Ayuna begitu mencintai suaminya, meskipun selama pernikahan ia tak pernah menikmati hasil kerja suaminya. Seiring berjalannya waktu, Ayuna akhirnya menggugat cerai suaminya. Mampukah Ayuna jauh dari pria yang sangat dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Keduapuluhenam
Affandi juga merasa terkejut melihat Ayuna dihadapannya. "Jadi dia anak teman Mama yang mau dikenalkan padaku?"
"Iya, Fan. Dia Ayuna, beberapa tahun lalu kami ingin menjodohkan kalian tapi keburu Ayuna menikah," jelas Rita, ibunya Affandi.
"Benar, Fan. Tapi, sekarang Ayuna sudah tidak terikat dengan siapapun," sahut Irene yang berdiri menyambut kedatangan keduanya.
"Kami sudah saling kenal," kata Affandi.
"Benarkah?" Irene tampak senang.
"Di mana, Fan? Kenapa kamu tidak pernah cerita pada Mama?" tanya Rita seraya menarik kursi dan duduk begitu juga putranya.
"Buat apa, Ma? Kami juga ketemu karena kebetulan saja," jawab Affandi.
"Karena kalian saling kenal, tidak terlalu sulit bagi kami untuk menjodohkan kalian," kata Rita.
"Mama bicara apa, sih? Main jodoh saja, memangnya dia mau sama aku?" kata Affandi berbasa-basi padahal dirinya enggan dijodohkan.
"Ayuna, mau 'kan dengan anak Tante?" Rita menatap ke arah Ayuna yang duduk dihadapannya.
"Hah??" batin Ayuna benar-benar bingung tiba-tiba disodori seorang pria yang bakal menjadi calon suaminya.
"Affandi ini anaknya baik, bekerja keras dan bertanggung jawab," ujar Irene.
"Ma, aku baru saja bercerai. Aku belum siap menikah dalam waktu dekat," Ayuna beralasan.
"Tidak harus tahun ini, Ayuna. Kalian boleh mengobrol dulu, saling mengenal satu sama lain. Tahun depan juga tak masalah kalian menikah," potong Rita dengan cepat.
"Benar apa yang dikatakan Tante Rita, Yuna. Tak mesti buru-buru," timpal Irene.
Ayuna dan Affandi saling pandang. Keduanya tampak bingung menjelaskan kepada orang tuanya bahwa mereka tak suka dijodohkan.
"Kalian bersedia 'kan?" tanya Irene menatap Ayuna dan Affandi secara bergantian.
"Hmm, kita lihat nanti, Tante. Biarkan kami berteman dan saling mengenal. Jika cocok kami akan serius," jawab Affandi menjelaskan.
"Iya, Ma!" sahut Ayuna setuju.
Jam 2 siang, mereka pun pulang dan kembali melanjutkan kegiatannya seperti biasa. Irene memilih menemani putrinya di toko.
Jam 5 sore, Ayuna dan Irene pulang ke rumah. Sebelumnya mereka singgah di restoran membeli makanan. Diparkiran Ayuna kembali bertemu dengan Romi. Namun, keduanya tidak saling bertegur sapa.
"Sayang, pria tadi yang diparkiran motor kenapa melihatmu begitu serius? Apa dia mengenalmu?" tanya Irene.
"Dia mantan suamiku, Ma." Jawab Ayuna melihat buku menu yang diberikan pelayan resto.
"Kamu tidak berbohong, 'kan?"
"Enggak, Ma. Dia memang Romi."
"Oh, jadi dia namanya Romi si pria miskin akhlak dan sikap!" kesal Irene sebab Romi sudah membuat putrinya terluka.
"Sudahlah, Ma. Jangan bahas dia lagi, aku sudah melupakannya!" ujar Ayuna yang enggan menceritakan kembali masa lalunya.
"Kamu memang harus benar-benar melupakannya dan Mama berharap kamu tidak pernah mau rujuk dengannya. Kayak tidak ada pria lain saja di dunia ini!" kata Irene.
"Aku juga tidak punya niatan balikan lagi dengannya," ucap Ayuna.
"Apalagi keluarganya juga benalu," kata Irene.
Ayuna yang dari tadi bercerita sembari melihat daftar menu mendongakkan wajahnya. "Maksudnya Mama?"
"Keluarga mantan kamu itu cuma bisa menyuruh dan menghabiskan uangmu, 'kan? Bahkan, kamu harus rela membagi gaji dia kepada keluarganya!" beber Irene.
"Dari mana Mama tahu?" tanya Ayuna penasaran karena dia tak pernah menceritakan hubungan dirinya dengan keluarga Romi. Dia hanya memberitahu tentang keburukan mantan suaminya. Jujur dia tak mempermasalahkan orang tuanya Romi dan adik-adiknya selama Romi membelanya namun Romi menganggap dirinya tak pernah ada. Makanya, ia lebih memilih mundur apalagi ditambah kesalahan fatal yang dilakukan pria itu.
"Rere," jawab Irene. "Mama mencari tahu mengenai keluarga suamimu dari Rere sebelum kamu bercerai. Mama tiap hari berdoa agar kamu segera lepas dari mereka," lanjutnya mengungkapkannya.
"Maaf, Ma. Waktu itu aku tidak pernah terbuka dan berbicara dengan Mama," kata Ayuna.
"Mama juga minta maaf karena terlalu sibuk. Dulu tak pernah mendengarkan cerita kamu dan Aditya," ucap Irene merasa bersalah karena dirinya begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak-anaknya lebih banyak menghabiskan waktu bercerita kepada pengasuh dan pelayan rumah mereka.
***
Satu minggu berlalu....
Hari ini Affandi diminta sang mama untuk menjemput Ayuna di rumahnya. Karena Rita sedang mengadakan sebuah acara. Sebenarnya Rita mengundang Irene juga tetapi temannya itu sedang ke luar negeri bersama suami dan putranya.
Affandi sengaja disuruh menjemput Ayuna supaya keduanya dapat dekat dan akrab selain itu Ayuna juga tak tahu alamat rumah orang tuanya Affandi.
"Sebelum kita ke rumah, temani aku ke toko perhiasan," kata Affandi. "Tadi tak sempat ke sana karena jalanan macet dan aku malas harus memutar lagi," lanjutnya menjelaskan.
Ayuna lalu mengiyakan.
Mobil yang dikendarai Affandi melesat ke toko perhiasan langganan keluarga besarnya.
Disaat yang sama, Rani dan Mida baru saja keluar dari toko perabotan yang berada di sebelah toko perhiasan. Melihat Ayuna dan Affandi memasuki toko perhiasan membuat keduanya saling menatap.
"Ganti pria lagi dia, Bu!" kata Rani. "Kemarin waktu di mall bukan pria itu!" tambahnya.
"Memang dasar murahan!" ucap Mida.
"Memang benar, Bu. Enggak cukup satu pria!" kata Rani lagi.
"Untung saja sudah lepas dari kakak kamu, pasti keluarga kita bakal malu!" kata Mida.
jangan-jangan ibu mertua nya temannya Ayuna.. kalau gak salah ibunya Diki atau siapa dehh di bab sebelumnya 😂
Wahh.. main belakang mereka!! 🤨
lanjutttt terus Mam 🤩💪💪