NovelToon NovelToon
Ratu Film Favorit Mr A

Ratu Film Favorit Mr A

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Live/Variety Show / Putri asli/palsu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ly-Ra?

Elara Vienne menyadari dirinya masuk ke dalam novel yang baru-baru ini ia baca. Tapi kenapa justru menjadi tokoh antagonis sampingan? Tokoh yang bahkan tidak bertahan lebih dari lima bab dalam cerita.

Tokoh antagonis ini benar-benar menyedihkan—tidak diakui oleh keluarga aslinya, dibenci oleh netizen, dan bahkan pacarnya direbut oleh sang putri asli.

Ketika bangun dia bahkan sudah kehilangan kesuciannya, sungguh Elara sangat terkejut. tapi kenapa laki-laki ini begitu mencintainya?

Let’s start the story.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly-Ra?, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Kenapa? Aku tidak boleh disini?" ucap Elara dengan raut wajah dingin, dia menatap kedua orangtuanya tajam.

Mendengar kalimat itu dari Elara, mulut kedua orangtuanya mencibir melihat tingkah anaknya, "Apalagi? Bukankah kamu tidak suka kepada kami sehingga jarang pulang? tidak pernah mengirimi kami uang ataupun barang, kamu bahkan gak pernah bantu kami di ladang, dasar anak tidak berbakti! Ayla lebih baik menjadi anak kami, daripada dirimu."

Perkataan menyakitkan itu keluar dari mulut ibunya, mulut Elara membentuk garis lurus. Dia hanya mendengarkan omelan itu dengan tenang. Tidak ada tanda-tanda kemarahan ataupun kecewa yang terpasang di wajahnya.

Melihat anaknya hanya diam mengira anaknya hanya bisa menerima, Nadira Arisanti melanjutkan perkataannya dengan tajam, "Belajar lah seperti Ayla, dia sering pulang kesini untuk berbakti kepada kami. Dia juga suka mengirimi kami uang dan barang, kenapa kamu tidak bisa seperti Ayla?"

Ketika membicarakan Ayla Kirana, Gilang Atmaja dan Nadira Arisanti terlihat sangat bangga. Mereka merasa didikan mereka berhasil walaupun tahu Ayla bukan anak mereka. Sedangkan Elara hanyalah produk gagal yang tidak layak dibanggakan. Lucu sekali.

"Kenapa aku harus berbakti kepada kalian? Kalian tidak pernah merawat ku, hanya karena kalian melahirkan ku, kalian tidak berhak mendapatkan apapun dariku."

Perkataan yang keluar dari Elara berhasil menyulut kemarahan Gilang dan Nadira, dia tidak menyangka anak ini berani membalas perkataan orangtuanya. Menyebalkan sekali jika memiliki anak pembangkang seperti ini.

"Jika aku tidak melahirkan mu, kamu tidak bisa hidup!" bentak Nadira penuh penekanan, dengan suara begitu tajam. perkataannya begitu menusuk dengan begitu sengaja.

Tidak ada ekspresi apapun dalam wajah Elara, seakan perkataan ibunya hanyalah angin lalu yang lewat. Tidak ada pengaruh emosional sama sekali dalam hati Elara. Hati yang sudah beku tidak bisa dihangatkan kembali.

Benar. Perasaan Elara yang dulu sudah mati, bahkan rasanya sangatlah kosong ketika Elara menempati tubuh ini. Dia seperti mayat yang berjalan tanpa adanya perasaan apapun didunia ini.

Luka yang ditahan begitu lama membuat hatinya sudah mati rasa. Apalagi menghadapi kasih sayang yang tidak pernah ada. Sekarang Elara sedikit paham kenapa Elara yang dulu memilih pergi dari dunia ini.

"Aku tidak pernah minta untuk lahir ke dunia ini, apalagi mendapatkan orangtua seperti kalian. Aku tidak pernah memintanya, kalianlah yang menginginkan aku."

Seketika Gilang dan Nadira terdiam, Elara benar. Mereka awalnya ingin memiliki anak, merekalah yang menginginkan Elara lahir. Tapi siapa yang tahu? Kecelakaan itu terjadi, mereka bahagia memiliki anak. Mereka mencurahkan semua kasih sayang dan cinta kepada anak itu.

Tapi siapa yang tahu, ternyata dia bukan anak mereka. Kasih sayang dan cinta sudah dihabiskan untuk Ayla. Tidak ada ruang lagi untuk Elara.

Apalagi melihat sikap Elara yang begitu pendiam dan dingin, rasanya seperti, ini bukan anak mereka.

"Setidaknya, kamu harus tahu cara berbakti! Tidak ada orang yang menginginkan mu diluar sana, cepat berikan aku uang! Beras dirumah sudah habis." pinta Gilang dengan nada datar, ada jejak ketidaksabaran dimatanya tapi pria ini masih tau cara untuk menahan diri.

Elara menatap ayah dan ibunya bolak-balik, dia tidak berkata-kata apapun. Langsung pergi menuju kamarnya yang berada di sudut, kamar Elara bersebelahan dengan gudang.

Gilang dan Nadira hanya menatap Elara dengan marah, mereka tau. dia tidak akan pernah memberikan apapun kepada orangtuanya, entah menurun dari siapa sifat menyebalkan ini.

Kamar Elara sangatlah sempit, diisi ranjang kecil saja sudah memenuhi seluruh ruangan. isi kamar sangat sederhana, hanya satu ranjang kecil dan lemari kecil. Tidak ada ruang lagi untuk tempat apapun.

Wanita itu mengeluarkan surat-surat yang dibutuhkannya dan pakaiannya, dia lalu memasukkannya ke dalam tas yang terlihat sedikit usang, tapi tetap terlihat bersih dan tercium aroma wangi.

Mata Elara meredup ketika mengeluarkan sebuah kotak dalam lemari, itu brankas kecilnya yang berisi uang. Tidak banyak tapi cukup untuk menghidupi keluarga sederhana seperti mereka beberapa tahun.

"Kalian memberikan kamar kecil untukku, sedangkan kamar Ayla begitu besar dan luas, ternyata tidak ada kasih sayang lagi." gumam Elara lirih dengan tertawa getir.

Karena Ayla masih suka kesini untuk berbakti, kamar yang ditempati Ayla masih ada, bahkan beberapa waktu lalu kamar itu masih dipercantik dan dihias dengan indah. Nadira dan Gilang begitu bahagia untuk putri angkat mereka.

Dari awal Elara Vienne pindah kesini, dia sudah tau. Kasih sayang yang diharapkan selalu tidak pernah ada, lebih baik pergi untuk meninggalkan rasa sakit yang terus berkepanjangan. Daripada harus menahan yang hanya membuat hati lebih terasa sakit dan mati rasa.

"Kemana kamu pergi, Elara?"

Mereka kira Elara kembali ke rumah seperti dulu, hanya menginap satu malam lalu langsung pergi entah kemana dalam berbulan-bulan. Tapi melihat Elara membawa koper, sepertinya ini agak terasa salah.

Elara mendongak menatap orangtuanya tenang, dia tidak segera menjawab tapi mengeluarkan sebuah kotak kecil yang kuncinya sudah tidak ada lagi, lalu menyerahkan kepada ibunya.

Nadira hanya bisa menerima kotak kayu yang disodorkan Elara dengan raut wajah bingung, apa yang sedang dilakukan anak pembangkang ini?

"Itu adalah biaya selama aku tinggal disini beberapa hari, aku juga sudah menghitung biaya persalinan dan uang yang kalian habiskan untuk melahirkan ku, semuanya sudah ku hitung dengan tepat. Seharusnya kalian tidak masalah dengan jumlah uangnya."

Duarrr

Bagaikan tersambar petir di siang bolong perkataan Elara membuat Gilang dan Nadira terkejut, apa maksudnya ini? Kenapa dia memberikan uang sebanyak ini?

Bibir Nadira bergetar, dia memandang Elara dengan pucat, "Apa maksudnya ini?"

Mata tenang dan misterius itu menatap mata yang bergetar, dia tidak terpengaruh secara emosional, "Aku ingin kita putus hubungan, kebetulan kalian belum memindahkan namaku dalam kartu keluarga kalian. Aku tidak ingin menjadi anak kalian lagi, seharusnya kalian senang dengan berita ini."

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan! Kamu tidak bisa ..."

Gilang tidak bisa melanjutkan perkataannya, dia masih menatap Elara dengan tidak percaya. Kenapa dia seperti ini?

Seketika pintu rumah utama dibuka, dengan menghasilkan suara berderit yang keras. pintunya seakan didorong dengan begitu tidak sabar.

Ketiga orang yang berada dalam rumah, melihat sang pelaku yang membuka pintu dengan kasar. Arkan, yang menampilkan raut wajah dingin dan suram.

Nadira dan Gilang meneguk ludahnya takut melihat momentumnya, sedangkan Elara hanya menatap tenang kearah Arkan, dia sudah terbiasa menghadapi antagonis iblis ini.

"Kenapa kamu lama sekali? Jika kamu benar-benar melewati 20 menit, aku akan membakar rumah bobrok ini."

Mendengar hal itu Elara melirik kearah waktu, padahal baru ada 17 menit. Tapi Arkan sudah terlihat tidak sabaran, Elara tidak berkata apa-apa dengan sikapnya.

"Ayo pergi, urusan ku sudah selesai." ajak Elara dengan berjalan keluar rumah terlebih dahulu, diikuti oleh Arkan dibelakangnya.

Melihat anaknya akan pergi, Gilang berteriak dengan tidak sabar, "Anak pembangkang! Kemana kamu ingin pergi? Kami ini orangtuamu, beraninya kamu mengikuti pria liar!"

Langkah Elara terhenti dia menoleh untuk melihat wajah Arkan yang semakin suram, sepertinya dia agak tersinggung dengan sebutan pria liar? Entahlah.

Elara memandang orangtuanya dingin, dia tertawa kecil menghasilkan tawa yang begitu jahat. Membuat Nadira dan Gilang merinding mendengarnya.

Apakah anak ini sudah tidak waras?

Setidaknya itulah pikiran yang terlintas dibenak mereka.

"Sejak kalian menukarkan ku dengan Ayla, aku sudah bukan anak kalian lagi."

Nadira dan Gilang saling memandang dengan pucat, bagaimana Elara bisa tahu? Arkan juga mengangkat satu alisnya menatap Elara tidak mengerti, tapi dia tidak bertanya.

Setelah mengatakan itu Elara dan Arkan pergi meninggalkan rumah dengan tenang, mata Elara meredup mengingat kalimat yang baru dia ucapkan, sepertinya beberapa hal yang ditulis dalam novel ada benarnya.

...----------------...

1
Kyna
harusnya ceweknya yg minta tanggung jawab, lah ini malah cowoknya
Lyra: 🤣 modus itu
total 1 replies
rohmatulrohim
menarik....
rohmatulrohim: semangat berkarya yg rajin up nya😉
Lyra: Terimakasih banyak ✨
total 2 replies
Naufal Pratama
up lagi kk
Lyra: Baiklah
total 1 replies
Naufal Pratama
crazy up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!