SEAN DAN SAFIRA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh enam
happy reading genkss!!!
****
Safira sedikit terkejut saat merasakan ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Tentu ia tahu siapa pemiliknya, hanya saja ia merasa agak aneh mendapati lengan itu menguasai tubuhnya.
Kilasan semalam masih membekas di kepalanya. Ia dan Sean berciuman. Serius berciuman kali ini. Safira saja seakan masih merasakan benda lembut itu memanggut bibirnya. Ah, ia bisa gila jika seperti ini. Bukan apa-apa, Safira hanya takut terbawa perasaan sedangkan ia tahu jelas-jelas Sean hanya menggodanya.
Safira masih ingat saat bibir mereka saling menyatu dan kedua bola matanya membulat terkejut. Seharusnya ia mencegah Sean atau mendorong dada lelaki itu. Tapi yang bisa Safira perbuat hanya mematung bingung dengan wajah kaget seolah-olah tubuhnya menghianati logikanya.
Sementara Sean sudah memejamkan matanya seiring pergerakan bibirnya di atas bibir Safira. Lembut, itulah yang Safira rasakan pertama kali. Alih-alih berontak, ia malah memejamkan matanya sama seperti Sean.
Ini gila. Bahkan saat ia merasakan gerakan bibir Sean semakin menuntut, Safira memilih membuka bibirnya hingga lelaki itu bisa mengeksplorasi rongga mulutnya. Lidah mereka membelit saling membutuhkan. Satu-satunya alasan bibir mereka berjauhan adalah karena pasokan oksigen di dalam mulut mereka kian menipis.
Tidak hanya itu, Safira juga merasakan tangan Sean yang semula ada di pinggangnya perlahan bergerak kebelakang, mengelus pundaknya dan menarik dirinya untuk semakin dekat. Jarak mereka sangat tipis hingga debar jantung keduanya saling terasa.
"Se ...," Safira merintih pelan begitu ciuman Sean turun menuju rahangnya. tanpa sadar memberi jejak kepemilikan di sana. gigitan kecil dan kecupan lembut membuat sekujur tubuhnya menggigil.
masih waras kan dia?
Safira yakin jika kegiatan ini tidak segera dihentikan, maka mereka akan berakhir di atas ranjang tanpa busana dengan peluh membanjiri tubuh mereka.
Untuk itu sebelum kesadarannya semakin menipis, Safira langsung mendorong dada Sean keras hingga tubuh mereka terpisah. Ia bahkan bisa melihat kilat gairah pada sorot mata Sean. Tentu saja lelaki itu sedikit mengumpat karena kegiatannya terhenti.
"Kenapa sih?" tanya Sean santai.
Santai?
Tidak sadarkan Sean kalau dirinya hampir saja kebablasan jika tidak di hentikan.
"Kamu tanya kenapa?" Safira mendengkus kesal. Buru-buru ia menarik selimut dan menutupi tubuhnya hingga sebatas dagu. "Kalo gak saya hentikan kamu bisa kelewat batas, Sean!"
Menggusar wajahnya kasar, Sean segera menjauh dan menyetak duduk di atas ranjang. Sebenarnya, ia tadi hanya ingin menggoda Safira, tapi ternyata dirinya lah yang telah tergoda oleh perempuan itu.
sialan!
Sean sadar ia hampir melewati batasnya tadi, dan entah mengapa seolah lupa dengan hubungannya bersama Bella bayang-bayang Safira lebih menguasai. Bukan hanya perempuan itu yang merasakan dentam jantung yang begitu gila, Sean pun merasakannya. Saking kuat debaran itu, ia merasa seperti tercekat.
"Sorry," ujarnya setelah berhasil menenangkan diri. Isi kepalanya menyuruhnya berhenti, tapi tubuhnya tidak, maka itu Sean merasa ada yang salah dengan tubuhnya.
"Sebaiknya kamu tidur, ini udah malam sekali." Setelah selesai mengeluarkan sebaris kalimat itu, Safira segera membalik tubuhnya, memunggungi Sean yang terlihat acak-acakan.
Sean melirik Safira dengan tampang kusut. Mungkin ia sedikit terpengaruh dengan pertemuannya bersama Raga tadi, dan juga kepergian Bella beberapa hari ke depan.
"Lo marah, Fir?"
Ada hening sesaat sebelum kemudian Safira membuka suaranya. "Kenapa saya harus marah?"
Menimang jawabannya sebentar, Sean memutuskan untuk ikut merebahkan tubuhnya. Namun kali ini ia juga memunggungi Safira. "Gue gak sengaja tadi."
"Saya malah merasa marah kalo kamu bilang seperti itu."
Keningnya mengernyit. "Maksud lo?"
"Itu artinya kamu gak mau nyentuh saya gitu? Kamu jijik?"
Duh. Sean kembali menyentak tubuhnya gusar, beranjak duduk dan sedikit mendekati Safira. "Kok lo ngomongnya gitu?"
"Kamu bilang gak sengaja, berarti kamu memang gak mau nyentuh saya?"
"B—bukan ... gue cuma hampir khilaf tadi, gue takut lo gak mau gue sentuh." Sean ingat tadi saat tangannya menyelinap masuk ke dalam baju tidur Safira. Mengelus kulit tubuhnya dan hampir menyentuh bagian yang lebih intim. "Fir, gue—"
"Saya gak marah kok, buruan kamu tidur." putusnya kemudian karena merasa panas dan malu saat membahas masalah tadi.
Sean mengalah, ia mendesah bingung. Dijatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, berbaring dengan memunggungi Safira. Baiklah, padahal siang tadi ia masih meminta perempuan itu untuk menyetujui dirinya berpacaran dengan Bella, tapi berubah hanya dalam semalam karena kegiatan mereka barusan.
Gila, Sean memang gila!
***
"Mau gue anter gak, Fir?"
Adalah pertanyaan pertama Sean begitu ia keluar dari kamar mandi. dibangunkan secara paksa oleh Safira tadi membuat kepalanya berdenyut nyeri. astaga, perempuan itu tidak ada lembut-lembutnya sama sekali saat membangunkannya.
"sebelum pulang nanti gue anter lo dulu."
Safira yang masih duduk di depan meja kaca untuk memperbaiki penampilannya sedikit menghela. ingat tadi ia begitu kaget dengan sentuhan Sean di tubuhnya saat terbangun. "Gak usah, saya dianter sama supir ayah kok."
Sean melangkah ke sisi ranjang, duduk di sana sembari mengamati kegiatan Safira yang sedang mengoleskan berbagai macam alat make up. tidak seperti Bella sih yang senang berdandan, tapi melihat Safira dandan rasanya ada yang menggelitik hati Sean.
"Pulang kapan?"
"Minggu sepertinya," ia menjeda sebentar, lalu menatap tubuh Sean yang mengenakan baju kemarin dari balik cermin. "Memang kenapa?"
"Gue gak jemput ya."
"Oh," mendadak tubuh Safira menjadi kaku. Padahal ia berharap Sean masih ingin menemaninya menginap di sini. "Ya, gak apa-apa."
Sean tampak terdiam sebentar. Besok Bella akan berangkat ke Paris untuk mengikuti Fashion Week di sana. Kira-kira hampir enam hari ia tidak akan bertemu dengan kekasihnya itu, makanya saat ini ia ingin bertemu dengan Bella dan menghabiskan waktu bersama sebelum wanitanya pergi.
"Kenapa?" Safira akhirnya bertanya karena melihat tampang Sean yang terlihat aneh. "Ada yang mau kamu omongin?"
Tersentak, Sean sedikit gelagapan saat matanya tidak sengaja bertubrukan dengan mata Safira. "N—nggak."
"Ya udah, sarapan dulu, ayah udah nunggu pasti."
"Hm ..." seraya mengangguk, Sean kemudian berdiri dan melangkah melewati tubuh Safira yang sedang duduk di meja kaca. Baru beberapa langkah berjalan, pergelangan tangannya dicekal oleh Safira.
Saat itu juga sengatan aneh menjalar di sekujur tubuhnya. Kulit telapak halus yang kini menyentuh tangannya membuat Sean terdiam kaku, mendadak dadanya berdebar-debar. Pandangan Sean jatuh pada cengkraman itu.
"Saya mau minta sesuatu sama kamu?"
Apa?
Apa?
"Kamu mau kan?"
Mau ... nyentuh bibir lo juga gue mau. Makan lo saat ini pun gue mau.
Safira memandang lelaki itu dengan kening mengkerut. "Se ...."
"Ha? Ya, kenapa?" jawabnya gelagapan.
"Aku mau minta bantuan."
"Ngapain?"
Cium lo? Nyentuh lo? Atau nelanjangin tubuh lo? Astaga ... Sean rasanya sudah gila. Apa ini efek ciuman mereka semalam? Atau efek sentuhan di tubuh Safira.
"Bisa kita berbahasa lebih baik di depan ayah saya?" Tangannya masih menggengam tangan Sean, dan itu membuat debaran Sean kian menggila.
Coba tolong tangan lo jangan cuma pegang tangan gue, pegang yang lain gue juga mau, Fir.
"Maksudnya?"
Tampak berpikir sebentar, Safira menurunkan pandangannya pada lantai kamar. "Bisa kita ngerubah panggilan kita ... emm, semacam aku dan kamu." jelasnya kemudian dengan kembali melemparkan pandangan memohon ke mata Sean.
Oh ya ampun, tolong mata lo, Fir, jangan natap gue kayak gitu. Gue takut khilaf terus nelajangin lo di atas ranjang.
"Sean kamu mau?"
Mau ... mau, Fir, mau ... eh, mau apa? Nelanjangin lo gitu?
"Se?"
"Iya, mau."
Lalu senyum merekah terbit di wajah Safira. Ia berjingkrak diri dan memeluk tubuh Sean erat. "Makasih, ya."
Ya Tuhan ... cobaan apa lagi ini di pagi hari.
****
terima kasih sudah baca cerita aku, makasih ya buat yang kasih poin. semoga kalian bahagia dan sehat selalu ❤❤❤❤
udah dihapus ya thor?
dimana kalau mau baca kisah mereka lagi...🥺
tp masih ada yg belum diubah itu thor.
hmmm fir fir.. mending kamu biarin jona sm diana. Klo sama medusa, Ga berasa canggung apa ya jdi satu keluarga sm mantan tmn tidur suami? 🙄
lagian knp jd ngurusin dia
otak dipke dong
Ga ada alesan bantuin atau apapun itu. Ingat sdh berumah tangga.
Lemah bgt jd cow, gmn mau ngelindungin anak istri
Bukan kyk sean yg plin plan
Dia begitu krn obsesinya sendiri.