NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 : Hanya Ada Satu Jalan Keluar

Suara tawa pria tua itu masih menggema di udara, menciptakan tekanan yang mencekam.

"Apa maksudmu?!" seru Cang Yan, suaranya dipenuhi kemarahan.

"Aku hanya ingin sedikit hiburan, anak muda," jawab pria tua itu dengan nada santai, namun terdengar mengerikan.

"Gadis itu memiliki tubuh yang cocok untuk menjadi wadah eksperimenku. Jika kalian menyerahkannya, aku akan membiarkan kalian hidup. Jika tidak…"

Suara itu menggema, diikuti oleh hembusan angin dingin yang terasa beracun.

Xue Er menegang, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia merasakan hawa membunuh yang mulai mengurung mereka. "Aku tidak akan pernah menjadi alat bagi orang sepertimu!"

Cang Yan menghunus kan pedangnya dengan cepat. "Jika kau ingin dia, maka kau harus melewatiku terlebih dulu."

Tiba-tiba, bayangan hitam melesat dari kegelapan, sosok pria tua berpakaian compang-camping dan rambut putih acak acakan muncul di depan mereka. Tangannya yang kurus dan keriput terangkat, melemparkan segenggam debu berwarna ungu ke udara.

"Hati-hati." seru Mu Zhi.

Cang Yan segera menarik Xue Er ke belakangnya dan mengayunkan pedangnya dengan cepat, mengeluarkan gelombang energi yang membelah udara dan menghilangkan debu beracun sebelum bisa menyentuh mereka.

Pria tua itu menyeringai dan matanya penuh dengan kegilaan. "Kalian cukup cepat, tapi sampai kapan kalian bisa bertahan?"

"Kita harus pergi sekarang!" kata Cang Yan, sambil menggenggam erat tangan Xue Er dan melompat ke udara, ia langsung melesat ke arah tempat mereka pertama kali masuk hutan.

Namun, pria tua itu tak tinggal diam. Dengan satu gerakan jari, akar-akar hitam keluar dari tanah, menjalar seperti ular dan mengejar mereka dengan kecepatan luar biasa.

"sudah kubilang kalian tidak akan bisa pergi dari sini!"

Akar-akar itu mengejar mereka dengan buas, mencoba membelit kaki mereka. Cang Yan menebas beberapa akar dengan pedangnya, tetapi semakin lama semakin banyak yang muncul dari tanah seperti tangan-tangan yang ingin menyeret mereka kembali.

Mu Zhi, yang juga melarikan diri di belakang mereka, tiba-tiba merasakan sesuatu. Ia menoleh dan melihat seekor serangga hitam menempel di bajunya!

"Sialan. Serangga beracun."

Cang Yan melihat ke belakang, dia tahu bahwa mereka tidak bisa meninggalkan Mu Zhi mati disini, walaupun dia orang yang berkhianat kepada ayah Xue Er.

Dengan cepat ia berbalik, menghunus pedangnya dan menebas serangga yang menempel di tubuh Mu Zhi.

Namun, pria tua itu sudah mendekat.

"Kalian berani melawanku? Jika begitu aku akan mengambil semuanya."

Tiba-tiba, udara di sekitar mereka berubah drastis. Kabut hijau muncul menyelimuti hutan, menyebarkan aroma tajam yang membuat kepala mereka berputar.

"Racun..!" Cang Yan menggertakkan giginya.

Penglihatannya mulai kabur, tetapi ia menggertakkan gigi dan mengalirkan energi spiritualnya untuk menahan efek racun. Ia menoleh ke Xue Er dan Mu Zhi yang mulai terhuyung-huyung.

"Tahan napas kalian, jangan hirup kabut ini terlalu banyak"

Pria tua itu tertawa lebih keras. "Menarik. Aku ingin tahu sampai kapan kalian bisa bertahan."

Tiba-tiba, bayangan besar muncul dari balik pepohonan seekor ular hitam raksasa dengan mata merah menyala.

"Kau pikir aku hanya mengandalkan racun?"

Pria tua itu tersenyum dingin. "Ini adalah penjaga hutan... dan mangsanya hari ini adalah kalian!"

Cang Yan mencengkeram pedangnya lebih erat. Mereka benar benar terjebak. Kabut beracun mengelilingi mereka, akar-akar menjalar dari tanah, dan sekarang seekor monster raksasa muncul di hadapan mereka.

Mata Cang Yan menyala dengan dingin.

"Kalau begitu, kayaknya kita akan bertarung."

Cang Yan mencengkeram pedang Huang Ming Jian lebih erat, matanya menyapu medan yang penuh ancaman. Pria tua itu masih menyeringai, seolah olah menikmati keputusasaan mereka.

Namun, Cang Yan tak menunjukkan keraguan sedikit pun. Dengan cepat, ia menarik sebuah cincin putih dari dalam cincin penyimpanannya dan menyerahkannya kepada Xue Er.

"Pakai cincin ini dan alirkan energi spiritualmu ke dalamnya," kata Cang Yan dengan suara tegas. Cincin yang diberikan Cang Yan adalah Cincin Gravitasi yang dimiliki Li Wei.

"Dengan cincin ini, tubuhmu akan menjadi ringan dan kecepatanmu meningkat pesat. Pergilah sekarang."

Xue Er terkejut dengan tindakan Cang Yan. Ia menggenggam cincin itu dengan ragu, lalu menggelengkan kepalanya. "Senior, aku tidak bisa meninggalkanmu di sini. Aku takut sesuatu terjadi padamu!"

Cang Yan menatapnya dengan tajam. "Orang ini menginginkanmu, bukan aku. Aku masih memiliki cara untuk menghadapinya. Percayalah padaku."

Namun, Xue Er tetap berdiri di tempatnya, seolah tak ingin beranjak. Melihat itu, Cang Yan mengalihkan pandangannya ke Mu Zhi. Tanpa peringatan, ia mengangkat tangannya dan menarik seberkas darah esensi dari dahi Mu Zhi dan melepaskan rantai spiritual di tangannya.

Mu Zhi terkejut, dan tubuhnya menegang seketika. "Apa yang kau lakukan?!"

Cang Yan menggenggam darah esensi itu erat, lalu menatapnya dengan tatapan dingin. "Aku mengambil darah esensimu. Sekarang, bawa Xue Er dari sini. Jika kau melakukan sesuatu yang mencurigakan kepadanya, aku akan menghancurkan darah ini, dan kau pun tidak akan selamat."

Mu Zhi membeku. Ia masih merenungkan siapa sebenarnya Cang Yan ini. Kultivasinya tampak rendah, tapi kemampuannya seolah melampaui para monster tua di dunia ini.

Tanpa berkata banyak lagi, Mu Zhi akhirnya mengangguk. Ia menarik Xue Er dengan paksa. "Kita harus pergi!"

Sebelum mereka beranjak, Cang Yan menyerahkan sebuah botol kecil kepada Xue Er. "Ini penawarnya. Bawa kepada ayahmu dan aku akan menyusul nanti."

Xue Er menggigit bibirnya, masih berat untuk pergi, tapi melihat keseriusan di mata Cang Yan, ia akhirnya mengenakan cincin itu. Dalam sekejap, tubuhnya terasa ringan dan ia bersama Mu Zhi melesat pergi dengan kecepatan luar biasa.

Pria tua itu hanya menyeringai melihat mereka pergi. "Kau membiarkan mereka lari? Kau benar-benar bodoh."

Cang Yan berbalik menatapnya, kini matanya penuh dengan tekad. Ia mengangkat pedangnya dan auranya meningkat drastis.

"Sekarang, kau hanya berhadapan denganku," ucapnya dengan nada dingin.

Pria tua itu tertawa keras, racun hijau mulai berkumpul di sekelilingnya. "Bagus. Aku ingin melihat seberapa lama kau bisa bertahan."

Dengan satu langkah maju, pertempuran pun dimulai.

Pria tua itu mengangkat tangannya, kabut hijau semakin pekat membentuk pusaran racun yang berputar liar di sekelilingnya. Udara bergetar dengan energi mematikan, dan Cang Yan dapat merasakan hawa dingin yang merayapi kulitnya, mencoba menembus pertahanannya.

"Bagus, Bagus." Pria tua itu menyeringai, mata hitamnya berkilat dengan kegilaan.

Cang Yan tak membuang waktu. Dengan satu gerakan cepat ia melompat ke udara dan mengayunkan Huang Ming Jian, pedangnya bergetar mengeluarkan gelombang energi tajam yang mengarah ke pria tua itu.

Gelombang pedang melesat dengan kecepatan tinggi, membelah kabut beracun.

Namun, pria tua itu hanya terkekeh. Dengan satu gerakan jari kabut hijau tiba-tiba berkumpul membentuk perisai tebal di depannya. Serangan Cang Yan menghantam perisai itu dan menciptakan ledakan energi yang menggetarkan tanah, tetapi tak mampu menembus perlindungan lawan.

"Percuma," gumam pria tua itu. "Racunku bukan hanya sekedar racun biasa. Setiap helai kabut ini memiliki kesadarannya sendiri, bisa menyesuaikan diri dengan seranganmu!"

Cang Yan menyipitkan matanya. Ia tahu bahwa racun pria tua ini sedikit berbahaya dari yang ia perkirakan. Jika ia terus bertarung dalam kondisi ini, efek racun itu bisa saja meresap ke dalam tubuhnya tanpa ia sadari.

Pria tua itu mengangkat tangan kanannya, dan tiba-tiba belasan ular berbisa keluar dari lengan jubahnya, melesat ke arah Cang Yan dengan kecepatan luar biasa.

Cang Yan bereaksi dengan cepat. Dengan lompatan ke belakang, ia mengayunkan pedangnya dalam pola melingkar, menciptakan badai pedang yang menyapu udara. Cahaya keemasan pedangnya menebas ular-ular itu sebelum bisa mendekatinya.

Namun, serangan itu hanya permulaan.

"Hehehe, kau memang cepat, tapi bagaimana dengan ini?" Pria tua itu menepukkan kedua tangannya ke tanah. Dalam sekejap, akar-akar hitam yang tadi mengejar mereka kini melonjak keluar, berusaha membelit tubuh Cang Yan.

Cang Yan menghentakkan kakinya ke tanah, tubuhnya melesat ke atas seperti anak panah. Namun, salah satu akar berhasil menangkap pergelangan kakinya, menariknya turun dengan kekuatan luar biasa.

"Arggh!" Cang Yan mengerahkan tenaga mengayunkan pedangnya ke bawah, menebas akar yang mencengkeramnya. Akar itu terpotong, tetapi sebelum ia bisa melompat lagi, lebih banyak akar yang muncul melingkari sekelilingnya.

Pria tua itu terkekeh. Dengan satu gerakan tangan, kabut hijau beracun melesat ke arah Cang Yan seperti gelombang pasang.

Tapi Cang Yan tidak panik. Dengan tatapan tajam ia mengalirkan energi spiritualnya ke seluruh tubuh, mengaktifkan teknik pedangnya. Cahaya keemasan samar muncul di sekelilingnya dan dalam sekejap, ia menghantamkan pedangnya ke tanah dengan kekuatan penuh.

Sebuah gelombang energi emas meledak keluar dari pedangnya, menyapu semua racun dan akar yang berusaha menangkapnya. Udara bergetar hebat, dan pria tua itu terpaksa mundur beberapa langkah, matanya melebar sedikit karena terkejut.

Cang Yan berdiri tegak di tengah kepulan debu, napasnya teratur meski tubuhnya mulai merasakan sedikit efek racun yang tersisa. Ia menatap pria tua itu dengan dingin. "Aku bukan lawan yang bisa kau remehkan."

Pria tua itu tersenyum bengis. "Hahaha! Semakin menarik. Baiklah anak muda... Mari kita lihat berapa lama kau bisa bertarung denganku."

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!