Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Terlibat Skandal
Satu minggu berlalu sejak Bagaskoro memutuskan dirinya. Luna telah berusaha untuk ikhlas menerima kenyataan bahwa di dunia ini memang tidak ada seseorang yang bisa ia andalkan.
Ia pun telah merelakan jika kuliahnya harus terhenti akibat magang yang tak bisa ia penuhi. Meskipun begitu, Luna tetap berangkat ke kampusnya untuk melihat perkembangan kasus pemagangannya.
Dua puluh menit kemudian, Luna tiba di kampus. Ia pun langsung melangkah menuju ruang kerja Pak Dimas, dosen yang selama ini mengurus pemagangannya.
Luna tahu ia telah diperingatkan. Dan batas terakhir pengumpulan berkas magang adalah satu minggu yang lalu, itu artinya Luna harus siap dengan kenyataan terburuk bahwa kuliahnya kali ini gagal.
Gadis itu mengetuk pintu perlahan lalu membukanya. Terlihat Pak Dimas sedang duduk seraya memeriksa berkas yang mungkin hasil ujian mahasiswanya.
Pria itu menoleh, lalu mempersilahkan Luna masuk.
"Masuklah Luna."
Luna pun berjalan perlahan ke arah Pak Dimas. Lalu ia duduk di hadapan pria tersebut.
"Maaf Pak. Seperti yang bapak tahu, saya tidak berhasil mengikuti program magang. Tetapi kenapa saya tidak menerima surat atau informasi mengenai pemberhentian kuliah (DO) melalui email atau surat tertulis?" tanya Luna.
Pak Dimas mengernyitkan dahinya sejenak lalu ia berdiri dan beranjak dari kursi menuju lemari bukunya. Pria itu mengambil sebuah map berwarna kuning lalu membawanya ke hadapan Luna.
"Luna, apakah kamu memiliki hubungan khusus dengan Tuan Arkana Wijaya?" tanya Pak Dimas.
Luna tercekat. Mengapa tiba-tiba dosennya menyebut nama pria jahat itu?
"Kenapa bapak bertanya seperti itu?" sahut Luna.
Pak Dimas menghela nafasnya lalu duduk kembali di kursi yang berada di hadapan Luna. Jarak mereka terpisahkan oleh sebuah meja yang membentang di depan mereka.
"Kemarin utusannya datang. Mereka memberikan donasi yang besar pada universitas ini untuk biaya pengembangan," tutur Pak Dimas seraya membuka map.
"Saat melakukan transaksi itulah, asisten Tuan Arkana mengatakan untuk menangguhkan pemberhentian kuliahmu. Karena kamu sebenarnya telah magang di sana, tetapi karena hubunganmu yang tidak baik dengan Tuan Arkana, kamu memilih pergi."
"Apa??" Luna terperangah mendengarnya.
Bukannya waktu itu Arkana yang mengusirnya karena tidak ingin ia berada di sisi Radika?
Kenapa dia bercerita seolah Luna-lah yang bersalah?
"Luna, hanya menjalani magang selama enam bulan. Apakah begitu sulit? Ini sangat disayangkan loh, apalagi perusahaan terbesar seperti Arkanata Dinasty Corp itu. Apa kau memiliki hubungan khusus dengan pemiliknya atau bagaimana? Kamu tidak terlibat skandal bukan?" tanya Pak Dimas.
Raut wajahnya terlihat khawatir menatap Luna. Biar bagaimanapun Luna adalah mahasiswa pintar di kelasnya.
"Tidak pak. Dia adalah calon tunangan adik tiri saya. Yang memiliki hubungan tidak baik dengan saya adalah adik tiri saya sehingga membuat saya tidak menyukai tunangannya," sahut Luna asal.
Pak Dimas pun tersenyum. "Luna, terlepas dari masalah mu bersama adikmu, kau harus tetap memikirkan kuliahmu."
"Hanya tinggal memenuhi SKS magang, kau bisa mengajukan wisuda. Setelah wisuda, kau bisa bekerja dan menggapai impianmu. Bukankah itu hal yang baik?"
Luna terdiam. Ia merasa ucapan Pak Dimas ada benarnya.
"Jadi, kembalilah magang di perusahaan itu, Luna. Hanya enam bulan, kau akan menjadi seorang wisudawati dengan nilai cumlaude. Bagaimana? Kau bersedia kan?" tanya Pak Dimas.
Dengan berat hati Luna pun menganggukkan kepalanya. Paling tidak hal itu membuat dosennya merasa tenang.
"Baiklah pak, saya permisi," sahut Luna kemudian segera pergi dari ruangan Pak Dimas.
...----------------...
Luna berjalan tak tentu arah. pikirannya begitu rumit untuk saat ini. Ia pun memutuskan untuk duduk sejenak di sebuah halte pinggir jalan.
Ia meletakkan tas di samping tubuhnya lalu menatap kosong ke arah jalanan. Sejak bersama Arkana, ini adalah kali pertama Luna berjalan tanpa mobil karena benda itu sedang di service dan Luna lupa mengambilnya
Terlihat jalanan penuh asap dan debu serta kendaraan yang saling adu kecepatan. Jari jemarinya saling bertaut, yang artinya ia sedang menunjukkan kebimbangan hatinya saat ini.
"Bagaimana aku menghadapi Arkana lagi setelah semua ini?"
Luna bimbang, hatinya pun terasa begitu lemah.
"Kenapa dia dengan mudah membuang ku, lalu ketika ingin, dia kembali memungut ku?"
"Apakah aku memang pantas diperlakukan bagaikan anjing? apakah di mata orang lain aku adalah sampah tak berguna?"
Tanpa terasa airmata pun menetes dari sudut matanya. Dunia ini terlalu kejam untuk seorang wanita seperti Luna.
Tiba-tiba saja sebuah mobil mewah berhenti di depannya. Kening Luna berkerut memperhatikan mobil tersebut. Beberapa detik berikutnya, terlihat Bayu keluar dari dalam mobil.
"Nona Luna.."
"Mau apa lagi?" tanya Luna ketus.
"Tuan Arkana sedang menunggu anda. Beliau ingin anda untuk menemuinya, nona."
"Buat apalagi dia mau bertemu denganku hah? Apa tidak puas membuat hidupku menderita??"
"Maaf nona, saya hanya menjalankan tugas saja. Mohon kesediaan nona untuk ikut bersama saya. Ini adalah hari kerja dan nona terhitung sebagai peserta magang di perusahaan Tuan Arkana."
Bayu pun mempersilahkan Luna untuk masuk ke dalam mobil, namun gadis itu menolak dengan tegas.
Bayu terhenyak. Ia mengingat ucapan Arkana sesaat sebelum ia pergi.
"Bawa Luna padaku hari ini juga! Bagaimanapun caranya!!"
Bayu pun menghela nafas. Sebenarnya ia tidak tega, tapi demi perintah, ia pun mencekal tangan Luna dengan erat lalu menyeretnya secara paksa untuk masuk ke dalam mobil sembari memperhatikan sekitar.
"Hei!! Lepaskan aku!!" teriak Luna.
Namun segera dibungkam oleh Bayu dengan satu tangannya lalu mendorong tubuh Luna ke dalam mobil disusul dengan tasnya.
.
.
.
Bersambung
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.