NovelToon NovelToon
Anak Bos Yang Kabur

Anak Bos Yang Kabur

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lisa

Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.

Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.

Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 7

Waktu menjelang sore.

 

Tok! Tok!

 

Suara pintu ruang kerja di ketuk. Ian yang sedang melihat foto putranya, mendongak. Pintu perlahan terbuka. Tanpa ada perintah masuk, orang itu berani membuka pintu. Jika demikian itu pasti Danar.

 

"Ada apa?" tanya Ian yang melihat pria itu masuk dari balik pintu.

 

"Rumah perempuan yang menculik putra Anda sudah di temukan, Pak." Danar membawa kabar baik.

 

"Benarkah?" Alis Ian terangkat.

 

 "Iya Pak."

 

"Bagaimana putraku?" tanya Ian terlihat cemas. Bahkan ia langsung berdiri.

 

"Putra Anda baik meskipun terlihat masih trauma."

 

 "Bawa aku ke kantor polisi, Danar."

 

"Baik, Tuan."

 

... ***...

 

Beberapa waktu sebelum polisi menemukan Elio.

 

Polisi mengepung rumah yang masih bergaya kuno itu. Mereka sudah siap menyergap pelaku penculikan. Informasi akurat yang di dapat dari sopir online yang saat itu menerima orderan di sekitar gedung perusahaan milik ian langsung di teruskan.

 

Brak!

 

Pintu di dobrak hingga handle pintu hancur. Polisi masuk ke dalam rumah dengan senjata api mereka.

 

Sementara itu, Bi Mutia yang mendengar ada suara keras dari rumah Luna segera keluar. Namun dia di kejutkan saat melihat pintu rumah Luna yang hancur, juga beberapa polisi yang masuk sembarangan di dalam rumah.

 

"A-ada apa ini?" tanya Bi Muti terheran-heran. Mendengar ada suara di pintu lain, mereka segera membalikkan tubuh.

 

"Angkat tangan! Letakkan tangan di belakang kepala!" perintah polisi itu. Mata Bi Muti melebar saat para polisi itu kini menodongkan pistol padanya.

 

Pyar!!!

 

Mangkuk mi yang berada di tangannya terlepas begitu saja. Hingga jatuh ke lantai dan pecah. Bi Muti gemetaran karena takut sekaligus terkejut.

 

"Letakkan tangan di belakang kepala!"

 

Tanpa perlawanan Bi Muti langsung merunduk dan meletakkan tangan di belakang kepala. Meskipun kebingungan karena tidak paham dengan situasinya, tapi Bi Muti memilih patuh karena lebih takut pada pistol yang ditodongkan mereka padanya.

 

Polisi mendekat pada perempuan itu, lalu menahan tangannya untuk di tangkap. Kemudian muncul seorang bocah gondrong dengan rambut ikal dari salah satu kamar.

 

"Itu anaknya! Anaknya selamat!" teriak mereka gembira. Korban masih hidup adalah kebahagiaan bagi mereka. Salah satu polisi langsung mendekat dan memeluk bocah itu.

 

"Ada apa?" tanya bocah ini sambil mengucek matanya dengan suara berat. Sepertinya dia baru saja bangun tidur.

 

"Kamu baik-baik saja, Nak?” tanya polisi itu khawatir. Terlihat juga raut wajah polisi sangat lega karena korban tidak apa-apa.

 

"Ya. Aku baik-baik saja." Bocah itu mengerjapkan matanya heran.

 

"Syukurlah. Ayo, kita pulang ke orangtuamu." Polisi itu menggendong Elion tiba-tiba.

 

"Orang tua? Papa?" tanya Elion terkejut.

 

 "Ya."

 

"Tidak. Aku tidak ingin pulang! Tidak ingin pulang!!" Tiba-tiba bocah ini berteriak histeris. Elion berontak dari pelukan polisi dan mencoba kabur.

 

"Tahan anak itu!"

 

Untung saja polisi yang ada di depan segera menangkap bocah ini.

 

"Tenang Nak. Tenanglah." Tanpa tahu maksud sebenarnya bocah ini ingin kabur, polisi itu tetap berusaha menahan Elio untuk pergi. Polisi yang lain memberi kode untuk membawa bocah itu pergi.

 

"Ciri-ciri yang di katakan driver itu tidak sama. Apakah kita salah tangkap?" tanya salah satu polisi ragu. Karena memang bukan Bi Muti yang naik ojek online itu.

 

"Pasti ini komplotannya. Sebaiknya kita tunggu di sini. Pasti dia akan muncul," timpal yang lain.

 

Benar saja, saat itu Luna datang pulang kerja. Ia yang tadi di telepon Bi Muti karena Elio menangis kencang karena ingin sesuatu, tapi bocah itu tidak bisa menggambarkan keinginannya dengan jelas, setengah berlari menuju rumahnya karena cemas.

 

Karena polisi menyiapkan diri dengan bersembunyi, Luna tidak tahu bahwa rumahnya sudah di kepung. Bahkan ia tidak punya firasat apa-apa. Tanpa tahu akan ada todongan pistol untuknya, Luna mendekat ke pintu.

 

Perempuan ini terkejut saat menyaksikan pintunya jebol.

 

"P-pintu rumahku ... K-kenapa?" lirih Luna seraya membelalakkan mata. Dia mulai was-was karena ini aneh.

 

"Angkat tangan penculik!!" perintah polisi, membuat Luna berjingkat. Saat dia menoleh ke asal suara, bola matanya mendelik hebat karena melihat pistol di arahkan padanya. “Letakkan tangan di atas kepala!”

 

Tanpa bicara banyak, Luna langsung menundukkan kepala sambil menutup mata. Telinganya sempat menangkap sebutan aneh tadi, tapi karena lebih panik melihat pistol, ia memilih segera melindungi dirinya dengan jongkok sambil meringkuk.

 

“Tangkap dia!”

 

Akhirnya Luna di tangkap. Mereka berdua kebingungan berada dalam mobil polisi yang terpisah. Masih tetap dalam kebingungan dan keheranan di tangkap polisi. Namun karena ketakutan juga meliputi, mereka terdiam dengan pikiran kalut masing-masing.

 

Setelah melakukan perjalanan sekitar lima belas menit, mereka sampai di kantor polisi. Tanpa adanya perlawanan mereka langsung di jebloskan ke penjara sementara di kantor polisi.

 

...***...

 

“Selamat datang Pak Ian.”

 

Ian muncul bersama Danar ke kantor polisi. Kepalanya celingukan kesana kemari mencari bocah itu. Dia ingin segera bertemu dengan putranya.

 

“Dimana putraku?” tanya Ian tidak sabar. Kabid Humas Ginanjar, mengantar Ian menuju ruang tempat putranya di temani. Bocah itu masih tetap berontak. Dia ingin pergi mencari orang-orang dari rumah tadi.

 

Polisi wanita yang menemani Elio memberi hormat saat atasannya datang bersama Ian.

 

Jika mereka berpikir bahwa bocah ini akan langsung berlari ke orangtuanya, pemikiran mereka salah. Karena bocah itu hanya diam saat Ian datang bersama Danar.

 

“Elio, papamu datang.” Polisi perempuan itu memberitahu. Namun bocah gondrong itu justru menekuk wajahnya. Semua orang heran melihat itu “Ayo, datang ke papamu. Bicaralah.” Polisi perempuan itu masih berusaha membujuk.

 

“Kenapa papa datang ke sini?” tanya Elio dengan wajah tidak bersahabat. Semua mata mengerjap. Tidak mengerti sebenarnya, kenapa dengan bocah ini. Ian memberi kode. Danar mengangguk. Pria itu pun meminta waktu pada polisi hanya untuk berdua dengan putranya.

 

Para polisi itu setuju dan keluar dari ruangan.

 

“Sebenarnya ada apa, Elio? Kenapa kamu keluar dari rumah tanpa sepengetahuan bibi pengasuh mu? Kenapa kamu berbohong kalau kamu ikut papa ke kantor?” Pertanyaan Ian beruntun. Itu membuat Elio makin menekuk bibir dan wajahnya.

 

Bocah itu diam. Dia tidak mau bicara. Bahkan mundur saat Ian mendekat.

 

“Ada apa? Katakan pada papa.” Ian mendesak bocah itu bicara. Elio tidak menjawab bahkan berlari ke belakang Danar, membuat pria ini tidak nyaman. Karena itu berarti dia lebih di pedulikan oleh putra atasannya.

 

“Sebaiknya kamu mendekat dan ikut pulang. Berkeliaran di luar rumah itu berbahaya. Kamu masih belum paham itu,” tekan Ian.

 

Danar mengelus bocah itu. Karena bocah itu terus merapatkan tubuhnya padanya. Ian menghela napas melihat kelakuan putranya.

 

...***...

 

Setelah membujuk Elio, akhirnya bocah itu ikut pulang di dalam gendongan Danar. Rupanya bocah itu enggan di gendong papanya. Ian pasrah.

 

Setelah melewati proses laporan, mereka di ijinkan pulang. Tinggal hukuman untuk dua orang penculik yang masuk dalam sel sementara kantor polisi. Ian tidak ingin bertemu dengan para penculik. Dia hanya ingin menuntut para penculik itu dengan hukuman yang setimpal.

 

“Tante?” sebut Elio saat melewati sel sementara kantor polisi. Dia melihat Luna dan Bi Muti berada di balik jeruji dengan wajah menyedihkan. Bocah ini yang sudah sejak tadi mencari-cari Luna dan Bi Muti, gembira saat melihat mereka.

...____...

1
Imel Nafis
😊😊 tambah masalah 👍👍
Lies Atikah
semoga kembar thor biar rame hehe
Lies Atikah
Gak Jelas banget Si Lan ini udah luna jangan maksa orng yang plinplan tinggalin dulu beri pelajaran enak aja memperlakukan orang kaya sampah keterlaluan kamu Lan
Lies Atikah
oh jadi Lan itu bertepuk tangan sebelah alama cian banget
Lies Atikah
sat set lan gas keun kalau suka bilang langsung tonk plitat plitut
Lies Atikah
selidiki lan hari gini percaya surat wasiat kecuali langsung dari mulut istri mu sebelum meninggal nah baru tuh yakin
Lies Atikah
lan mah pelit masa gak bawa apa 2 bawa batu ke mana bawa anak lagi
Lies Atikah
semoga segera ketahuan belang nya si manora
Lies Atikah
pintar dikit napa sih Lan kamu kan ceo masa bisa di kadalin bodoh di pelihara
Lies Atikah
mampir thor
Ririn Nursisminingsih
Ian juga bodoh percaya aja sama suray wasiat.. selidiki dulu dong
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Mrs.Riozelino Fernandez
bahasa kalbu mereka perlu di acungi jempol...TOP 😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😂😂😂😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siti Nurjanah
oh ternyata karin yg dengar kirain danar
Siti Nurjanah
betul itu lan..... dan mulailah untuk menyelidiki
Siti Nurjanah
apa dulu yuda dan lan mencintai orang yg sama trs dia memilih lan. dan sekarang yuda punya dendam dgn lan
Siti Nurjanah
jd geram q ama lanbkatanta CEO yg di takuti kenapa bodoh bgt tidak menyelidiki keakuratan surat wasiat itu. semoga asprinya tau kalau pengacara dan naura punya kesepakatan. dan tau kalau srlain lan naura punya kakasih lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!