Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Temuan Frans
Di tempatnya berada, Jack keluar dengan terburu-buru setelah dia menepikan mobilnya di belakang mobil Tamara yang menabrak dinding pembatas jalan.
"Tamara" panggil Jack.
Tamara yang sedang menangis segera berlari ke arah Jack dan memeluknya.
"Jack" tangisnya pecah.
Jack mengusap lembut kepala Tamara. Dia melihat kondisi mobil Tamara yang sepertinya tidak terlalu parah. Hanya rusak di bagian samping kiri depan. Bagian yang menabrak pembatas jalan. Mungkin kecepatannya tidak terlalu tinggi, makanya tidak terlalu mengerikan juga akibatnya.
Kalau dia mengemudi dalam kecepatan tinggi. Pasti kerusakan yang terjadi akan penuh daripada itu. Mungkin Tamara juga akan terluka parah. Itu kecelakaan tunggal.
"Kamu bagaimana? apa kamu terluka?" tanya Jack yang memang terlihat sangat perduli pada Tamara.
Tamara menggelengkan kepalanya, tapi dia kembali memeluk Jack.
"Aku tidak, aku terkejut. Ada yang terbang di depan kaca mobil tadi. Aku panik, dan banting setir ke kiri. Tapi aku takut sekali Jack!" katanya yang semakin erat memeluk Jack.
Wanita itu sedang berbohong. Dia sedang mengarang cerita penyebab kecelakaan itu terjadi. Tapi sisanya benar, saat ini dia memang sangat ketakutan.
"Aku bawa kamu ke rumah sakit Frans, ya. Tidak jauh dari sini. Aku akan telepon derek, untuk membawa mobil ini ke bengkel!" kata Jack.
Tamara mengangguk dengan cepat. Jack mengajak Tamara ke mobilnya. Membuka pintu dengan hati-hati, bahkan meletakkan tangannya yang di perban di atas kepala Tamara supaya Tamara tidak terbentur kepalanya. Dia sepertinya memang sangat perhatian pada Tamara.
Begitu sampai di rumah sakit Frans. Frans meminta asistennya memeriksa kondisi Tamara.
"Bukannya dia sedang dekat dengan Max? kenapa dia tidak menghubungi Max? malah menghubungimu?" tanya Frans.
Frans yang memang sering menghadiri acara yang juga sering dihadiri kedua orang itu, Max dan Tamara tentu saja tahu kalau mereka sedang bersama. Sudah lima kali dia memergoki keduanya bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra di sebuah acara.
"Kenapa menanyakan hal yang tidak penting! cek saja kondisinya, kamu dokter kan? bukan wartawan?" tanya Jack.
Frans mengangguk, tapi raut wajahnya masih terlihat mengejek Jack.
"Baiklah, mungkin Max sedang sibuk. Makanya dia hubungi kamu!" kata Frans sebelum pergi dari meja kerjanya menuju ke ruangan pemeriksaan di sebelah ruangannya itu.
Saat Frans datang, Tamara terlihat sedang melamun. Wajahnya juga terlihat begitu pucat. Frans pun meminta laporan dari asistennya.
"Apa yang terjadi padanya? wajahnya terlihat pucat, dia juga melamun. Apa ada benturan? atau luka dalam?" tanya Frans pada asistennya.
"Tidak dok. Kamu sudah periksa semuanya. Tidak ada benturan atau luka dalam. Pasien hanya terkejut. Tapi bahkan tangannya juga tidak terluka. Mungkin dia sedang melamun saat itu terjadi. Tapi langsung menyadarinya. Dan dokter, tekanan darah pasien sangat rendah, saat kami bertanya dia juga kurang fokus. Sering sekali melihat ponselnya. Sepertinya selain terkejut karena kecelakaan itu, pasien juga sedang memikirkan sesuatu yang berat" jelas asisten Frans.
Frans membaca lagi laporan itu, tapi tidak ada masalah medis yang berarti.
'Pikiran berat? benarkah? bukannya selama ini hidupnya sangat menyenangkan?' batin Frans.
"Satu lagi dok, tadi pasien sempat mual. Tapi saat kami tawarkan untuk pemeriksaan radiologi. Pasien menolak!" jelas Angela.
"Mual?" tanya Frans lagi dan di angguki dengan cepat oleh Angela.
Frans mencoba untuk berpikir, dari segi medis saja. Tekanan darah rendah, wajah pucat, detak jantung dengan ukuran seperti terlihat di laporan, dan Tamara sempat mual.
"Panggil dokter Ivone!" kata Frans pada Angela.
Wajah Angela terlihat bingung, alisnya bahkan naik cukup tinggi.
"Dok, tapi dokter Ivone kan dokter kandu..."
"Panggil saja! cepat!" kata Frans menyela Angela.
Dan sebagai seorang asisten dokter kepala, Angela pun hanya bisa mengangguk dan memanggil dokter yang dimaksud Frans tadi.
Jack yang khawatir, mengikuti Frans. Tapi dia cukup terkejut, kenapa temannya itu malah ada di ruangan dekat pintu, bukan di kamar periksa dimana Tamara berada.
"Apa yang kamu lakukan? bagaimana keadaan Tamara?" tanya Jack dengan wajah serius.
Tapi Frans malah terlihat lebih ingin menggoda temannya itu. Bukan dalam artian menggoda yang lain, hanya saja ingin bertanya, atau lebih tepatnya memancing sesuatu yang sedikit privasi dari Jack.
"Aku tahu sekarang, kenapa kamu begitu tidak bisa move on dari Tamara. Meski sebenarnya kamu sudah dua kali patah hati karena dia!" kata Frans pada Jack.
Frans berpikir, jika memang apa yang dia curigai benar. Frans bahkan berpikir itu karena Jack.
Sayangnya Jack malah bingung.
"Jadi kamu sudah tidak perjaka lagi kan?" tanya Frans yang membuat Jack nyaris melotot.
Tapi mau menyangkal juga tidak bisa. Jack memang sudah tidak perjaka lagi. Itu juga yang menjadi alasan dia menikahi Maira.
"Kamu, kenapa bicaramu seperti ini?" tanya Jack sedikit kesal.
Tapi tidak dapat di sangkal, daun telinga pria itu memerah. Frans yang memang bersahabat dengannya lebih dari 10 tahun, tentu saja mengerti apa yang sedang di rasakan oleh Jack. Temannya itu sedang sangat malu.
"Ha, benar kan? ternyata kamu orang yang seperti itu ya?" tanya Frans semakin membuat wajah Jack merah.
"Terserah, selesaikan pekerjaanmu!" kata Jack yang kembali memilih keluar karena tidak ingin di ejek terus oleh Frans.
Sementara itu, dokter Ivone sudah datang bersama dengan Angela.
"Iya dokter, ada yang bisa aku bantu?" wanita dengan bentuk tubuh bisa di bilang berisi itu bertanya dengan sopan pada Frans.
"Dokter Ivone, tolong periksa denyut nadi pasien yang ada di dalam ya! jangan katakan apapun, periksa saja denyut nadinya dan pastikan sesuatu untukku!" kata Frans.
Dokter Ivone mengangguk patuh. Rumah sakit ini kan memang milik keluarganya Frans. Semua dokter di sini memang bekerja untuk Frans dan keluarganya.
Tak berselang lama, setelah memeriksa Tamara. Dokter Ivone kembali menemui Frans.
"Kecurigaan dokter benar. Pasien di dalam tengah mengandung, dari denyut nadi yang masih lemah, kemungkinan sekitar 8 atau 9 minggu. Untuk memastikan, kita bisa lakukan..."
Frans menggelengkan kepalanya, membuat dokter Ivone menjeda ucapannya.
"Tidak perlu. Biarkan saja, itu urusan mereka!" kata Frans yang merasa kalau memang Jack tidak mau memberitahunya, pasti dia punya rencana.
Padahal, Jack sama sekali tidak tahu. Kalau Tamara ternyata sudah hamil.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪