"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Akhirnya Kama bisa kembali dari Amerika. Pekerjaannya di sana sudah bisa ia tinggal. Walau nanti pasti Kama akan tetap bolak balik sesekali ke Amerika namun itu lebih baik daripada ia harus menghabiskan waktu begitu lama di negara tersebut.
Setibanya Kama dibandara ia disambut dan dijemput oleh Dirga saja. Kama sengaja tidak meminta Nirmala untuk menjemputnya. Namun ia meminta langsung Nirmala untuk menunggu dirinya di apartemen miliknya.
Nirmala yang telah berada di apartemen Kama tidak sabar menanti kedatangan Kama. Ia telah menyiapkan hidangan yang lezat untuk Kama.
Tidak ada hak yang spesial yang Nirmala siapkan untuk menyambut Kama. Bagi keduanya moment kebersamaan adalah hal paling penting. Lagipula Kama pasti sangat kelelahan dari perjalanan jauh.
Nirmala akan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk kekasihnya itu.
Bunyi pintu yang terbuka membuat Nirmala tersentak. Ia segera berlari untuk menyambut seseorang yang baru saja tiba.
"Sayanggg."
Nirmala berlari begitu semangat saat melihat Kama yang baru saja masuk melewati pintu.
Dipeluknya Kama begitu erat hingga pegangan Kama pada koper dan tas tenteng miliknya terlepas.
Keduanya saling merengkuh memeluk erat tubuh masing masing.
"I Miss you so much." Nirmala berkata tepat di lekukan leher Kama. Suaranya begitu jelas ditelinga Kama.
"I Miss you too. Sayang." Kama membalas memeluk Nirmala begitu erat. Ia juga memberikan kecupan kecupan dilekukan leher Nirmala. Menghirup aroma lembut dari kekasihnya.
"Bos. Barang barangnya mau di taruh dimana." Selamat Dirga di belakang Kama. Laki-laki itu sedang membawa koper Kama yang lain.
"Oh. Hai Dirga." Sapa Nirmala malu. Ia tidak tahu jika dibelakang Kama juga ada Dirga. Fokusnya hanya pada kekasihnya saja.
"Hai juga Nirmala. Kangen kangenan nanti dulu ya. Nunggu saya pulang dulu. Takutnya saya melihat hal yang iya iya. Iya kan bos."
"Sudah jangan banyak bicara. Bawa masuk saja barang barang nya letakkan di kamarku saja." Titah Kama pada Dirga.
"Siap bos. Permisi Bu Mala." Dirga berjalan masuk membawa koper koper Kama.
"Iya Dirga. Terimakasih atas bantuannya."
"Itu memang tugasnya. Tidak perlu berterima kasih."
Nirmala melotot melirik Kama. Kini keduanya berjalan berdampingan Kama menuntun Nirmala masuk dan duduk di sofa.
"Sayang mau aku buatkan minuman apa?"
"Terserah apa sayang. Aku mau yang segar segar saja."
"Okey sayang." Nirmala mencium pipi Kama sekali sebelum ia berdiri menuju dapur untuk membuatkan Kama minuman.
"Bos sekarang saya langsung pulang saja ya."
"Loh kok langsung pulang. Ini minum dulu Dirga saya sudah buatkan minuman juga untuk Dirga."
Dirga melirik Kama terlebih dahulu sebelum menerima tawaran Nirmala. Setelah dirasa tidak ada respon negatif barulah Kama bisa mengiyakan tawaran minum Nirmala.
"Terimakasih Bu boss." Dirga dengan santai dan kehausan langsung menghabiskan minuman yang dibawa Nirmala.
Setelah menghabiskan minumannya Dirga langsung pamit pulang ia tidak mau berlama lama ditempat itu. Yang pasti bosnya yang galak itu tidak akan senang karena akan mengganggu waktu quality time bersama pacarnya tercinta.
"Sayang aku mau langsung istirahat dulu. Capek banget." Kama bersandar pada Nirmala yang duduk disebelahnya.
"Tapi kamu mandi aja dulu sebentar biar lebih fresh sayang."
"Gak mau sayang aku mau langsung tidur aja. Kamu temenin aku. Ayo!"
Kama langsung menarik Nirmala untuk ikut dirinya masuk kekamar untuk beristirahat.
Nirmala menurut saat Kama mengajaknya berbaring di atas tempat tidur.
"Kepalaku agak pusing sayang. Kayaknya mau demam deh." Adu Kama pada Nirmala. Ia menuntun tangan Nirmala untuk memegang keningnya. Memang agak sedikit hangat.
"Ya sudah kamu istirahat aja. Sambil aku pijit kepalanya ya." Nirmala bangkit duduk untuk memijit pelipis Kama. Diletakkannya kepala Kama di atas pangkuannya. Nirmala memijit dan terkadang mengelus rambut lebat Kama.
Kama yang terbuai langsung tertidur lelap.
Dalam waktu yang cukup lama Nirmala memijit kepala Kama. Setalah dirasa cukup ia menyudahi dan memindahkan kepala Kama untuk ditempatkan di atas bantal. Terakhir ia juga ikut terbaring dan ikut tidur di samping Kama.
****
Di tempat lain Juwita merasa begitu bosan dan kehilangan. Tadi malam Kama sudah kembali ke negaranya. Padahal Juwita masih belum bisa membuat hubungan dirinya dan Kama lebih serius lagi. Sekarang status mereka hanya sebagai teman saja. Padahal segala macam cara pendekatan sudah Juwita lakukan.
Apa dirinya kurang menarik Dimata Kama sehingga laki laki itu tidak merespon setiap pendekatannya.
Padahal Juwita sudah seterang terangan menunjukkan rasa ketertarikannya pada Kama. Namun tetap saja laki laki itu tidak ada tanggapan berarti.
"Hai sweet heart." Mr. Zahid masuk keruangan Juwita untuk menyapa putri tercintanya.
"Hai Daddy." Balas Juwita lesu.
"Loh kenapa dengan wajah putri Daddy yang begitu muram. Ada masalah honey." Tanya ayah Juwita.
"Tidak ada Daddy aku hanya kurang bersemangat hari ini."
"Kenapa. Apa ini ada alasannya dengan kepulangan Mr. Widjaya junior."
"Kok Daddy tahu."
"Tentu Daddy tahu segalanya tentang kamu honey."
"Juwita sedih karena sepertinya rasa suka Juwita bertepuk sebelah tangan Daddy. Kama tidak merespon ketertarikan Juwita." Adu Juwita pada ayahnya.
"Mungkin belum saja honey. Laki laki butuh kematangan sikap untuk menyatakan perasaan. Daddy akan bantu kamu supaya bisa menyakinkan Kama tentang perasaan kalian."
"Sungguh Daddy." Jawab Juwita begitu senang. Ia memeluk daddy-nya setelah mendengar ucapan sang ayah.
"Tentu sayang. Apapun keinginan kamu akan Daddy usahakan."
"Tapi bagaimana Daddy. Kama sudah pulang ke negara sedangkan Juwita ada di sini."
"Itu hal yang mudah sayang. Kamu tinggal ikut menyusul kesana. Daddy akan urus semua keperluan kamu termasuk alasan yang tepat mengapa keberadaan kamu ke negara itu." Ucap Mr. Zahid ayah Juwita dengan pasti.
"Terimakasih Daddy." Juwita mengecup pipi ayahnya sebagai ucapan terimakasih.
Akhirnya Juwita bisa kembali berjuang untuk mendapatkan Kama.
****
Setelah tertidur cukup lama kini Kama terbangun. Disisinya Nirmala terlelap.
Keduanya tertidur berhadapan dengan tangan saling memeluk.
Kama memandang wajah Nirmala begitu lekat. Tidak ada hal yang menyenangkan selain bisa terbangun disamping orang yang ia sayangi.
Kama membelai wajah Nirmala yang begitu polos saat tertidur. Ia kecup setiap bagian wajah kekasihnya begitu intens sehingga Nirmala ikut terjaga.
"Ngghh. Sayang." Nirmala masih mencoba membuka matanya. Rasa kantuk masih menyerang dirinya.
"Bangun sayang. Ini sudah siang." Kama membelai pipi Nirmala.
"Kok jadi malah aku sih yang bablas ketiduran." Keluh Nirmala.
"Emang dasar kamu kebo makanya kalau ketemu kasur langsung tidur aja bawaanya." Kama menjepit hidup Nirmala.
"Ihh. Siapa juga yang kebo. Kamu tuh yang kebo." Nirmala melepas jepitan dihidungnya.
Nirmala hendak turun dari atas tempat tidur namun urung karena Kama dengan begitu gesit berpindah di atas tubuh Nirmala. Lelaki itu mengukung Nirmala membuat pergerakan Nirmala terbatas.
"Sayang kita main dulu ya. Udah lama kita gak main."
"Main main. Emang kita anak kecil." Jawab Nirmala galak.
"Bukan sih. Yang jelas mainnya kita bisa bikin anak kecil." Setelah menyelesaikan kalimatnya Kama langsung menyerang Nirmala dengan ciuman dalam di bibir polos Nirmala.