Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Abidzar kembali membawa kendaraannya untuk menjemput istrinya, Kinara. Sepanjang perjalanan perasaanya sudah mulai tak karuan. Jantungnya berdebar kencang. Entah kenapa dia di serang rasa gugup saat akan kembali bertemu dengan Kinara. Setelah menyadari perasaan yang sesungguhnya kepada istrinya itu.
"Kenapa aku jadi segugup ini..." ujar Abidzar. Tak jauh dia melihat ada toko bunga. Dia kemudiaan membeli satu buket bunganya untuk Kinara. Berharap Kinara akan luluh saat dia mulai bersikap romantis padanya. Walau kenyataannya dia memang bukan orang yang romantis.
"Semoga Kinara suka." ujar Abidzar sambil tersenyum lebar melihat buket bunga di tangannya. Dia kembali memacu kendaraannya ke alamat kost milik Maya, dimana Kinara berada sekarang. Semakin dekat jarak dia ke rumah Maya semakin membuatnya berdebar tak karuan dan gugup menyerangnya.
"Ada apa denganku? Kenapa sangat gugup. Seperti akan bertemu pacar yang sudah lama aku rindukan." Ujar Abidzar sambil tertawa sendiri. merasa aneh dengan dirinya. Karena baru pertama kali dia merasa gugup seperti ini. Dia mampir ke sebuah mesjid yang ada di jalan. karena adzan magrib berkumandang dan dia juga berharap bisa menenangkan hatinya dan meminta kemudahan dalam membujuk istrinya pulang.
"Sepertinya itu rumahnya." seru Abidzar saat tiba di depan sebuah rumah sederhana yang masih sangat sejuk.
Abidzar keluar dan bertanya ke warung yang ada di sebrang rumah Maya. Untuk memastikan jika itu adalah rumah Maya, teman dari Kinara. Dan ternyata benar. Di halaman rumah juga sudah ada motor metic. Abidzar memang tiba selepas magrib. Abidzar berjalan pelan mendekati rumah Maya. Rasanya lututnya terasa lemas akan bertemu dengan istrinya. Ketukan pintu yang pertama tidak di buka. Hingga ketukan ketiga akhirnya pintu di buka.
"Astaghfirullahalazim..." Ujar Kinara keras dia masih menggunakan mukenanya. Dia merasa tak menyangka jika suaminya bisa dengan cepat menemukan keberadaannya. Padahal dia juga belum sama sekali memberitahu siapapun keberadaannya disini.Termasuk kedua orang tua dan mertuanya.
"Assalamu'alaikum... Bukan Astaghfirullah astaghfirullahalazim. Memang suamimu ini hantu hem?" jawab Abidzar sambil tersenyum sedangkan Kinara masih terpaku memegang handle pintu.
"Siapa yang bertamu Nara? Kenapa kamu berteriak istighfar begitu?" tanya Maya yang juga baru selesai menjalankan ibadahnya keluar dan mendekat kearah Kinara. Dia terheran melihat pira tampan dan gagah berada di depan pintu sedang tersenyum ke arah Kinara.
"Anda siapa Pak?" tanya Maya yang tidak tau siapa Abizar. Karena yng dia tau suami Kinara itu pria culun dan tua.
"Saya suami dari Kinara. Dan datang kesini ingin menjemput istri saya. Saya Abidzar." jawab Abidzar mengulurkan tangannya. Maya yang masih terbengong menyambut ukuran tangan Abidzar. Sedangkan Kinara yang ada di sebelah Maya mendengus kesal.
"Ngapain kesini? Bukannya wanita tercintamu sudah datang." kesal Kinara mencoba menutup pintu. Tapi Abidzar menahannya. Hingga akhirnya dia masuk kedalam rumah Maya dan menutup pintu.
"Jangan keras-keras nanti tetangga disini pada datang." ujar Abidzar kepda istrinya.
"Kamu serius suami Kinara? Kenapa beda dengan yanga da di foto pernikahan kalian?" tanya Maya masih penasaran.
"Bolehkah saya menjelaskannya nanti Maya? Saya ingin bicara dulu dengan istri saya." jawab Abidzar.
"Baiklah. Selesaikanlah masalah rumah tangga kalian. Jangan sampai kamu berani menyakiti temanku. Walau kamu ganteng aku tak segan memukul wajahmu itu." jawab Maya kemudian mesuk kedalam kamar dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Maya..." panggil Kinara yang merasa tak nyaman berada berdua dengan Abidzar. Tapi Maya terlanjur pergi dan Abidzar menahan Kinara.
"Lepas Mas." kasal Kinara menghempas tangan Abidzar.
"Ini buat kamu. Sebagai permintaan maafku." Abidzar memberikan buket bunga di tangannya kepada Kinara.
"Aku gak suka bunga, mungkin wanita tercintamu yang suka. Anda salah alamat Pak Abi." jawab Kinara ketus. Abidzar tersenyum melihat Kinara yang merajuk dan cemburu. Rasanya dia senang melihat hal itu. Artinya hati kinara masih untuknya.
"Nara... Dengarkan penjelasan aku dulu." Abidzar meminta Kinara duduk. Tapi Kinara enggan.
"Pulanglah. Bukannya pernikahan kita selesai saat wanita itu datang? Papa sudah aku minta untuk mengurus pembatalan pernikahan kita." jawab Kinara kesal.
"Sayang..." panggil Abidzar membuat Kinara mendelikkan matanya kesal.
"Dengarkan penjelasan aku dulu Nara." Abidzar berbicara dengan pelan dan meminta Kinara duduk di sebelahnya.
"Apa yang harus di jelaskan? Semuanya sudah jelas Pak Abi." jawab Kinara ketus enggan melihat wajah Abidzar yang menurutnya sangat membuat dia kesal.
"Ada banyak..." jawab Abidzar meminta Kinara menghadap kepadanya.
"Jangan sentuh." Kinara menarik tangannya tapi Abidzar malah tersenyum dan kembali menarik tangan Kinara untuk dia genggam. Entah kenapa dia malah semakin gemas melihat Kinara merajuk seperti ini.
"Aku akan jelaskan semuanya. Kamu mau percaya atau tidak harus percaya padaku sebagai suamimu." ujar Abidzar kembali membuat Kinara mencibikkan bibirnya.
"Pemaksaan namanya." kesal Kinara. Abidzar malah terkekeh. Melihat Kinara mau mendengarkannya dan berbicara seperti ini walau ketus membuat Abidzar bahagia.
"Aku mencintai istriku Kinara Putri Abdullah. Maaf kalau aku terlambat menyadari perasaanku. Apa kamu tidak bisa merasakan tanganku sampai basah karena gugup?" ujar Abidzar.
"Tidak." jawab Kinara singkat tanpa mau melihat ke arah Abidzar yang menurutnya wajah Abi CEO tempat dia bekerja sangat menyebalkan. Abidzar geleng kepala mendengar jawaban istrinya.
"Saat di hotel aku bertemu dengan Gladis. Dan aku tau kamu juga melihatnya. Maaf aku tak mengejarmu saat itu sampai membuatmu marah dan kabur seperti ini." lanjut Abidzar.
"Aku gak kabur, hanya akan membuka lembaran hidup baru disini sambil menunggu surat pembatalan pernikahan keluar." jawab Kinara dingin. Abidzar mengangguk.
"Tentunya harus bersama suamimu. Karena tak akan ada pembatalan pernikahan. Kita akan tetap menjadi suami istri sampai kapanpun. Karena aku sudah mencintai istriku." jawab Abidzar membuat Kinara mendelikkan matanya.
"Aku menyelidiki Gladis saat dia berada di hotel. Dan ternyata dia bukan wanita baik-baik. Karena berpindah dari hotel satu ke hotel lainnya. Seperti yang dulu sering dikatakan oleh kedua orang tuaku. Hanya saja aku belum percaya jika tak melihatnya langsung." jelas Abidzar.
"Oh begitu, jadi karena sudah mengetahui seperti apa wanita yang sudah kamu tunggu dan cintai selama ini adalah bukan wanita baik. Maka kamu mengejarku sebagai pelampiasan? maaf Pak Abi. saya bukan wanita seperti itu. Saya tak mau. Sudah saya katakan kita akan melakukan pembatalan pernikahan. Hidup masing-masing dengan hidup kita sendiri. Seperti kesepakatan kita di awal. Saat wanita itu pergi maka pernikahan kita berakhir." Emosi Kinara.
"Tidak. Aku tak akan pernah mau jika kita berpisah. Sudah aku katakan jika aku mencintaimu. Aku merasakan nyaman saat bersamamu. saat itu aku hanya belum menyadari dan sering menampik perasaanku." jelas Abidzar.
"Tolong pergi Pak Abi. Aku mau sendiri. Pergilah kepada Gladismu." jawab Kinara. Panggilan Kirana membuatnya sakit hati. Padahal Kinara punya panggilan tersendiri untuknya.
"Tidak. aku akan disini bersama dengan istriku." Abidzar tetap pada pendiriannya. Kinara yang kesal berdiri dan berjalan menuju kamarnya.