Naifa, gadis berusia 18 tahun terjebak di sebuah pernikahan yang seharusnya diatur untuk sang kakak. Namun, ternyata sang suami adalah orang yang pernah menolongnya. Apakah Naifa bisa melewati kehidupan pernikahan di usia mudanya dan menjadi istri yang baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istriku Cemburu
Di kamar yang besar, terlihat sepasang suami istri yang sedang berbincang serius. Suaminya terlihat mengangguk, sedangkan sang istri tak berhenti berbicara seolah sedang kesal.
"Jadi istri kesal karena makrab ditunda?" Tanya Fabian yang melihat istrinya cemberut.
"Iya, padahal kan aku sudah semangat mau tidur di villa sama teman-teman. Tapi malah gak jadi sekarang."
"Semangat banget buat ninggalin suami," ucap Bian dengan wajah sedihnya. Naifa melihat suaminya dengan tatapan aneh.
"Manja banget deh om satu ini."
"Ya gimana, takutnya gak bisa tidur nanti kalau istri ga di rumah. Tapi Alhamdulillah kalau di tunda, jadinya saya bisa tidur nyenyak sambil peluk istriku yang cantik ini."
Naifa merasa sesak karena pelukan Fabian yang begitu kencang, dan merasa geli juga karena gombalannya.
"Ihh, aku gak bisa nafas Kak Bian. Jangan gombal terus juga, geli dengernya." Ucap Naifa sambil menghempaskan tangan suaminya.
Bian tersenyum mendengar celotehan sang istri, setelah salah paham yang terjadi minggu lalu. Kini mereka terlihat akur, Fabian pun mulai tidur sekamar kembali dan berusaha tak mengulangi kesalahannya seperti kemarin.
"Pokoknya aku harus bisa mengontrol diriku, Naifa sudah ceria kembali. Aku tak boleh membuatnya trauma lagi," gumam pria itu dalam hati. Sementara Naifa menatap dalam suaminya yang terlihat melamun.
"Kak Bian kenapa ih, jangan melamun deh takut kesambet," ucap Naifa frontal. Sementara Fabian mencubit gemas pipi sang istri.
"Jangan bicara yang tidak-tidak, nanti ada yang khodam nya keluar."
Naifa mulai merinding mendengar perkataan suaminya, karena dia tak suka dengan hal-hal ghaib seperti itu.
"Kak Bian jangan nakut-nakutin deh, aku kan penakut orangnya. Aku mau bobo aja deh."
Gadis itu segera merebahkan tubuhnya di kasurnya yang nyaman. Berpura-pura menutup matanya dan menunggu sang suami memeluknya. Namun, semuanya tak sesuai ekspektasi. Bian ternyata berbalik memunggunginya, sungguh terluka bathin Naifa melihat suaminya seperti itu.
"Padahal kan baru tidur bareng lagi, bisa-bisanya Kak Bian malah cuekin aku kaya gini."
Naifa merasa kesal, walaupun seminggu kemarin dia tidur sendiri. Nyatanya sebelum ini mereka selalu tidur saling berpelukan. Bahkan lebih dari itu.
"Apa jangan-jangan Kak Bian bosen sama aku?"
Pertanyaan itu tertanam di pikirannya, membuatnya tertidur dalam keadaan bertanya-tanya. Padahal beberapa detik sebelumnya mereka sempat bercanda bersama.
Pagi hari nampak indah ketika cahaya matahari masuk ke sela jendela. Naifa terlihat sibuk memasak sarapan untuk dirinya dan sang suami. Dia merasa pede dengan masakannya karena sempat les bersama chef, di TV.
"Wangi banget, masak apa nih?"
Bian yang sudah siap dengan setelan jasnya menghampiri sang istri yang sudah mempersiapkan sarapannya di meja makan. Naifa begitu yakin dengan masakannya membuat Bian semangat menyantapnya.
"Hmm, enak." Ucap Bian dengan lahap memakan masakan sang istri. Naifa pun semangat ingin menyantap masakannya. Saat sendok sudah hampir masuk ke mulutnya, Bian segera mengambil makanan jatah sang istri.
"Perut saya kayanya masih lapar, istri nanti saya yang buat sarapannya."
Naifa merasa aneh dengan sikap suaminya, dengan cepat dia menyendok nasi goreng itu.
"Asin ih, kok Kak Bian bisa ngabisin itu sih. Sini buang aja," Naifa segera menarik piringnya dan membuang nasi goreng buatannya.
Entah kenapa Naifa tiba-tiba menangis, merasa gagal dirinya menjadi istri yang baik karena memasak seporsi nasi goreng pun seperti membuat ikan asin.
"Sayang, jangan nangis dong. Saya juga gak apa-apa, nanti juga kamu bakal pintar masak setara chef terkenal. Saya akan ajari kamu."
Perkataan Bian justru membuat tangisan Naifa semakin kencang. Bukan hanya karena masakannya yang tidak enak, tapi mengingat semalam dia tidak di peluk oleh sang suami menambah sakit dalam hatinya.
"Aku mau di peluk sama Kak Bian," begitulah kalimat yang keluar dari mulut istri cantiknya yang membuatnya segera memeluk Naifa dengan penuh kasih sayang.
***
"Main yuk, cuma satu matkul ini. Bete kalau langsung pulang," ajak Hanni yang sedang merapikan bukunya. Sementara Naifa sibuk membalas pesan dari suaminya.
"Aku kayanya gak bisa, soalnya... " Naifa bingung memberi alasan. Karena dia di ajak sang suami makan siang bersama.
"Umi sama abi nyuruh aku buat langsung pulang."
Hanni pun menganggukan kepalanya, gadis manis itu memang sangat polos namun setia kawan. Minus genit sama cowok-cowok tampan.
Mereka berdua pun keluar dari area kampus, Selly dan Citra yang berbeda prodi sudah menunggu di taman depan kampus. Juga Bian, yang sudah menunggu istrinya sedang berdiri depan mobil Mercy yang dia ambil di rumah papanya. Hanni terkejut melihat kakak sepupu Naifa yang semakin tampan dengan mobil barunya.
"Hai calon suami, mau jemput adik ipar aku yah," ucap Hanni dengan gaya imutnya. Selly dan Citra yang melihat dari jauh pun mendekat karena penasaran pada pria tampan yang di ajak bicara oleh temannya itu.
"Han, kok kamu kenal sama pria ganteng ini?" Tanya Selly yang iri sekaligus penasaran.
"Dia ini kakak sepupu adik ipar saya, nih adik iparnya." Ucap Hanni sambil menyenggol Naifa. Selly dan Citra pun berebut untuk berkenalan dengan Fabian, membuat Naifa tak nyaman melihatnya.
"Wah, Kak Bian laku keras yah." Ucap Naifa menahan kekesalannya.
"Kamu lagi, kenapa gak bilang punya harta karun seperti Kak Fabian. Kita kan gak perlu jadi bajak laut mencari kesana kemari."
"Menggatal semua, menggatal," gumam Naifa dalam hatinya.
"Naifa, ayo kita pulang. Umi sama abi sudah menunggu," Bian akhirnya angkat suara. Pria itu sempat mendapat briefing dari sang istri jika dia pulang karena orang tuanya.
Sepanjang perjalanan Naifa cemberut saja, melihat teman-temannya yang genit pada sang suami membuatnya cemburu.
"Tumben cemberut, biasanya kan gak kaya gini kalau lihat Hanni genit sama saya."
"Hanni sih gak masalah, tapi kalau Selly sama Citra dia kan teman baru aku. Aku belum mengenal dekat mereka. Gak tahu sifatnya juga, takutnya mereka beneran serius suka sama Kak Bian."
Naifa yang kesal melipat tangannya di dada, entah rasanya bergejolak dengan emosi dan tak ingin Bian mengantar jemputnya lagi.
"Istri cemburu?" Tanya pria itu tersenyum. Naifa begitu emosi melihat ekspresi suaminya, bisa-bisanya dia tersenyum saat dirinya marah.
"Iya, aku tuh cemburu. Aku gak suka kalau ada yang genit sama Kak Bian."
Bian tersenyum senang, nampaknya Naifa sudah benar-benar mencintainya. Pria itu pun menghentikan mobilnya.
"Mau di peluk?" Tanya pria itu sambil menatap manis sang istri. Naifa pun mengangguk pelan, antara gengsi namun juga sangat menginginkannya.
Bian memeluk gadis itu dan mengecup kepalanya dengan lembut, namun handphone pria itu berbunyi saat mereka hendak berciuman.
"Ganggu aja si Dani, iya apa Dan?"
Bian nampak serius mendengarkan sahabatnya, pria itu pun kembali menjalankan mobilnya saat mematikan panggilan.
"Ke kantor dulu yah, ada urusan. Cuma sebentar kok."
Naifa menganggukan kepala, dia menuruti sang suami asal bisa makan siang bersama.
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....