"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 26
Wasa menatap Sherina dan Ari dengan serius. "Sekali lagi, kalian memang benar tidak ada hubungan?" tanya Wasa, kembali memastikan.
Sherina dan Ari mengangguk bersamaan. "Kami memang murni berteman, tidak ada hubungan lebih." kata Ari, mantap.
Wasa tersenyum tipis, tanpa sepengetahuan mereka Wasa mematikan ponselnya. "Baiklah, aku percaya kalian. Ari, bisa ikut ke pantai nanti malam." katanya.
"Terima kasih." ~ Ari.
Wasa mengangguk lalu memanggil pelayan warung, dia memesan tiga mangkuk seblak ceker pedas. "Kita makan seblak lebih dulu. Apa kalian tidak keberatan?" tanya Wasa.
"Tentu saja tidak. Asal kamu yang membayarnya." kata Ari, disambung dengan kekehan membuat Sherina dan Wasa tergelak.
Beberapa menit, pesanan Wasa telah datang. Mereka bertiga menikmatinya dengan lahap namun terkesan santai. Sesekali Wasa mengajak Ari dan Sherina berkomunikasi membuat Wasa sedikit tahu sifat Sherina dan Ari seperti apa.
Dilain sisi, Vario, Suzu, dan Supra tengah berada dipantai. Mereka tidak sedang bersenang-senang atau menikmati liburan. Tetapi mereka tengah mendirikan beberapa tenda dan baru saja selesai mengumpulkan ranting-ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam. Semua itu mereka lakukan demi pertemanannya dengan Vega, mereka rela bersusah-susah agar hubungan Sherina dan Vega kembali harmonis.
Ditengah-tengah kesibukan yang mereka lakukan ponsel milik Supra bergetar. Supra menghentikan aktifitasnya dan mengambil ponselnya.
"Hallo," sapa Supra, setelah menerima panggilan yang ternyata dari Satria.
"Kalian dimana? Apa pertunangan Vega sudah selesai? Aku menghubungi Vega tapi tidak tersambung." kata Satria ditelepon.
"Panjang ceritanya Sat, lebih baik kamu datang ke pantai dan bantu kami. Aku akan menceritakannya disini." kata Supra.
"Baiklah, aku datang bersama Eria." jawab Satria ditelepon.
Setelah itu Satria mematikan panggilan. Supra segera menyimpan ponselnya dan kembali membantu mendirikan tenda.
"Satria, Su?" tanya Vario, dia mendengar pembicaraan Supra ditelepon.
Supra mengangguk. "Aku meminta dia datang kemari."
"Baguslah, sudah lama juga kita tidak berkumpul dengannya." sahut Suzu, sambil fokus mengelap keringat dikeningnya.
Mereka bertiga kembali fokus pada rencana mereka yang akan membantu Vega dan Sherina kembali akur. Semoga saja rencana mereka nanti malam berhasil. Demi pertemanan yang sudah terjalin cukup lama mereka rela melakukan apa saja demi kebahagiaan personil mereka.
Sementara itu, didalam kamar yang sudah kembali rapih, Vega tengah menatap sebingkai foto bersama Sherina sebelum mereka menjalani hubungan LDR. Tepatnya saat mereka baru saja resmi berpacaran dan mereka pertama kali karaoke bersama disalah satu Mall.
"Sherina Ayesha Wicaksono," lirih Vega, sambil mengusap foto tersebut dibagian pipi Sherina menggunakan ibu jarinya.
"Pertama kali bertemu denganmu dibioskop, Aku sudah sangat tertarik padamu. Hingga rasa tertarik itu berubah menjadi rasa cinta yang teramat besar saat kita bertukar nomor ponsel dan kita selalu berbalas pesan disetiap waktu." lirih Vega, mengingat pertemuan pertama dimasa itu.
Saat itu, Vega diminta Marina sang Mama untuk menemani ke bioskop demi menonton film horor terbaru. Saking sayangnya Vega pada sang Mama Vega rela menemaninya walau waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Marina dan Vega mendapat tempat duduk dinomor 15-16. ketika Vega dan Marina tengah serius menyaksikan film tersebut tiba-tiba seorang gadis yang duduk disisi kirinya menjerit dan menarik lengan hoodi yang Vega kenakan.
Awalnya Vega risih dan ingin memarahinya karena gadis tersebut lancang telah menyentuhnya. Namun saat tatap matanya bertemu dengan mata dan wajah gadis tersebut, Vega tertegun.
Dari kejadian itulah Vega mulai tertarik dengan gadis yang tidak lain adalah Sherina. Awal bertemu dia terkesan imut dan pemalu.
Waktu itu Sherina yang merasa bersalah meminta maaf. Dan Vega yang memang punya niat tersendiri mempersulit memberi maaf untuk Sherina.
Vega akan memaafkan Sherina jika dia mau menciumnya saat itu juga. Namun, Sherina tentu saja menolak. Akhirnya Vega memilih meminta nomor Sherina.
Mulai sejak itu lah Vega sering berbalas pesan dan berakhir mengajak Sherina bertemu disalah satu Mall. Disana lah Vega menyatakan cinta pada Sherina, tanpa diduga Sherina juga mengakui memiliki perasaan yang sama dan berakhir menerima pernyataan cinta Vega. Dan saat itu juga mereka resmi berpacaran.
Untuk merayakan peresmian hubungan mereka berdua, Vega mengajak Sherina bernyanyi bersama distudio musik yang ada di Mall tersebut.
Tetapi, perbedaan pemilihan Universitas membuat mereka harus menjalani hubungan jarak jauh. Hingga akhirnya penantian yang sudah lama dinantikan oleh mereka berdua tiba, yaitu hari libur semester ini.
"Pertunangan kita batal karena hal sepele Sher," lirih Vega, tak beralih menatap foto tersebut.
"Maaf," lirih Vega lagi. "Maaf karena aku telah berkata kasar padamu. Aku khilaf Sher, aku tidak benar-benar melepasmu," kata Vega, dia sangat menyesal telah mengatakan itu pada Sherina.
"Aku berharap kamu tidak menghiraukan perkataanku yang itu. Aku masih mencintaimu masih sangatlah mencintaimu," lirih Vega, kali ini dia menitikan air mata dan mencium foto tersebut tepat dipipi Sherina.
Vega benar-benar menyesal telah berperilaku kasar pada Sherina, kini dia takut jika Sherina terlanjur sakit hati dan tidak ingin bersamanya lagi. Entah akan seperti apa hidupnya jika Sherina benar-benar pergi dari pelukannya mungkin Vega akan benar-benar merasakan yang namanya terbunuh sepi.
Dibalik pintu kamar Vega sini, Marina dan Anton yang akan memanggil Vega untuk makan siang bersama dilantai bawah saling menatap. Mereka tentu saja melihat dan mendengar apa yang Vega katakan.
"Ternyata putra kita benar-benar mencintai Sherina, Pa," kata Marina, dia menatap Vega dengan sedih dari celah pintu yang dia buka sedikit.
Anton menghela. "Tidak jauh sepertimu dulu Ma, kamu juga seperti Vega."
Marina menoleh suami dengan cepat. "Maksud Papa, apa?"
"Ah, sudahlah. Biarkan saja Vega menyendiri lebih dulu," kata Anton, dia meninggalkan Marina yang diliputi penuh tanda tanya menuju meja makan.
Marina berdecak karena suami pergi tanpa menjawab pertanyaannya. Tak ingin mengambil pusing akhirnya Marina pergi menyusul sang suami ke meja makan.
........................................
Mobil warna hitam berhenti didepan gerbang rumah berlantai dua. Rumah yang tidak lain adalah milik keluarga Wicaksono. Sherina keluar dari mobil tersebut, mobil yang tidak lain adalah milik Ari.
"Terimakasih Ar, sudah mengantarku. masuk dulu yuk!" ajak Sherina, menatap Ari yang masih anteng duduk dijok kemudi. Mereka baru pulang dari bertemu Wasa.
"Sepertinya lain kali saja Sher, tidak mungkin aku bertamu dengan wajahku yang buruk rupa." ~ Ari.
"Maaf," ~ Sherina.
"Tidak papa, masuk gih." titah Ari.
Sherina mengangguk. "Kamu hati-hati." katanya, lalu berbalik badan dan masuk ke dalam rumah.
Setelah Sherina masuk ke rumah, Ari melajukan mobil menuju apartemen.
lanjut thor