Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.
Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.
Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.
Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
"Apa yang telah kau katakan pada Mama?" tanya Dipta.
Vania jadi terkejut dan heran dengan pertanyaan pria itu. Dia merasa tak mengatakan apa pun.
"Aku tak paham dengan apa yang kau maksud Dipta! Aku tak ada mengatakan apa pun," ucap Vania.
"Kalau memang kau tak mengatakan apa pun, kenapa mama jadi curiga kalau aku ada hubungan dengan Khanza?" Dipta kembali bertanya.
Vania menggelengkan kepalanya. Tak menyangka jika Dipta bisa mencurigai dirinya. Padahal dia tak mengatakan apa pun tentang hubungan mereka.
"Maaf, aku tak perlu mengatakan apa pun dengan Tante Lily. Dari sikapmu, siapa pun orangnya pasti akan dapat menyimpulkan jika kamu dan Khanza ada hubungan. Perhatianmu jelas terlihat kalau kau mencintainya, tak perlu aku mengatakan apa-apa," ucap Vania dengan suara sedikit tinggi.
Dia menarik napas dalam. Menyesali ucapannya sendiri yang tampak sedikit emosi. Tak pernah dia bicara dengan nada tinggi begini selama mereka berkenalan.
"Kau cemburu?" tanya Dipta.
Vania merasa dadanya semakin sesak mendengar pertanyaan pria itu. Dia tak menyangka jika Dipta bicara begitu dengannya. Apa dia tak tahu jika dirinya telah mati-matian membunuh perasaan itu selama ini. Apakah Dipta tahu, kalau dia harus berjuang mati-matian untuk menghilangkan perasaan sukanya.
"Apa yang kau tanyakan ini?" tanya Vania dengan suara serak menahan tangis.
"Apakah yang Mama katakan itu benar? Kau memiliki perasaan yang lain padaku? Kau mencintaiku?" tanya Dipta.
Vania tak bisa lagi membendung air matanya. Dia menghapusnya dengan kasar.
"Aku tak perlu menjawabnya. Terserah penilaian kamu gimana. Tapi yang pasti, aku tak pernah mengatakan apa pun mengenai kamu dan Khanza. Karena itu bukan ranahku. Itu urusan kamu dan mamamu!" ucap Vania dengan terbata-bata.
Dipta hanya diam, tak tahu harus berkata apa lagi. Hingga Vania kembali bersuara.
"Aku kira kau sahabatku. Aku kira kau adalah rumahku. Tapi ternyata penilaianku selama ini salah. Sepuluh tahun kita berteman, kau masih belum paham dan mengerti siapa aku. Apakah menurutmu aku akan mampu mengatakan sesuatu yang buruk mengenai orang lain? Jelas-jelas orang itu mau membunuhku saja, aku tak akan mau mengatakan pada siapa pun," ucap Vania dengan penuh penekanan.
Vania lalu menghempaskan tangannya dengan keras agar cengkeraman Dipta terlepas. Dia berbalik, dan ingin berjalan meninggalkan pria itu. Tak mau ikut terbawa emosi.
Saat Vania berbalik bertepatan dengan Khanza yang datang menghampiri. Melihat Vania menangis, tentu saja dia heran.
"Mbak, kenapa menangis?" tanya Khanza.
Vania tak menghiraukan pertanyaan Khanza, dia terus berjalan meninggalkan keduanya. Hal itu membuat Khanza keheranan. Dia lalu mendekati Dipta.
"Mbak Vania kenapa, Mas?" tanya Khanza. Dia melihat Vania menangis sambil berjalan dengan cepat masuk ke kamarnya.
"Tak apa-apa. Ada yang ingin aku katakan. Kita ke taman saja ya," ajak Dipta.
Dipta lalu mengajak Khanza menuju ke taman dan memintanya duduk. Dia juga ikutan duduk di samping wanita itu.
"Khanza, setelah Mika berusia dua bulan, sebaiknya kamu cari kontrakan lain aja. Biar aku yang nanggung semuanya, termasuk buat makan dan susu Mika," ucap Dipta.
"Kenapa Mas? Apakah Mbak Vania tak mengizinkan aku tinggal di sini lagi?" tanya Khanza.
Khanza jadi berpikiran begitu. Karena tiba-tiba Dipta mengajaknya pindah dan tadi melihat Vania menangis.
"Tak ada apa-apa. Aku pikir memang lebih baik kamu tinggal di tempat lain."
"Apakah Mas dan Mbak Vania bertengkar?" tanya Khanza.
Dipta menggelengkan kepalanya. Dia sebenarnya juga merasa sangat bersalah membuat gadis itu menangis. Dia jadi berpikir, apakah sudah keterlaluan karena membuat Vania menangis. Namun, dia juga tak bisa menepis pikirannya mengenai ucapan sang mama yang mengatakan jika Vania mencintainya.
"Tidak, kami tidak bertengkar."
"Kenapa Mbak Vania menangis? Kenapa Mas tiba-tiba meminta aku pindah? Apakah ini kemauan Mas atau Mbak Vania?" tanya Khanza.
Dipta merasa sedikit terjepit dengan pertanyaan Khanza yang tajam. "Kamu tahu Mama, Khanza. Dia memiliki pendapat yang sedikit berbeda, tentang Vania dan aku," kata Dipta dengan nada yang sedikit berat. Khanza memandang Dipta dengan mata yang penuh pertanyaan. "Apa maksudmu, Mas?" tanya Khanza, penasaran.
Dipta menghela napas, lalu menjelaskan situasi yang terjadi. Khanza mendengarkan dengan saksama, ekspresinya berubah dari penasaran menjadi terkejut. "Jadi, Mama berpikir Mbak Vania memiliki perasaan pada kamu, Mas?" tanya Khanza, memastikan. Dipta mengangguk, merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini.
Khanza jadi memikirkan ucapan Dipta. Apakah benar apa yang mama Dipta katakan itu? Apa benar kalau Vania memiliki perasaan berbeda dengan pria itu. Dia menarik napas dalam. Tak mengerti dengan situasi saat ini.
"Khanza, jangan pikirkan ucapan mama. Jika benar Vania memiliki perasaan untukku, itu tak akan ada artinya karena aku tak suka dengannya. Aku hanya menganggapnya sebagai adik, tidak lebih. Aku hanya mencintai kamu," ucap Dipta.
Khanza terdiam memikirkan ucapan pria itu. Jika benar selama ini diam-diam Vania mencintai Dipta, dia merasa sangat bersalah karena menjadi penghalang mereka.
Khanza memandang Dipta dengan mata yang sedikit kosong, pikirannya melayang jauh. Dia tidak bisa tidak memikirkan Vania, yang selama ini menjadi sahabat baik Dipta. Apakah benar Vania memiliki perasaan pada Dipta? Jika ya, apa yang akan terjadi jika Dipta mengetahuinya? Khanza merasa sedikit bersalah, seolah-olah dia menjadi penghalang antara Dipta dan Vania.
Dipta tidak menyadari perubahan emosi Khanza, dia terus berbicara tentang perasaannya pada Khanza. Tapi Khanza hanya mendengarkan dengan setengah hati, pikirannya masih melayang pada Vania. Apakah Vania benar-benar mencintai Dipta?
Khanza merasa sedikit tidak tenang, dia tidak bisa tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dia memandang Dipta dengan mata yang sedikit berbeda, seolah-olah dia melihat Dipta dengan perspektif yang baru. Dipta masih berbicara, tapi Khanza hanya mendengarkan dengan diam, pikirannya masih melayang jauh.
"Mas, aku harus bicara dengan Mbak Vania?" ucap Khanza.
Khanza lalu berdiri dari duduknya. Dia tak boleh mengabaikan semua ini. Dia merasa sangat bersalah jika benar Vania mencintai Dipta.
"Bicara apa? Biarkan dulu Vania sendirian," ucap Dipta.
"Jadi Mas bertengkar karena ucapan mama yang mengatakan kalau Mbak Vania mencintai kamu?"
"Jangan tanyakan itu lagi. Aku hanya menanyakan kebenaran ucapan mama. Tapi Vania marah," jawab Dipta.
"Mama Mas Dipta sangat menyayangi Mbak Vania, pasti dia berharap kalau Mas dan Mbak Vania menjadi pasangan," ujar Khanza dengan suara lirih.
"Khanza, harus berapa kali aku katakan. Jangan pedulikan omongan orang atau apa yang orang lain pikirkan. Yang penting, aku mencintaimu. Aku hanya mau kamu yang jadi pendampingku, bukan Vania atau wanita lainnya."
Walau Dipta berusaha meyakinkan dirinya, tapi Khanza tak bisa mengabaikan tentang perasaan Vania. Dia harus segera bicara dengan gadis itu.
Vania sudah sangat baik dan banyak menolongnya. Tak mungkin dia tega menyakiti gadis itu.
***
Selamat Siang. Masih suasana weekend ya. Semoga semua dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Tuhan.
Mohon tetap mendukung novel ini dengan memberikan like dan komentarnya setiap habis membaca. Terima kasih.
Kamu team mana nih ...? Khanza - Dipta atau Vania - Dipta.
saya Khanza...eh salah..saya khenzo 😁🤣😅🙏
vania semoga km menemukan jodoh yg baik di tempat yg baru ya
Semoga kalean selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu di jaga oleh mama Reni 🤗🤗😍😍