Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 16
"Kakak janjian dengan kak Kevin di mall?"tanya Ara.
"Mall ini juga milik perusahaan kevin,"ujar Angga.
"Aku pernah mengalami insiden saat belanja di sini,"kata Ara.
"Apakah yang membuat bik nah terluka itu?"tanya Angga.
"Ya, dan wanita yang membuat bik nah terluka ternyata bekerja di perusahaan kakak,"kaya Ara.
"Siapa?"tanya Angga penasaran.
"Artis terkenal, Nadien Candrawiguna,"ujar Ara.
"Sungguh dunia sempit sekali,"kata Angga dengan tersenyum.
"Dan aku harus bertemu dia setiap kali bekerja, menyebalkan,"ungkap Ara.
Angga mengerti sekarang kenapa adiknya ini tadi tampak kesal.
"Apa kamu masih kesal dengan kejadian yang dialami bik nah?"tanya Angga.
"Jelas saja kak, karena dia tidak bertanggung jawab,"ujar Ara. Angga menghentikan langkahnya.
"Yang kemarin membawa bik nah ke rumah sakit siapa kalau bukan dia?"tanya angga.
"Ouh itu kekasihnya, dia seorang pengusaha juga rupanya, hanya aku tidak kenal namanya,"jawab ara.
"Nadien punya kekasih?"tanya Angga karena selama ini dia tidak pernah mendengar nya.
"Kakak penasaran sekali, kakak suka sama nadien ya?"tanya Ara penuh selidik.
"Tidak mungkin,"jawab Angga sambil tersenyum mendengar tuduhan adiknya itu.
"Awas saja kalau kakak berani menyukai si nadien itu. Kakak harus menjadi kekasih teman baikku, Anne,"ujar Ara dengan nada mengancam.
"Hei, hei, kenapa harus dengan ancaman seperti ini,"kata Angga.
"Anne jauh lebih baik daripada nadien itu. Kakak harus mengenalnya,"kata Ara pasti.
"Ya, kenalkan teman baikmu itu padaku,"ujar Angga.
"Benar ya, kakak tidak boleh ingkar janji,"kata Ara dengan senang hati. Karena sang kakak selama ini sudah bila dikenalkan dengan seseorang. Itu kata sang bunda.
"Tapi dengan satu syarat,"ujar Angga.
"Syarat apa?"tanya Ara dengan cemberut. "Kenapa ada syaratnya sih, kak?"
"Kalau kamu nggak mau ya aku juga nggak mau kenalan sama Anne,"tawar Angga.
"Iya, iya, apa syaratnya, asal tidak aneh-aneh,"kata Ara.
"Bunda ingin mengenalkanmu kepada anak teman baiknya,"kata Angga.
"Jadi maksud kakak?"Ara mengerti kemana arah pembicaraan mereka nantinya.
"Tapi, kak ..."
"Kamu setuju, kakak juga akan setuju, deal,"ujar Angga tanpa memberikan kesempatan Ara untuk banyak berpikir.
"Beri aku waktu,"pinta Ara.
"Tidak ada waktu lagi, atau aku akan berubah pikiran,"ujar Angga.
"Ya, kalau hanya berkenalan saja apa salahnya,"putus Ara pada akhirnya.
"Bagus, itu baru adikku,"Angga tersenyum senang sambil merangkul bahu sang adik. Mereka berdua pun tersenyum melihat tingkah mereka masing-masing.
Sudah tujuh tahun lamanya, dek. Kita tidak bisa tertawa bahagia seperti ini.
**
"Kamu menunggu seseorang, vin,"tanya Kendra melihat Kevin yang tampak gelisah.
"Ya, dia teman baikku sama-sama pemilik stasiun televisi di negeri ini, Anggara putra Handoko,"ujar Kevin.
Putra keluarga Handoko. Bukankah dia kakak dari Aurora Permata Handoko.
"Aku janjian makan siang di sini, sekalian mengenalkan kalian berdua. Stasiun televisinya juga yang terbaik di negeri ini,"lanjut Kevin.
"Ya, itu bagus,"ujar Kendra.
"Nah, itu dia,"tunjuk Kevin ke arah pintu masuk restoran.
Kendra tampak terkejut melihat kedatangan Angga yang tidak sendirian, dia bersama nya. Aurora Permata Handoko.
Kenapa selalu bertemu dia dimanapun sih. Apakah dunia memang sekecil ini. Tidak cukup dengan kekasihnya yang ada di perusahaan. Sekarang dia juga di sini. Oh, Tuhan.