Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAYAT PEREMPUAN DAN BAYI
Jeduarrrr...
Bagai di sambar petir di siang bolong, tubuh Vanni terasa kaku. Lidahnya terasa kelu tidak bisa di gerakkan. Ia hanya bisa memandangi wajah Andreas yang tersenyum sinis kepadanya
" Kenapa? Apa kamu kaget setelah mengetahui kalau aku cuma pura pura amnesia?" Tanya Andreas.
" Jadi dari awal kamu pura pura hilang ingatan Andreas? Kamu tidak amnesia?" Tanya Vanni tak percaya.
" Sempat sih." Andreas menganggukkan kepala membuat Vanni semakin tak mengerti.
" Apa maksudmu? Jangan bertele tele Andreas. Kau tahu aku tidak menyukai itu." Ucap Vanni kesal.
" Tentu aku masih mengingat tentang semua yang tidak kamu suami sayang." Sahut Andreas. " Waktu bodyguard ayahmu mendorongku, aku memang kehilangan separuh ingatanku. Yang aku ingat waktu itu, kita masih suami istri makanya begitu mendengar kabar pernikahanmu aku langsung datang. Aku hancur saat itu Vanni, aku hancur melihatmu menjadi milik orang lain. Aku ingin mengakhiri hidupku saat itu juga makanya aku mencoba untuk bunuh diri, aku pikir aku akan mati saat itu tapi rupanya Tuhan masih mengijinkan aku untuk bernafas." Andreas masih menatap wajah Vanni yang semakin kelihatan cantik jika sedang fokus begini.
" Sampai saat aku sadar, aku tidak tahu kenapa aku berada di sini. Aku berada di negeri orang dengan alasan kesehatan. Sampai aku mendengar ibuku meminta psikiater untuk menghapus semua memoriku, aku begitu takut saat itu. Aku takut jika aku tidak bisa lagi mengingatmu. Mengingat kenangan kenangan indah kita saat dulu. Aku berusaha kabur namun mama menangkapku. Tapi Tuhan berkehendak lain Vanni. Bukannya ingatanku semakin hilang tapi ingatanku semakin jelas. Aku jelas jelas mengingat siapa kamu dan siapa aku. Aku senang bukan main saat itu, aku berencana untuk kembali ke negaramu dan menemuimu tanpa sepengetahuan mama. Namun belum sempat aku pergi, Tuhan sudah mempertemukan kita kembali. Saat aku melihatmu kemarin, ingatanku kembali sepenuhnya. Termasuk pengkhianatan yang aku lakukan padamu dengan menikahi Luna. Mungkin Tuhan memang menginginkan kita untuk bersama. Itu sebabnya kita bertemu di rumah sakit di waktu yang tepat." Sambung Andreas.
Lemas sudah seluruh sendi sendi di dalam tubuh Vanni. Semakin sulit baginya untuk pergi dari Andreas. Mungkin untuk sementara waktu ia harus menerima takdir Tuhan yang telah tertuliskan. Selama berada di sini, ia akan menyusun rencana untuk pergi meninggalkan Andreas kembali.
" Tidak perlu di pikirkan! Kamu tidak boleh banyak pikiran pasca operasi. Sekarang makan lah! Setelah itu minum obatnya." Ujar Andreas kembali menyuapkan makanan ke mulut Vanni.
" Kamu juga menebus obat dari rumah sakit?" Tanya Vanni tanpa mempedulikan tangan Andreas yang menggantung di depannya.
" Iya, demi kesehatan kamu apapun akan aku lakukan. Sekarang makan lah! Tanganku sudah kesemutan dari tadi." Ujar Andreas.
" Aku bisa sendiri." Vanni mengambil sendok dari tangan Andreas lalu menyuapkan ke mulutnya. Andreas tersenyum melihat tingkah Vanni.
Andreas menyiapkan obat sekaligus air putih untuk Vanni. Selesai makan, Vanni segera minum obatnya.
" Tidur lah! Aku akan menemanimu di sini."
Tiba tiba Andreas naik ke atas ranjang di sisi sebelah Vanno. Hal ini membuat Vanni cukup terkejut.
" Mau apa kamu?" Tanya Vanni sedikit was was.
" Aku mau tidur memeluk putraku." Sahut Andreas.
Andreas berbaring miring menghadap Vanno lalu memeluk baby Vanno dengan lembut. Ia menatap wajah mungil bayi kecil di depannya.
" Andai saja aku bisa memberikannya padamu bayi mungil seperti Vanno, pasti pernikahan kita tidak akan hancur. Kita akan hidup bahagia bersama selamanya Vanni."
Vanni menoleh menatap wajah Andreas yang nampak murung. Namun ia tidak bisa berkata apa apa karena dirinya mulai mengantuk. Mungkin efek salah satu obat yang ia minum.
" Tapi tidak apa apa, sekarang daddy sudah punya kamu. Daddy akan menyayangi kamu seperti anak daddy sendiri. Daddy akan selalu memberikan yang terbaik untukmu sayang. Sehat selalu sayang dan temani daddy di sini selamanya. Daddy sayang kamu." Andreas menciumi pipi gembul milik baby Vanno.
Pemandangan ini masih bisa di lihat oleh Vanni. " Kasihan sekali kamu mas, andai saja kamu dan ibumu tidak menyakitiku, aku akan menerima kamu apa adanya. Namun waktu tidak bisa di putar kembali. Cintaku hanya untuk suamiku, ayah dari anakku. Berbahagia lah mungkin Tuhan sedang memberikan kesempatan ini padamu, namun aku berharap kamu tidak akan terlena dengan situasi ini karena kebahagiaan ini hanya bersifat sementara. Aku akan kembali pada suami dan keluargaku yang sesungguhnya." Ujar Vanni dalam hatinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Prang... Prang... Prang...
Barang barang hotel yang terbuat dari kaca semuanya pecah akibat amukan Tama. Satu minggu sudah proses pencarian Vanni namun tidak ada hasilnya. Ia sudah mengerahkan semua anak buahnya, pihak intelegensi, bahkan dia sendiri juga sudah mencari ke setiap sudut kota di negara ini namun hasilnya tetap nihil. Sungguh Andreas menyimpan rapi tempat persembunyiannya.
Rohan yang saat ini berdiri tak jauh dari Tama bergidik ngeri melihat amarah sang majikan.
" Bagaimana kinerja kalian selama ini hah? Sebenarnya kalian itu bekerja atau hanya jalan jalan saja hah? Aku tidak mau tahu, aku ingin istri dan anakku di temukan sekarang juga!!!!" Teriak Tama menatap Rohan dengan tajam.
" Maafkan kami tuan, kami akan berusaha lebih keras lagi." Sahut Rohan.
" Pergilah! Jika dalam dua puluh empat jam ini kalian tidak menemukan informasi apa apa, lebih baik kalian tidak perlu bekerja lagi." Ucap Tama. Ia juga tidak bisa menyalahkan anak buahnya begitu saja mengingat pencarian yang cukup rumit.
" Baik tuan, kami permisi." Rohan membawa para anak buahnya untuk segera meninggalkan bosnya.
Tubuh Tama luruh ke lantai.
" Hiks.. Sayang, kalian dimana? Siapa yang sebenarnya menyembunyikan kalian selama ini? Mas kangen sayang, daddy kangen Vanno hiks.. Maafkan daddy yang tidak berguna ini. Maafkan daddy nak hiks.. " Isak Tama tak mampu memendam kesedihannya.
Waktu itu, setelah pulang dari rumah Andreas, Tama meminta Rohan ke lapas untuk menyelidiki Luna. Ia curiga jika Luna terlibat dalam penculikan Vanni dan Vanno kali ini. Namun setelah di integrasi selama lima jam lamanya, Luna tetap mengaku tidak tahu apa apa.
Tok tok
" Tama, boleh mommy masuk?" Tanya nyonya Hani dari luar. Selama satu minggu ini tidak ada yang pulang ke negara mereka sebelum Vanni ketemu. Mereka yakin Vanni masih ada di sini karena tidak ada penerbangan dari negara S ke Indonesia.
Tama mengusap air matanya, ia pun membukakan pintu untuk ibu mertuanya.
" Kamu menangis lagi?" Nyonya Hani menatap wajah sang menantu yang terlihat sembab.
" Bagaimana aku tidak menangis mom, anak dan istriku tidak ada kabar." Sahut Tama berjalan menuju sofa.
" Mommy turut prihatin Tama, mommy juga sedih karena merasa kehilangan. Tapi kamu harus tetap kuat, berdoalah semoga Tuhan selalu melindungi Vanni dan Vanno. Semoga Tuhan memberikan petunjuk dan kemudahan jalan untuk kita menemukan mereka berdua." Tutur nyonya Hani.
" Aku selalu berdoa mom." Sahut Tama.
Tap... Tap.. Tap...
Terdengar beberapa langkah menghampiri kamar Tama membuat Tama penasaran. Ia menatap ke arah pintu yang memang masih terbuka, nampak Rohan dan beberapa pengawal lainnya berdiri di sana.
" Ada apa Rohan?" Tama berjalan menghampiri Rohan.
" Kami baru menemukan kabar jika ada mayat perempuan dan seorang anak kecil tenggelam di laut tuan."
Deg..
Jantung Tama terasa berhenti berdetak. Nafasnya tersengal, dadanya terasa begitu sesak. Bayangan kemungkinan kemungkinan buruk kini bersarang di dalam kepalanya.
" Apa ada identitas yang di temukan?" Tanya nyonya Hani menatap Rohan.
" Sepertinya tidak ada nyonya, tapi kepolisian setempat menemukan ini."
Rohan menunjukkan sebuah cincin yang sangat familiar di mata Tama. Tama langsung merebut cincin itu dan..
" Ini cincin Vanni, ini cincin pernikahan kami."
" Apa???"
TBC....