Perjalanan seorang lelaki dalam menjalani pesugihan untuk membahagiakan keluarganya, akankah semua kekayaan yang akan dia dapatkan bisa membahagiakan keluarganya atau hanya akan menjadi penyesealan dikemudian hari....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dheana Echa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Waaah... habis borong Kang Romli??" Seloroh salah satu tetangga yang tiba tiba masuk kerumah Romli.
"Eeh, iya yu, ini tadi beli Baju emak nya Dewi" jawab Romli basa-basi sambil memberi isyarat ke sang istri agar menyembunyikan perhiasan yang belum sempat dicoba nya itu.
"Sekarang kamu banyak uang ya kang??" Ujar perempuan itu itu tanpa ragu.
"Hehe, biasa saja mbak yu, cukup untuk makan mbak yu" jawab Romli sambil berucap perlahan.
"Terus apa yang kamu pegang itu yu Nur" tanya perempuan itu sambil melirik kan matanya menatap ke bungkusan yang dipegang oleh Nur.
Nur seketika menjadi kikuk sembari menatap sang suami, begitu pun Romli yang ikut terdiam bingung....
"Eem... ini cuma bumbu dapur, sebentar ya yu, aku taruh di dapur dulu" ujar Nur sambil mengapit bungkusan yang ada di pangkuan nya.
Perempuan itu justru mencebikkan bibir nya....
"Punya makanan saja di sembunyikan, kelihatan banget kalau kalian itu pelit" gerutu nya sambil melirik kesal.
Nur menatap sang suami.
Nur memberi isyarat agar sang suami memberikan makanan yang mereka beli dari luar.
"Ini yu, tadi emak nya Dewi beli kue" ujar Romli sambil menyodorkan kresek merah besar di hadapan perempuan itu.
Pelan pelan Nur beranjak melangkah masuk kedalam kamar untuk menyembunyikan perhiasan nya.
"Memang nya kamu kerja apa sih Kang Romli, uang mu kok banyak, setahu ku, kamu cuma tiduran di rumah gak kerja kemana mana" ujar perempuan itu sambil menyuapi mulut nya.
"Ya kerja yu, dapat uang dari mana kalau gak kerja" jawab Romli sambil tersenyum ramah.
"Ya siapa tahu saja kamu pesugihan" jawab perempuan itu tanpa ragu.
"Hemh, sampean bisa saja, aku muja apa to mbak yu, sampean lihat saja, gak ada barang barang pemujaan" jawab Romli santai, meskipun dada nya sudah bergemuruh karena kesal dengan ucapan tetangga nya itu.
"Ya siapa tahu kamu punya kamar rahasia atau apa" sahut nya sambil melirik kiri kanan.
"Mana ada kamar rahasia mbak yu, rumah ya cuma sepetak begini, kamar juga cuma tiga, satu kamar ku, satu kamar Dewi, satu nya itu tempat nyimpan gentong beras mbak yu, kayak sampean gak punya kamar gentong beras saja sih" jawab Romli lugas.
Sudah biasa para warga memiliki kamar khusus untuk menyimpan gentong beras, bahkan setiap sebulan sekali mereka akan membuat syukuran kecil untuk gentong beras itu, mereka percaya, gentong itu tak akan pernah kekurangan isi.
"Ya punya, semua orang juga punya" sahut nya sambil terus memasukan makanan kedalam mulut nya, bahkan sampai belepotan.
"La maka nya, terus kamar mana lagi yang kami jadikan kamar rahasia mbak yu" jawab Romli.
"Ya gak tahu, trus dari mana uang uang mu ini, kerja juga kerja apa?? Kok cepat sekali dapat uang nya" celoteh perempuan itu, Romli berulang kali menghela nafas panjang, ingin meredam kekesalan nya....
"Mbak yu, maap ya!!, kami baru saja pulang dari jenguk Dewi, kalau tidak ada perlu, tolong mbak yu pulang saja, kami mau istirahat" ujar Romli yang sudah habis kesabaran nya menghadapi perempuan gemuk itu.
"Eeeh, siapa bilang aku gak ada perlu, aku datang ada perlu" sahut nya sambil menghentikan tangan nya menyuap.
"Hemh... ada perlu apa??'
Tanya Romli sambil menghela nafas.
"Aku mau ngutang, kalau ada dua ratus ribu, buat beli beras, beras ku sudah habis" sahut nya tanpa ragu bahkan tanpa ada rasa malu.
"Gak ada!!' Sahut Romli tanpa berpikir panjang.
"Pch, masa habis borong baju segitu banyak, uang dua ratus ribu saja gak punya" ujar
nya setengah memaksa.
"uang dua ratus ribu itu banyak mbak yu, sudah sampeyan pulang saja, aku gak bisa ngasih hutangan" ujar Romli mengusir perempuan itu.
"Kamu itu pelit nya gak ketulungan, dari dulu sampai sekarang kok ya tetap pelit" omel perempuan itu.
"Dulu aku gak ada mbak yu, buat makan sendiri saja gak ada, gimana bisa ngutangi orang lain" sahut Romli mendebat perempuan gemuk itu.
Romli tidak menyadari kalau di luar rumah sudah banyak para warga yang penasaran dengan perdebatan nya, karna pekikan perempuan gemuk itu lah yang mengundang warga lain nya.
"Dulu gak ada, sekarang ada pun gak mau ngutangi, wong ya mau aku pakai beli beras lo" ujar nya mendebat Romli.
"Kalau sekedar beras yu, biar emak nya Dewi kasih gratis gak usah beli" sahut Romli semakin mengencangkan suara nya.
"Kang, sudah" ujar Nur pelan menegur sang suami, karena seperti nya Romli akan kalap.
"Aku gak butuh beras saja, aku butuh buat bayar yang lain nya" sahut nya lagi tanpa ragu.
"Maaf ya yu, saya gak ada uang buat ngutangi sampean" jawab Romli lagi dengan tegas.
"Ya sudah aku permisi" jawab nya sambil meraih kresek merah itu dari atas meja.
Nur langsung melirik kesal menatap sang suami.
"Sret" Nur pun segera merebut kresek itu dari tangan perempuan gemuk itu.
"Gak laki laki gak perempuan nya, sama saja pelit nya" omel nya saat keresek itu sudah berpindah tangan, Nur memeluk kue yang ada di dalam keresek merah besar itu.
Perempuan itu pun berlalu keluar dan....
"Huuuuuu... ngutang kok maksa" sorak orang orang yang ada di luar rumah Romli.
"Sudah bener itu Rom, jangan di kasih utangan" seloroh yang lain nya dan perempuan itu terus berlalu tanpa menghiraukan cacian orang orang itu.
"Eem... maaf ya kakang-kakang, Mbak yu mbak yu semua, kami sudah membuat kegaduhan" ujar Romli sambil menangkupkan kedua telapak tangan nya sambil meringis sungkan.
"Gak apa-apa kang, tadi kami gak sengaja dengar, pas kebetulan lewat saja" jawab salah satu tetangga nya.
"Mari masuk semua" ajak Romli.
"Tapi, tadi kata nya lelah mau istirahat" sahut yang lain.
"Hehe, tadi niat nya mau ngusir mbak yu Rah kang, ternyata gak mempan" jawab Romli sambil meringis malu.
"Oalah, memang si Tumirah itu sudah gak punya malu kok Rom" sahut yang lain nya.
"Eem... mari kang, itu masih ada kue sisa yu Rah" ujar Romli dan beberapa pria dan wanita itu berbondong masuk, karena tidak kebagian tempat duduk, banyak yang duduk lesehan di bawah.
"Sebentar ya yu, tak ambilkan piring buat tempat kue nya" ujar Nur sambil berlalu membawa kresek merah itu.
Nur pun berlalu ke dapur.
"Enak saja mau bawa kue seplastik besar begini, dulu aja pas anak anak masih kecil, anak nya bawa kue saja di suruh masuk rumah, Dewi sampai gigit jari kepingin kue yang di bawa anak nya, sekarang kok enak mau bawa kue ku seplastik, sudah bagus aku biarkan dia sampai kenyang" omel Nur sambil menata kue kue itu, Nur sangat kesal bila mengingat saat anak nya masih kecil.
Jangan kan untuk jajan anak nya, untuk makan saja harus minta dari simbok nya, karena Romli tidak pernah bekerja di luar, atau pun sekedar ikut bekerja di ladang milik tetangga.
Tak berapa lama Nur keluar membawa beberapa piring berisi kue.
"Waaah, kok di keluarkan semua to yu Nur" ujar salah satu perempuan berbasa basi.
"Hehehe, masih ada sisa kok yu, sedikit" jawab Nur sambil mencicit.
"Sudah silahkan di cicipi, itu kue nya enak lo" ujar Romli, dan semua tetangga nya itu langsung berebut dan kue tiga piring langsung ludes,. Nur dan Romli hanya melongo melihat tingkah para tetangga nya itu.
"Mbak yu, apa gak ada air, seret yu" ujar salah satu bapak bapak dengan mulut penuh roti bolu..
"Eeh, iya sebentar kang" jawab Nur sambil bangkit dari duduk lesehan nya.
"siapa suruh makan kayak orang rakus, kayak gak pernah makan saja" gerutu Nur sambil mengambil botol air dari kulkas.
"Ini kang" ujar Nur sambil menyodorkan botol bekas air mineral itu.
"Waaaah, air es yu??
Kamu punya kulkas yu" pekik pria itu.
Nur hanya mengangguk pelan, Nur malu karna pertanyaan tetangga nya itu.
"Waaah, hebat Kang Romli, sejak kapan sampean beli kulkan Kang Romli, kok gak pernah cerita" sahut pria lain teman ngopi Romli.
"Masa begitu saja ya harus pamer to kang" jawab Romli sambil tersenyum.
"Loh harus itu Kang Romli, siapa tahu ada yang butuh es, kan ya bisa beli di tempat sampean" jawab pria itu seakan bangga dengan apa yang di miliki Romli.
"Benar juga, apa aku isi saja buat es batu ya" batin Nur, Nur merasa usulan tetangga nya itu masuk akal.
"Begitu ya kang" jawab Romli sambil meringis sungkan.
"Iya, kamu buat es batu yu Nur, biar nanti kalau ada yang cari, langsung tak tunjukan kerumah sampean saja" jawab pria itu dengan semangat nya.
"Iya kang, biar nanti di isi sama emak nya Dewi" jawab Romli sambil menatap sang istri,.
Nur pun langsung mengangguk menyetujui usulan orang itu.
Dan para tetangga Romli itu saling bercerita hingga matahari hampir terbenam.
"Eeh, keasikan ngobrol sampai lupa waktu" seloroh salah satu bapak bapak.
"Iya ini, ya sudah Kang Romli, kami pulang dulu, kapan kapan kalau ada waktu senggang kita ngobrol lagi" sahut yang lain nya ikut bangkit dari duduk nya....
"Iya kang, terima kasih ya sudah mampir" jawab Romli basa basi.
"Sama sama, kami juga terima kasih sudah di suguhi kue enak" jawab pria itu sambil tersenyum ramah, dan semua tetangga nya itu akhir nya pulang, rumah Romli kembali sepi....
"Haaah... sepi lagi ya kang" ujar Nur dan Romli pun mengangguk pelan.
"Ya sudah, ayo bersih bersih'ajak Romli, dan kedua nya masuk kedalam rumah yang nampak berantakan karna sisa plastik bungkus kue berserakan di mana mana....
"Rooom... Romli....!!" Teriak seorang pria dari luar rumah.....