NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Kontrak Dengan Pewaris Tunggal

Terpaksa Menikah Kontrak Dengan Pewaris Tunggal

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: eilha rahmah

Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.

Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?

Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelayan Yang Bergunjing

Akhirnya hari ini pun tiba, hari dimana artis terkenal ibu kota kembali dari luar negeri setelah dua tahun lamanya meninggalkan tanah air untuk mengasah kemampuannya. Hotel bintang lima di tengah-tengah pusat ibu kota seketika ramai oleh para wartawan dan reporter. Mereka saling bersaing mencari informasi mengenai Clarissa Clara. Gadis cantik yang kini jadi pusat perhatian seantero jagat.

Para polisi berpatroli mengetatkan keamanan, mencegah kejadian saling dorong satu sama lain. Saat sebuah mobil berhenti di depan hotel, sontak seluruh pemburu berita kembali berkerumun saling melemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk sang artis.

Namun sayangnya, penjagaan terlalu ketat, jangankan membuntuti sang artis masuk ke dalam hotel, mereka bahkan tidak bisa berdiri lebih dekat untuk mengambil foto sang artis. Terpaksa mereka harus menelan pahitnya kekecewaan saat usahanya menunggu selama berjam-jam tidak membuahkan hasil sama sekali.

...****************...

Di dalam kamar Erina sedang menunggu Arga selesai dari mandi paginya. Seperti biasanya, dia hanya duduk di atas sofa. Bengong, tidak melakukan apapun.

Ingatannya melayang-layang pada kejadian semalam. Di mana dia harus kembali tidur atas ranjang besar itu berdua dengan Arga. Bukankah itu suatu bentuk paksaan, meskipun Arga sama sekali tidak melakukan apapun padanya namun tetap saja Erina jadi tidak bisa tidur semalaman karena harus menjaga jarak aman dari jangkauan kaki ataupun tangan laki-laki itu.

Kalau seperti ini terus bisa-bisa aku kebobolan.

Erina memekik tertahan, ketika melihat Arga sudah berdiri tak jauh di depannya. Bau harum menyeruak dari badannya, dia sudah rapi dengan pakaian kerja. Erina sedikit heran, biasanya dia selalu melemparkan handuk kecil ke muka Erina dan menyuruhnya untuk mengeringkan rambut. Namun berbeda dengan hari ini, dia bahkan sudah menyisir rambutnya dengan rapi.

“Berani sekali kau memelototiku begitu?” Bentak Arga sambil berkacak pinggang.

Siapa yang melotot? Kenapa laki-laki ini sensitif sekali.

“Kenapa? Kau mau memelukku?” Tanyanya sambil berkacak pinggang.

Heh! Siapa yang mau memelukmu? Dasar ge-er.

“Ah, tidak suamiku. Silahkan duduk akan saya ambilkan sepatu anda.”

“Apa? Kau tidak mau memeluk suamimu!” Nada suara Arga sudah mulai meninggi, menandakan jika laki-laki itu sedang kesal.

“Iya, mau, mau.” Erina langsung mendekat dan memeluk Arga dengan sangat erat. Sudahlah, lakukan saja apa yang di inginkan laki-laki itu. Dari pada nanti urusannya jadi panjang. Pikir Erina.

“Hei, kau memelukku erat sekali, kau mau membuatku sesak nafas.” Erina tidak memperdulikan ucapan Arga barusan. Dia tetap memeluk Arga erat, membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Dia tahu mulut dan hati laki-laki ini selalu bersebrangan. Jika dia berkata tidak itu artinya iya.

Terlihat senyum tipis di sudut bibir Arga, dia senang karena Erina tidak melepaskan pelukannya. Perlahan dia menundukkan kepalanya, menciumi rambut Erina.

Ketokan di pintu menyelamatkan Erina dari drama panjangnya dengan Arga, mereka saling mengurai pelukan ketika mendengar suara pelayan memanggil mereka. Memberitahukan jika Bibi Sofia sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama.

Erina segera berlari membuka pintu, seorang pelayan perempuan terlihat masih berdiri di sana.

“Maaf Tuan, Nona, Nyonya Erina sudah menunggu di bawah.” Pelayan itu berbicara sambil menundukkan kepalanya. Erina bahkan tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah perempuan yang ada dihadapannya itu. Aneh sekali, kenapa semua pelayan yang ada di rumah ini selalu berbicara dengan kepala menunduk.

“Katakan pada Bibi, kami akan segera turun.”

“Baik, Nona.” Erina sudah menutup pintu kembali tanpa menunggu pelayan itu turun. Dia segera berlari ke arah sofa di mana Arga sudah menunggunya. Tidak! Bukan dia yang ditunggu, melainkan sepatunya.

Sarapan pagi itu berlangsung tanpa obrolan yang berarti, seperti biasa Bibi Sofia menyapa Erina dengan sangat ramah. Namun anehnya Bibi Sofia menatap Arga dengan tatapan yang cukup sulit untuk diartikan. Seperti ada sesuatu hal penting yang ingin dibicarakan, tapi Arga malah bersikap cuek. Dia hanya fokus menghabiskan sarapannya tanpa berbicara sepatah katapun.

Setelah mengantar kepergian Arga, Erina hendak masuk ke dalam rumah. Hari ini dia sudah berjanji akan menemani Bibi Sofia menjenguk kakek di rumah sakit. Saat dia melewati ruang tamu, tak sengaja dia mendengar beberapa orang pelayan sedang asyik bergossip.

Erina dengan jiwa keponya mulai menajamkan telinga, dia mengendap-endap supaya tidak terlihat oleh para pelayan yang sedang bergerombol di sebelah vas bunga yang cukup besar.

Erina benar-benar penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, pasalnya selama dia berada di rumah ini, dia hampir tidak pernah melihat para pelayan itu mengobrol layaknya manusia pada umumnya.

“Clarissa Clara kok berani ya nginep di hotel milik Tuan Muda.”

“Iya, kenapa juga dibolehin nginep di situ, apa jangan-jangan Tuan Muda yang nyuruh.”

“Kalau iya kasihan banget Nona Muda, pasti sebentar lagi dicampakkan.”

“Tapi bisa jadi Clarissa yang kegatelan, Tuan Muda sepertinya sayang kok sama Nona.”

Erina mengernyitkan dahinya. Apa Nona Muda yang mereka maksud adalah dirinya? Kalau iya, kenapa dirinya disangkut pautkan dengan artis terkenal itu.

“Ehem, apa yang sedang kalian lakukan!” Teriakan Pak Tan dari arah belakang Erina membuatnya kaget setengah mati. Bukan hanya Erina, kini bahkan tiga orang pelayan wanita yang sedang asyik bergunjing itu terlihat benar-benar gemetaran, mereka lebih kaget saat tahu Erina juga berada di sana. Mereka kompak menundukkan kepala bahkan dua orang diantaranya terlihat menangis.

“Maafkan kelalaian saya Nona.” Pak Tan menundukkan kepalanya pada Erina, kemudian menatap tajam kearah para pelayan. Erina sendiri sampai takut melihat tatapan lelaki paruh baya itu. Dia sama sekali tidak menyangka jika Pak Tan bisa semarah itu pada pelayan yang ngobrol santai di tengah-tengah pekerjaan mereka. Pantas saja para pelayan itu selalu membisu saat bertemu Erina.

Bibi Sofia yang baru keluar dari kamar ikutan mendekat. “Ada keributan apa ini Pak?”

“Maafkan saya Nyonya, para pelayan ini sudah lancang berbicara perihal hubungan Tuan Muda dan Nona Muda.” Pak Tan berusahan menjelaskan.

Bibi Sofia yang mendengar hal itu benar-benar marah. Baru kali ini Erina melihat Bibi Sofia dengan raut wajah yang ketus seperti itu, dan hal itu membuat Erina cukup kebingungan.

Kenapa mereka tiba-tiba marah, para pelayan ini hanya berbicara selayaknya manusia pada umumnya, kenapa mereka sampai semarah itu.

“Pak Tan, tolong urusi mereka bertiga,” ucap Bibi Sofia. “Biar Sopir saja yang mengantar kami.” Lanjutnya.

Pak Tan mengangguk hormat. Kemudian menggiring ketiga pelayan itu masuk ke dapur.

“Bi, mereka mau di apakan?” Tanya Erina masih dengan raut wajah kebingungan.

“Sudahlah, biar Pak Tan melakukan tugasnya. Ayo kita berangkat, kakek sudah menunggu.” Ucap Bibi Sofia sembari menggandeng tangan Erina menuju pintu depan.

Erina menurut saja, meski dia benar-benar kebingungan dengan kejadian barusan. Namun dia tidak berani menanyakan apapun lagi pada Bibi Sofia.

Mobil yang dia tumpangi segera melaju, membelah keramaian jalanan ibu kota. Jam-jam segini memang selalu macet. Erina menatap kaca jendela mobil, pikirannya berlarian kemana-mana memikirkan ucapan ke tiga pelayan yang membicarakannya di dekat vas bunga.

.

.

(BERSAMBUNG)

1
Aini~
di BAB ini Arga keterlaluan banget loh, kasihan banget Erina... nyeseknya sampai sini loh thor... 😢😢
Aini~
heh, kasian loh... dia udah effort banget.
egoisnya kebangetan si arga nih...
Aini~
wadduh, kok jadi posesif kebangetan gini???
Aini~
ngomong aja kalau cemburu, jangan malah bilang jelek. semua orang jadi salah paham kan!!!
Aini~
biarin aja sih Bi, biar kepala Arga di geplak sama tongkat si kakek
Reni Anjarwani
lama2 males sama arga
Aini~
makanya, jangan cuma bisa bilang jelek. istri kalau lebih di perhatikan lagi bakalan lebih cantik dari perempuan2 di luar sana...
Reni Anjarwani
kalau suatu saat ditinggal erins bakal menyesal arga , pas ditinggal paa arga udah cinta , tenang erina cuma 1 th kontrak pernikahanmu
Aini~
Jadi Erina cuma dipakai buat alat balas dendam, benar2 keterlaluan si Arga😡
Aini~
Kenapa dia masih mengingat mantan yang jelas2 sudah ninggalin dia,
Aini~
tenang Erina, si Arga udah kelihatan bucin tuh, gak usah takut kecintaan sendiri 🤭🤭
Ablay Chablak
cm 1bab aja thor...
Aini~
wkwkwkw... kalau tahu bakalan diapain ya Erina 🤭🤭🤭
Aini~
wkwkwkwk... saking posisifnya, kalau seperti itu kenapa dia tidak memanggil dokter wanita tadi??
Aini~
Arga kan bukan manusia normal 😅😅
Aini~
wkwkwkwkw... hayo di tagih cucu, awas ada drama2 masik RS lagi 🤣🤣
Aini~
matanya sudah keracunan cinta kali 🤭🤭
Aini~
molai kang modus beraksi 🤭🤭
Aini~
wkwkwk.. kelakuan presdir bisa di luar nurul begitu yak 🤣
Aini~
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!