Ayo Bercerai Kaisar!

Sepanjang perjalanan pulang, wajah Annete benar-benar bahagia. Aron telah di bawa oleh prajurit istana walau dengan wajah yang sungguh lucu. Sedangkan Horison, karena rasa bersalah ia akan menutup rumah bunga miliknya.

"Bukankah ini hari yang baik, yang mulia?" tanyanya.

"Hmm."

"Oh ya, saya berterima kasih pada Anda karena telah meluangkan waktu."

Annete benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Aldrich. Namun, apapun itu setidaknya ia masih untung.

"Yang mulia, saya lapar. Ayo kita makan! Saya akan mentraktir Anda sebagai bentuk terimakasih, bagaimana?"

"Itu tidak perlu, lebih baik makan di ista..."

"Yang mulia, restoran ini tampaknya enak! Ayo kesana!" Annete memasuki restoran dengan semangat tanpa mendengar jawaban Aldrich. Akhirnya Aldrich memutuskan untuk mengikuti wanita tersebut.

'Jika dia membuat masalah maka itu akan merepotkan.' Begitulah isi hati Aldrich.

"Wah nona dan tuan ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan restoran.

"Aku....aku ingin daging bakar dan satu gelas es jeruk."

"Dan tuan, apa yang ingin Anda pesan?" tanyanya pada Aldrich yang masih menggunakan jubahnya.

Hingga beberapa saat namun Aldrich tidak juga mengatakan apapun.

"Ah, itu dia...memesan sup daging dan juga es jeruk," asal Annete.

"Baiklah, kami akan menyiapkannya..."

Setelah pelayan tersebut pergi, Annete dengan cepat menyatukan kedua tangannya.

"Es jeruk?" tanya Aldrich. Seumur hidupnya ia bahkan tidak pernah mencoba minuman tersebut. Tentu saja, seorang kaisar selalu memiliki wine dengan kualitas terbaik, untuk setiap jamuan makannya.

"Itu menyegarkan, mungkin Anda akan suka..." cicit Annete.

"Huh..."

Aldrich hanya mampu menghela nafas menghadapi wanita tersebut. Hingga beberapa saat Annete hanya diam tanpa mengatakan apapun dan mulai membuka tas yang ia bawa.

"Sekarang mari kita lihat kasus ke tiga!"

Annete tidak ingin menyia-nyiakan waktu, semakin cepat maka semakin baik.

'Dia begitu bersemangat.'

Aldrich sudah banyak bertemu dengan berbagai macam manusia. Tapi, Annete berbeda dari manusia lainnya.

"Apa Anda akan ikut dalam kasus ketiga ini?" tanya Annete memastikan. Sebenarnya lebih baik jika Aldrich tidak ikut. Dengan begitu ia bisa dengan lebih bebas berekspresi.

"Tampaknya kau begitu keberatan dengan keberadaan ku ya?"

"Ma-mana mungkin saya begitu, dengan adanya Anda maka itu merupakan sesuatu yang sangat baik," bohong Annete.

"Baiklah jika begitu aku juga akan membantumu di kasus kali ini."

"Ya-yang mulia, jika Anda membantu saya maka... bagaimana dengan pekerjaan di kekaisaran. Tuan Gabriel mungkin saja akan kesulitan dengan tidak adanya Anda."

Wanita itu harus berusaha keras untuk membujuk Aldrich.

"Jadi menurutmu Gabriel adalah seorang yang tidak berkompeten. Sehingga ia bahkan tidak bisa untuk mengurus hal itu?" tanya Aldrich. Sebenarnya Aldrich tahu jika Annete hanya mencari Alasan agar dirinya tidak mengikutinya lagi. Tapi hal itu justru tidak membuatnya marah, ia merasa bahwa menggoda Annete cukup menyenangkan.

"Tuan Gabriel tentu saja orang yang berkompeten, mana mungkin yang mulia memiliki seseorang yang tidak berkompeten sebagai kepercayaannya hahaha."

'Akh, sial bagaimana cara mengusirnya!'

"Sudahlah, memang apa kasus ketiga?"

"Hmm, dari yang saya pahami tadi malam bahwa ini adalah kasus menghilangnya orang-orang di sebuah desa. Pihak kekaisaran telah menyelidiki namun tidak menemukan apapun. Bahkan mayat dari orang yang menghilang tidak juga di temukan. Ini menarik dan..."

"Lewatkan kasus itu, lanjut saja ke kasus ke empat!" pinta Aldrich yang begitu tiba-tiba.

"Ha? Tapi ini..."

"Jangan membantah Annete!"

Pria tersebut menekankan kalimatnya, namun itu justru membuat Annete semakin penasaran.

'Dasar aneh...'

Annete memutuskan untuk menutup buku tersebut, kala melihat pelayan datang dengan nampan di tangannya.

"Ini nona dan tuan, silahkan dinikmati..."

"Terimakasih banyak..." balas Annete dengan senyum ramahnya.

"Em...ini enak dan es jeruknya sangat pas di lidah, bukankah begitu yang mulia?"

"Ini sedikit...masam."

"Hahaha, wajah Anda terlihat lucu."

Annete benar-benar tidak bisa menahan tawanya saat melihat bagaimana wajah Aldrich yang mengkerut.

"Lucu? Aku?"

"I-itu tidak, saya yang lucu hehehe."

Karena gugup Annete bahkan meminum es jeruk miliknya sekaligus. Rasa asam benar-benar terasa di lidahnya.

Sedangkan disisi lain, Aldrich menaikkan sudut bibirnya. Entah mengapa, namun sekarang rasa asam di lidahnya telah berganti dengan manis.

Mereka menikmati makanan dengan kesibukan masing-masing. Dimana Annete sibuk dengan makanannya sedangkan Aldrich sibuk memperhatikan wanita tersebut.

Sedangkan di istana kekaisaran, Gabriel hanya bisa pasrah kala mengetahui bahwa Aldrich lagi-lagi pergi.

"Apa dia berniat membunuhku?" gumam Gabriel.

"Iya ini pasti, yang mulia merasa bosan dan ingin membunuhku!" tebaknya.

"Oh ya, setelah kuingat-ingat, bukankah mereka berdua selalu bersama akhir-akhir ini? Apa jangan-jangan mereka saling jatuh cinta?" Gabriel mulai membayangkan bagaimana hubungan antara Aldrich dan juga Annete.

"Itu masuk akal hehehe, jika begitu maka aku tidak keberatan dengan semua pekerjaan ini."

Gabriel benar-benar membayangkan hubungan mendalam diantara keduanya dan itu berhasil membuat dirinya tersenyum malu.

"BRAK!" pintu ruangan Gabriel yang terbuka dengan keras.

"Dimana yang mulia kaisar?" tanya seorang wanita dengan tampilan yang cantik dan juga elegan.

"Apa begitu keluarga duke mengajari putrinya?" sindir Gabriel.

Wanita tersebut adalah Veronica, perempuan yang dikatakan merupakan calon permaisuri kekaisaran. Banyak orang berpikir begitu karena Veronica merupakan putri tunggal dari Duke Rigel. Seseorang dengan gelar tertinggi di antara bangsawan lainnya.

"Sudahlah, aku ini adalah calon permaisuri. Sudah wajar bukan bagiku untuk mencari tahu di mana Kaisar," sombongnya.

'Ingin sekali aku mengatakan bahwa kaisar saat ini sedang bersama dengan istri sahnya. Namun apa daya, ini semua masih menjadi rahasia.'

"Kenapa diam? Dimana yang mulia?"

"Yang mulia memiliki urusan penting, sehingga ia tidak akan ada di istana."

"Urusan apa?"

"Itu adalah urusan kekaisaran, ORANG LUAR seperti Anda sama sekali tidak usah ikut campur!"

Gabriel benar-benar muak menghadapi wanita ini.

"Kau!"

"Pergilah, aku juga tidak memiliki waktu untuk mendengarkan ocehanmu."

Perkataan Gabriel benar-benar terasa menusuk dan berhasil membuat Veronica meninggalkan tempat tersebut.

"BRAK!"

"Jika pintu itu rusak maka aku akan menuntutnya..."