dengan jubah panjang, di lengkapi sorban yang menyampai di pundaknya, dan juga peci yang terpasang di kepalanya. Membuat Ansell langsung menafsirkan kalau mereka adalah Pak Kiyai dan anaknya yang di maksud Umnie.
"Gus apa sudah bisa di perbaiki?" tanya laki laki paruh baya itu. Menghampiri mereka.
" Aki nya ruksak Bie, untung ada Tuan ini yang membantu Kita.!" jawab Anak laki laki itu. Sambil menunjuk ke arah Ansell.
"Masyaallah.. apa mereka benar benar Pak kiyai yang di maksud Bu Ustadzah tadi!" batin Ansell makin terkejut. Sudah bisa di tebak karena melihat penampilan orang tua paruh baya itu. Di tambah lagi tujuan mereka menuju ke Pesantren Abie.
" Nak.. terimakasih telah membantu kami!" ucap syukur laki laki paruh baya itu.
"Sama sama Pak Kiyai, saya hanya memeriksa nya saja," jawab sopan Ansell sambil sedikit membungkuk.
Membuat dua orang asing itu kaget, kenapa bisa baru bertemu pun sudah memanggil dengan begitu sopan.
" Apa kita bisa berkenalan agar kita tidak terlalu canggung?" tanya laki laki itu.
"Dengan senang hati, saya Ansell!"
sahut Ansell sambil mengulurkan tangannya ke hadapan orang itu.
"Saya Ali, dan ini Ayah saya!" jawab Ali sambil memperkenalkan diri dan langsung memperkenalkan Ayahnya.
Ansell langsung berbungkuk menyalami Ayah Ali.
Dan ternyata benar saja mereka adalah Pak kiyai dan putranya yang akan berkunjung ke Pesantren Abie.
" Apa Tuan Ansell orang sini?" tanya Ali, berusaha mengakrabkan suasana.
"Bukan... saya hanya sedang melewati daerah sini!" jawab ramah Ansell.
"Maaf perjalanan Tuan jadi terhalang mobil kita!" sahut Ali.
"Tidak apa apa, lagi pula saya tidak terburu buru, Kalau begitu, saya akan memundurkan mobil saya dulu, agar mobilnya bisa di dorong dan mudah mudahan bisa menyala!" pamit Ansell, dan mulai melangkah mendekati mobilnya.
"Masyaallah... baik sekali anak muda itu!" ucap kagum Pak Kiyai melihat pergerakan Ansell.
"Benar Bie... Alhamdulillah saat kita kesusahan masih ada orang yang mau membantu kita!" ucap Ali sambil menutup kembali mesin mobilnya.
Setelah Ansell memundurkan mobil nya.
Ansell kembali menghampiri Ali dan Pak Kiyai.
"Sepertinya daerah sini jarang sekali bengkel mobil, jadi cara lain nya hanya dengan mendorong nya. mari saya bantu mendorong nya!" saran Ansell.
"Maaf kita jadi merepotkan Nak!" ucap Pak Kiyai merasa tidak enak pada Ansell.
"Tidak apa apa, biar saya dan Gus Ali yang mendorong nya, Pak Kiyai yang mengendalikan setir!"
Ansell dan Ali kini mulai berjalan ke belakang mobil dan Pak Kiyai masuk untuk mengendalikan setir mobil.
Setelah mereka berada di posisi mereka barulah mereka menjalankan tugas mereka,
Ansell dan Ali mendorong sekuat tenaga, dan Pak Kiyai mengendalikan setir mobil di depan.
brem..brem...brem...
Perjuangan mereka membuahkan hasil, mobil Ali kini menyala kembali.
"Terimakasih banyak atas bantuan nya, semoga Allah membalas kebaikan anda!" ucap kagum Ali.
"Iya sama sama! tapi sepertinya aki mobil nya tidak akan bertahan lama, kalau tidak cepat di perbaiki mungkin akan merambat ke masalah mesin yang lain,!" ucap Ansell menjelaskan.
"Iya terimakasih, biar nanti saya panggil servis mobil jika saya sudah sampai di Pesantren!, sekali lagi terimakasih atas bantuan Anda, mudah mudahan lain kali kita bisa bertemu lagi." ucap harap Ali merasa senang di pertemukan dengan Ansell.
"Iya.. sama sama!"
" Baik saya permisi dulu!" pamit Ali sambil berjalan mendekati pintu kemudi mobil.
Dan Pak Kiyai yang awalnya di dalam langsung turun menukar posisi dengan anaknya. langsung turun menghampiri Ansell.
" Terimakasih atas bantuan dan kebaikan Nak Ansell, saya permisi Nak, Assalamualaikum..!"
"Sama sama... Waalaikumsalam!" jawab salam Ansell.
Kini mobil Ali pun melaju menuju Pesantren. meninggalkan Ansell di sana.
"Dia orang yang baik dan pentas mendapatkan wanita yang baik.!" batin Ansell tanpa sadar berucap demikian melihat kepergian Ali dan Pak Kiyai menuju Pesantren, dimana Zahra ada di sana.
Ansell pun langsung berjalan mendekati mobilnya. Segera masuk dan melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan Ansell terus saja merenungkan perjalanan hidup nya.
Dia baru sadar kegundahan yang ia rasakan dari tadi mungkin ketidak sukaan nya saat mendengar wanita yang berhasil menarik perhatian nya dan memenuhi setiap pikiran nya. Akan bertemu dengan laki laki lain.
Dan kini dia malah di pertemukan terlebih dulu dengan laki laki itu, sebelum laki laki itu bertemu dengan Zahra.
Hingga kegundahan nya berkurang karena laki laki yang akan bertemu dengan wanita yang ia sukai ternyata lebih baik dari pada nya.
"Ya Allah.. hanya engkau yang tahu semua rencana untuk ku, apa pun itu berikan yang terbaik untuk ku, karuniakan aku pasangan yang terbaik dari sisimu, pasangan yang juga menjadi teman dalam urusan Agam, dunia, dan Akhirat. Aamiin.!"
batin lirih Ansell menghilangkan kegundahannya, dan berusaha menerima kekurangan nya. Dalam pikiran nya mungkin laki laki itu lebih pantas bersanding di sisi Zahra.
Ansell pun kini menjalankan mobilnya lebih cepat agar segera sampai kantor.
***
Di sisi lain keadaan di rumah Zahra.
Jenika mulai memasuki kamar nya, matanya mulai melihat ke atas kasur nya.
"Akh.. kenapa aku tadi tidak menyembunyikan ponselnya si.." gerutu kesal Jenika melihat ponsel Zahra tidak ada di kamarnya.
"Dasar wanita licik.!" umpat Jenika kesal.
Jenika pun langsung keluar kamarnya untuk menghampiri ibu nya.
"Bu... Ibu..!"
panggil Jenika.
Namun tidak ada jawaban dari Ibu.
Tiba-tiba terdengar gedoran pintu dari luar.
Suara keras nya terdengar jelas sampai ke lantai atas.
"Ada apa si..?" gerutu Jenika kesal.
"Jen.. ada apa kok berisik sekali!" tanya Ibu yang baru keluar dari kamarnya.
"Entah Bu, Jen juga tidak tau!" jawab Jenika yang sama sama heran.
Mereka pun memutuskan untuk menghampiri nya ke bawah.
Dengan perlahan Ibu membuka pintu rumahnya. Dan langsung terlihat jelas beberapa orang berbadan tegap dengan seragam kompak hitam berdiri di depan pintu.
"Siapa Kalian??!" tanya kaget ibu.
Namun orang orang itu tidak mendengarkan pertanyaan Ibu, mereka langsung menyeret mereka berdua keluar rumah. dan langsung di seret masuk ke mobil.
"Hei apa yang kalian lakukan, lepaskan..! apa salah kita pada kalian.?" teriak Ibu sambil mencoba lepas dari cengkram orang asing itu. Karena merasa kaget.
"Kalian akan tau setelah kalian menemui Tuan kami." jawab tegas salah satu orang asing itu.
"Lepaskan.. Bu apa yang sebenarnya terjadi Bu!" rengaek Jenika ketakutan.
Mereka terus saja meronta ronta untuk lepas dari cengkram orang asing itu. Namun percuma saja karena tenang mereka tidak cukup kuat, dan juga orang asing itu terlalu banyak dan menyeret mereka sampai langsung masuk ke dalam mobil.
Dan mobil mereka pun langsung bergegas pergi dari area rumah Zahra.
"Hei lepaskan.. apa kesalahan kita kenapa kalian menangkap kita!" teriak ibu yang terus meronta ronta.
"Diam kau, berisik sekali hah!" gerutu salah satu dari mereka sambil mendorong badan Ibu.
"Bu...!" teriak Jenika makin takut dengan keadaan saat ini.
"Apa sebenarnya mau kalian.. aku mohon lepaskan kita!" ucap lirih Jenika.
"Memohon lah pada Tuan Albert jika kalian masih ingin selamat!
Karena ulah kalian, Tuan Albert mengalami kerugian besar sebab anak mu tidak becus melayani client kita, hingga client itu memutuskan karja sama dengan Tuan Albert!" jelas orang itu sambil mencekam wajah Ibu yang sudah tersungkur jatuh.
"Jadi mereka suruhannya Tuan Albert, Dasar anak pembawa sial, apa yang sebenarnya dia lakukan sampai Tuan Albert se marah ini!" batin ibu mengeram kesal pada Zahra.
Mereka pun tidak bisa berbuat apa apa lagi, mereka terus terdiam takut dan mengikuti kemauan anak buah Albert.
**
Di Pesantren.
Pak Kiyai dan Ali sudah sampai di sana. langsung memalkirkan mobilnya di depan Pondok santri.
Ummie dan Abie langsung keluar rumah untuk menyambut kedatangan Pak Kiyai.
Ali dan Pak Kiyai langsung turun dari mobilnya. Di sambut hangat senyuman Abie dan Ummie yang sudah berdiri di depan rumah.
"Assalamualaikum..!" ucap rindu Pak Kiyai pada Abie.
"Waalaikumsalam Kng..!" jawab salam Abie sambil memeluk Pak Kiyai.
merasa rindu lama tidak bertemu.
"Assalamualaikum Pak Ustadz..!" sapa ramah Ali menyalami Abie.
"Waalaikumsalam Nak Ali.. Masyaallah, kau sudah besar sekarang!" kagum Abie sambil mengelus pundak Ali.
Ali pun langsung beralih menyapa Ummie.
"Ayo masuk kita bicara di dalam!" ajak Abie.
Mereka pun langsung bergegas masuk ke dalam.
"Sudah lama sekali tidak ke sini rasanya banyak perubahan!" ucap kagum Pak Kiyai.
"Alhamdulillah Kang.. berkat bantuan dari para orang tua anak santri, dan juga bantuan dari Aisyah yang selalu membantu keuangan Pesantren. Pesantren ini bisa jadi lebih maju" jelas Abie.
Tidak lama terlihat Zahra masuk ke ruangan tamu sambil membawa nampan berisikan air minum.
Zahra berjalan perlahan mendekati meja dan langsung menyimpan minuman itu di atas sana.
"Assalamualaikum Pak Kiyai... Silahkan minuman nya!" sapa salam Zahra sambil mempersilakan minuman nya. Dan membungkuk hormat.
"Waalaikumsalam Nak Aisyah!" jawab salam Pak Kiyai dengan tersenyum ramah menatap Zahra.
Zahra kini menghadap kan badannya menghadap Ali, langsung membungkuk kepala nya menyapa Ali.
"Duduk di sini Nak..!" seru Ummie mengajak Zahra duduk di samping nya.
Zahra pun langsung duduk di samping Ummie, sambil terus menundukkan kepalanya, belum berani melihat sosok Ali.
"Subhanallah.. Maha suci Engkau yang telah menciptakan kesempurnaan pada wanita di depan hamba.!" batin Ali berucap kagum melihat sosok Zahra yang cantik dengan kesempurnaan nya.
Mata Ali sesekali melihat ke arah Zahra, tidak sadar bibirnya membentuk senyuman di sana. Abie dan Pak Kiyai dari tadi memperhatikan pergerakan Ali, Mereka tersenyum senang karena sepertinya Ali langsung menyukai Zahra di waktu pertama kali melihat nya.
Namun berbeda dengan Zahra, dari tadi Zahra tidak mengangkat kepalanya sekali pun.
"Nak Aisyah... perkenalkan ini putar nya Pak Kiyai nama nya Muhammad Ali.,!" panggil Abie memperkenalkan Ali berusaha untuk mendekatkan nya dengan Zahra.
"Perkenalkan dirimu Nak..!" seru Abie pada Ali.
Zahra pun mau tidak mau mengangkat kepalanya dan melihat sosok Ali yang duduk persis di depan nya.
"Assalamu'alaikum Dek Aisyah..!" sapa Ali sambil tersenyum ramah menatap Zahra.
"Waalaikumsalam Kak..!" jawab salam Zahra, sambil membalas senyuman Ali.
dan Zahra menundukkan kepalanya kembali.
"Ya Allah.. aku pasrah atas segala pengaturan Mu. Semoga semua ini jalan yang terbaik untuk ku Aamiin..!" batin Zahra berucap lirih, sambil perlahan memejamkan matanya.
Suasana sejenak sepi. Abie Ummie dan Pak Kiyai fokus melihat tingkah dua insan muda yang baru pertama kali di pertemukan.
Namun tiba-tiba kesunyian itu terbuyarkan karena suara ponsel Zahra yang berdering di balik sakunya.
"Maaf.." dengan sedikit malu Zahra langsung melihat ponselnya, karena terus berdering.
"Jenika..!" batin Zahra berucap saat membaca nama panggilan di ponselnya.
"Ada apa ya, apa aku harus mengangkat nya,!?
Akah biarkan saja lah, pasti dia cuma akan marah marah.!" batin Zahra bingung,
karena merasa tidak enak pada Pak Kiyai.
"Jawab saja Nak..!" seru Ummie.
"Ekh.. baik Mie.!"
"Maaf.."
Walaupun sedikit ragu dan malu Zahra pun mulai mengangkat telepon nya.
"Assalamualaikum Jen!" salam Zahra mengangkat telepon Jenika.
"Kak...hiks..hiks.. Kak Zahra.! tolong Jen Kak.hiks..!" ucap Jenika di seberang sana, bicara di barengi dengan tangisan nya.
"Jen..! kau kenapa Jen!" tanya Zahra dengan begitu kaget mendengar tangisan adiknya.
"Kak tolong Jen Kak... Ibu di sandra oleh anak buah Tuan Albert Kak. Jen di bahwa ke hotel Kak.. Jen takut.... Kak cepat ke sini Kak.! tolong Jen Kak..!" rengek Jen di balik telepon.
"Jen kau tidak berbohong lagi kan?" tanya Zahra sedikit ragu mendengar perkataan Jen.
Dengan terus memelankan suaranya. Takut mengganggu yang lain.
"Tidak Kak... kita di tahan oleh anak buah Tuan Albert, cepat ke sini Kak Jen takut..!" ucap Jen, meyakinkan Zahra.
Tiba-tiba ada suara lain di seberang sana.
"Hei kau menelepon siapa hah..!" teriak seorang laki laki di balik suara telepon Zahra.
Membuat Zahra terkejut bukan main, karena Jenika benar benar dalam masalah.
"Kak Zahra tolong Kak...!" tarik Jenika di seberang sana.
"Diam kau..! kemari kan ponselnya..!" tegas laki laki di seberang sana.
tut.......tut......
Telepon Jenika pun terputus.
"Astagfirullah Jen...!" ucap Zahra tidak sadar meninggikan suaranya karena khawatir.
Membuat semua yang ada di sana langsung terkejut dengan perubahan raut wajah Zahra yang makin gelisah.
"Ada apa Nak...?" tanya Ibu kaget melihat Zahra.
"Mie..Maaf Aisyah harus pulang sekarang..!" ucap Zahra dengan gelisah nya.
"Ada apa Nak..?!" tanya Ummie Khawatir.
"Adik Aisyah... membutuhkan Aisyah Mie..
Maaf bukan Aisyah tidak sopan, tapi aku harus pulang sekarang!" ucap Zahra dengan perasaan makin gelisah khawatir pada adiknya.
"Apa terjadi sesuatu..?! biar Ummie dan Abie membantu mu Nak..!"
"Tidak perlu merepotkan Mie. tidak apa apa aku bisa pulang sendiri!" kilah Zahra, tidak ingin Ummie dan Abie mengetahui masalah nya.
"Abie. Pak Kiyai, Kak Ali Maaf Aisyah harus pulang sekarang,!" pamit Zahra sambil membungkuk hormat di hadapan mereka.
Tidak mengingat apa apa lagi yang ia pikirkan sekarang bagai mana keadaan adiknya sekarang.
"Apa Kau yakin tidak mau di bantu Nak!" tanya Abie, ikut mengkhawatirkan Zahra.
"Tidak apa apa Bie Aisyah pulang sendiri!
Sekali lagi Maaf Bie!" kilah Zahra masih tidak mau merepotkan Abie dan Ummie.
"Tidak apa apa Nak.. Pulang lah hati hati di jalan Nak.! semoga Allah melindungi mu!" izin Abie dengan do'a nya.
"Terimakasih Bie. Maaf Aisyah pamit..!"
Zahra pun mulai menyalami Ummie, dan langsung menyalami Abie.
"Pak Kiyai maaf, saya pamit pulang..!" lirih Zahra merasa tidak enak pada Pak Kiyai.
"Tidak apa apa Nak, pulang lah, keluarga mu lebih penting!" izin dari Pak Kiyai meski tidak tau permasalahan Zahra.
Zahra pun langsung menyalami Pak Kiyai.
Kini Zahra menghadap Ali langsung membungkuk hormat, merasa tidak enak harus tiba-tiba pulang di saat seperti ini.
"Maaf..!" ucap lirih Zahra, hanya itu yang keluar dari mulut nya.
Zahra langsung berjalan ke kamar nya mengambil barang barangnya.
Setelah mengambil barang barangnya. Zahra berpamitan pada semuanya.
"Assalamualaikum..!" salam pamit Zahra pada semuanya.
"Waalaikumsalam..!" jawab salam semuanya. Dengan perasaan berat karena Zahra harus pergi dari sana.
Zahra pun dengan tergesa-gesa berjaln keluar langsng menghampiri mobilnya.
Segera masuk dan langsung melajukan mobil nya.
"Astagfirullah Jen.. apa lagi yang terjadi dengan mu..?
Ya Allah lindungilah Ibu dan Adikku.!" ucap lirih Zahra dengan perasaan yang makin gelisah mengkhawatirkan keadaan Ibu dan Adik nya.
.
.
.
.
Mampir juga yuk kakak yang baik hati di novel saya
"Cinta berakhir di lampu merah."