Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Keesokan harinya.
Setelah sarapan bersama, tante Bianca dan keluarganya pamit kembali ke Jakarta. Farid dan istrinya mengantarkan mereka ke bandara Juanda.
Tidak lama kemudian, mereka pun sampai.
"Siena, Farid, makasih ya sudah nganter kami."
"Sama-sama, tante."
"Siena, kapan-kapan main dong ke rumah tante. Ajak Farid honey moon ke sana."
"Insyaallah, tante."
"Tante do'ain kalian segera punya momongan ya. Tapi jangan kembar dulu. Tante nggak tega lihat Siena tang imut ini."
"Hehe... tante bisa saja."
Beberapa menit kemudian, rante Bianca harus cek in. Setelah mereka masuk, Farid dan Siena pun meninggalkan bandara.
Setelah pulang dari bandara, Faris dan Siena mampir di salah satu hotel milik Farid yang belum sama sekali Siena singgahi. Hotel tersebut memang tidak jauh dari bandara. Hotel milik Farid itu memang lebih kecil dari pada hotelnya yang lain. Namun desain unik hotel ini membuat tertarik para pengunjung.
"Hubby, ini..."
"Milik kita."
Siena tidak tahu sebanyak apa aset yang dimiliki suaminya. Ia ganti tahu bahwa suaminya itu adalah cucu dari orang kaya dan pengusaha muda yang sukses. Namun Siena belum tahu sebanyak apa kekayaan suaminya. Intinya selama jadi istri Farid, ia sangat diratukan dan semua kebutuhannya terpenuhi.
Namun ada suatu hal yang membuat Siena gelisah beberapa hari ini. Ia menemukan panggilan tak terjawab di handphone suaminya. Panggilan tersebut dari nomer yang belum tersimpan kontaknya di handphone Farid. Siena sedikit gelisah memikirkan hal tersebut. Namun sebagai seorang istri yang baik, Siena tidak ingin menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap suaminya.
"Sayang, tunggu aku di kamar. Sekarang aku ada meeting dengan klien yang akan booking hotel ini bulan depan.Kamu istirahat saja dulu.Kl Okey?"
"Okey, sukses ya by."
"Aamiin..."
Namun saat sudah sampai di pintu, Farid kembali lagi.
"Ada apa?"
"Ada yang ketinggalan."
"Apa?"
Farid mencium bibir istrinya.
"Ish, dasar mesum."
"Kok mesum sih, ksn itu vitamin. Hehe..."
Siena hanya mengulum senyum. Farid pun keluar dari kamar menuju restoran hotel. Ia hanya membawa notebook.Siena tidak tahu jika handphone Farid ketinggalan. Ia terkejut saat handphone itu berdering. Siena mencoba mengeceknya.
"Nomer ini lagi. Apa aku angkat saja?" Lirihnya.
Belum sempat mengangkatnya, handphone tersebut sudah mati.
Tidak lama kemudian, ada pesan yang masuk. Siena tidak sengaja melihat pesan tersebut. Pesan dari nomor yang sama. Siena dapat membacanya sekilas.
📥 087X XXXX XXXX
Kenapa telponku tidak diangkat kak?
Maaf jika mengganggu. Aku butuh bantuan kak Farid.
Zania.
Siena memutar otaknya. Entah kenapa pikirannya tertuju pada orang yang ia temui bersama Farid beberapa hari yang lalu.
Beberapa saat kemudian Farid datang.
ceklek...
"Sayang."
"Eh iya, kenapa kembali?"
"Handphone-ku ketinggalan."
"Ah iya, ini..Tadi ada telpon tapi saat mau diangkat sudah mati."
"Oh... ya sudah, aku kembali dulu."
"Hem, iya."
Farid kembali ke restoran. Sedangkan Siena saat ini sedang rebahan sambil berpikir keras. Timbul pikiran negatif dalam dirinya. Namun ia berusaha menepisnya karena suaminya terbukti tidak melakukan hal yang mencurigakan.
30 menit kemudian, Farid kembali ke kamar. Namun ternyata ia mendapati istrinya sudah terlelap. Farid tersenyum melihat wajah teduh itu. Ia membelai rambut istrinya seraya mengecup kebingnya.
"Aku tidak menyangka akan memiliki istri selucu kamu, secantik kamu, dan seunik kamu. Dalam do'aku, aku hanya meminta yang terbaik kepada Allah. Dan kamulah jawabannya." Lirih Farid.
Handphone Farid kembali berdering. Ia pun terpaksa mengangkatnya. Ia keluar dari kamar. Hal tersebut ternyata diketahui oleh Siena. Ternyata tadi dia hanya pura-pura tidur. Siena pun menguping dari balik pintu kamar. Farid sedang menerima telpon di depan pintu.
"Maaf, tolong jangan menggangguku."
"...... ....... ......"
"Kenapa harus meminta bantuanku?"
"...... ..... .... ..... "
"Ya sudah, begini saja. Nanti biar Romi yang membantumu. Itu pun kalau dia juga tidak keberatan. Tapi setelah ini tolong jangan hubungi aku lagi. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman. "
"..... .............. "
"Wa'alaikum salam."
Farid menghela nafas panjang.
Farid kembali masuk ke kamarnya. Siena yang masih berdiri di balik pintu tidak tahu. Ia pun terbentur pintu.
"Au.... "
"Astaghfirullah... maaf maaf, sayang. Kamu ngapain? "
"Huh... aku? Itu... nggak ngapa-ngapain kok. Cuma mau keluar tadinya."
"Oh... benarkah?"
"Hem, iya benar. "
"Urusanku sudah selesai. Mau istirahat dulu di sini, atau langsung pulang saja?"
"Pulang saja. Aku ada janji dengan ummi mau bikin resep baru."
"Ya sudah, ayo kita pulang. Jangan sampai ada yang lupa."
"Hem... "
Mereka pun keluar dari hotel. Selama dalam perjalanan pulang, tidak ada obrolan di antara keduanya. Siena nampak enggan untuk berbicara. Padahal biasanya dia yang selalu menghidupkan suasana. Farid sedikit curiga dengan perubahan sikap istrinya. Namun ia tetap berusaha positif thinking.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah. Siena langsung pergi ke kamar untuk ganti baju, lalu menuju ke dapur. Farid langsung menghubungi Romi saat tidak bersama Siena.
"Rom, kamu gila ya! Bisa-bisanya memberi nomorku kepada dia? "
"Maafkan aku bro. Dia sangat memohon. Aku sendiri tidak bisa membantunya."
"Ck, menyusahkan."
"Ayolah rid, bantu saja dia. Suaminya sedang mengalami kebangkrutan. Kamu tega membiarkan anak yang tidak berdosa mati begitu saja."
"Astaghfirullah... ucapanmu, Rom."
"Lagi pula kamu tahu nggak sih? Zania itu sudah menikah untuk yang kedua kalinya. Si Dion suami pertamanya itu meninggalkannya karena Zania melahirkan anak cacat."
"Na'udzu billah... ya Allah. Kok ada lelaki yang berpikiran picik sepertinya."
"Makanya, kalau aku pikir suami Zania yang sekarang itu termasuk lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Kamu bantu saja mereka, okey?"
"Aku tidak ingin berurusan dengan Zania lagi. Kamu saja yang urus. Uangnya aku transfer."
"Pak bos, Zania itu bukan hanya butuh uang. Tapi suaminya juga butuh investor yang mau menanam modal pada usahanya. Aku mana ngerti soal begituan. Aku kan cuma pengusaha ecek-ecek."
"Ya ya... ya sudah! Kita bicarakan lagi nanti."
Farid pun menyudahi obrolannya dengan Romi. Beberapa saat kemudian, ia pergi ke dapur untuk mengintip istri kecilnya yang sedang mencoba resep baru bersama umminya.
Ternyata Ummi dan Siena sedang membuat brownis ketan hitam caramel yang sedang viral saat ini. Bau masakan mereka tercium sampai memenuhi rumah.
"Hem... masyaAllah." Ucap abi yang mencium bau tersebut dari ruang tengah.
"Wah enak sekali baunya. " Ujar Farid.
"Istri kita sedang berperang di dapur." Sahut abi.
"Mereka sedang mencoba resep baru katanya, bi."
"Siap-siap dibikin buncit tuh perut." Sahut abi sambil terkekeh. Farid pun mengulum senyum.
Tidak lama kemudian, masakan mereka sudah siap untuk disajikan. Ummi memotong brownis tersebut menjadi beberapa bagian, lalu Siena membawanya ke ruang tengah.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Abang Farid makin posesif sama sang isteri yg masih imut nan cantik, meskipun pakai hijab ternyata pesonanya bisa membius rekan bisnisnya di negeri gingseng ini??🤩🤩🤩🤩🤫🤫
lanjut author
kayaknya sena hamil aamiin yra..