Menjadi Istri Kedua

"Apa maksudmu Jasmine? Aku tidak bisa kesana saat ini tanpa persetujuan Elena" ucap Rafael memberi pengertian pada istri pertamanya itu. Elena berdiri mematung di depan pintu mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar. Ia lebih memilih mendengarkan percakapan suaminya dengan madunya.

"Aku tau dan aku mengerti tapi aku mohon sama kamu untuk sabar. Aku akan minta izin pada Elena untuk menemuimu" ucap Rafael lembut.

"Tapi aku istri pertamamu kenapa kau harus meminta izin padanya Rafael" bentak Jasmine penuh emosi. Suaminya sudah berubah dalam sekejap semenjak kehadiran Elena.

"Mau bagaimanapun aku tetap menghargai perasaannya"

"Aku tidak peduli dengan omong kosongmu itu" teriak Jasmine dan memutus sambungan telepon dengan Rafael.

"Ada apa?" tanya Elena dan melangkah masuk. Ia menutup pintu agar tidak ada seorang pun yang mendengar pembicaraan mereka.

"Jasmine marah?" Rafael membalikkan badannya dan mendekati Elena. "Pergilah" Elena tersenyum lembut pada Rafael dan mengizinkan suaminya itu pergi menemui istri pertamanya.

Saat ini Elena masih merasa bersalah karena menjadi orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan Jasmine. Apalagi ditambah dengan keberadaan Jasmine yang tidak diakui oleh kedua orang tua Rafael membuat rasa bersalah Elena semakin besar. "Terima kasih" Rafael tersenyum dan mengambil jaket serta kunci mobil. Pria itu keluar kamar dan meninggalkan Elena.

Elena berjalan pelan menuju balkon kamarnya. Ia bisa melihat suaminya pergi dengan mobil hitam kesayangannya itu meninggalkan area mansion. Elena meraih ponsel miliknya dan menghubungi seseorang. "Ikuti dia dan berikan aku informasi tentang wanita yang dia temui" ucapnya singkat lalu kembali masuk ke dalam kamar. Ia menutup pintu balkon kamarnya dan memilih rebahan di atas kasurnya yang empuk.

"Apa yang harus aku lakukan untuk mengetahui kebenarannya" gumam Elena.

"Aku tidak tau siapa yang salah dan siapa yang benar. Jika aku tidak mengetahui semuanya maka keberadaanku disini masih abu-abu. Untuk apa aku disini dan untuk apa aku dijadikan istri Rafael sedangkan sudah ada Jasmine sebagai istrinya"

Elena bangun dari posisinya dan mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan. Wanita itu membongkar seluruh laci yang ada di dalam kamar itu berharap ia menemukan sesuatu. "Foto Rafael dan Jasmine" lirih Elena sembari menggenggam selembar kertas foto yang berisi wajah Rafael dan Jasmine yang sedang tersenyum.

"Mungkin ini waktu mereka pacaran" Elena membalik kertas itu dan melihat ada tanggal yang tertulis. "Tanggal 12 Oktober?" Dahi Elena berkerut sejenak sebelum akhirnya tangannya meraih ponselnya dan mencatat tanggal itu. "Ini pasti tanggal awal mereka jadian"

Elena berdiri dan pindah ke laci lain. Beberapa saat ia tak menemukan apapun namun ketika ia membuka laci terakhir ia mendapatkan selembar foto pernikahan Rafael dan Jasmine yang ternyata hanya di hadiri oleh beberapa orang saja dan disana tidak ada Arthur ataupun Rachel.

"Apa ini?" Elena membuka secarik kertas yang berisi tulisan tangan entah itu siapa yang menulis.

To Rafael

Aku tau kamu tidak percaya jika anak yang aku kandung adalah anak kamu. Tapi aku tidak pernah berbohong. Aku hanya ingin kamu menikahiku sampai anak ini lahir dan memberikan nama pada bayi yang aku kandung. Aku tidak tau lagi harus melanjutkan hidup seperti apa jika kamu meninggalkan aku begitu saja. Mungkin lebih baik aku menghabisi diriku sendiri dari pada harus merasakan penderitaan karena hidup tanpa dirimu

Bahkan Elena pun menemukan sebuah testpack yang ia yakini itu milik Jasmine. Rafael menyimpan semuanya? Biasanya seorang wanita lah yang akan menyimpan semua itu. "Atau Jasmine pernah kemari? Tapi itu tidak mungkin. Jangan masuk ke dalam kamar ini, papa dan mama pasti tidak akan mengizinkan Jasmine menginjakkan kaki di area rumah ini dan langsung mengusirnya" ucap Elena. Wanita itu membereskan semua kekacauan yang ia buat dan menyimpan semua foto berserta surat dan testpack yang ia temukan.

"Mungkin ini akan membantuku memecahkan teka-teki ku"