Proses Revisi. Disarankan jangan membaca dulu.
Alur VERY++++ Slow.
KARYA INI TERISNPIRASI DARI NOVEL KING OF GODS, KARYA FAST FOOD RESTAURANT
Weng Lou merupakan seorang anggota Klan Keluarga Weng yang berasal dari keluarga cabang. Dia berhasil masuk kedalam Keluarga Utama setelah berlatih dengan sangat keras dan menjadi seorang jenius berbakat didesanya.
Namun, dirinya yang merupakan jenius di keluarga cabangnya bukanlah siapa-siapa di keluarga utama. Banyak sekali jenius beladiri yang berasal dari keluarga utama. Namun meski begitu, ia tetap berlatih dengan keras agar tidak tertinggal dari yang lain.
Hingga suatu malam, dia mengalami kejadian aneh, dan berakhir dengan dirinya mendapatkan sebuah kitab. Kitab yang membuat kehidupannya berubah. Dari seorang pecundang, menjadi seorang jenius .
Nama kitab itu adalah "Kitab Keabadian". Dan dengan kitab itu, ia akan menuju 'Keabadian'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noviant Juan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 29. Serangan
Hutan Kematian, daerah pinggiran Desa Sungai Biru.
Malam yang tenang dan indah karena rembulan yang bersinar indah dimalam hari nyatanya tidak mejadi jaminan bahwa yang akan terjadi juga merupakan hal yang indah.
Terlihat belasan Beruang Iblis Hitam sedang mengintai Desa Sungai Biru dengan penuh napsu membunuh.
Belasan Beruang Iblis Hitam ini telah menginjak usia dewasa dan ada salah satu dari merek yang memiliki dua tanduk dikepalanya dan tubuh yang lebih besar dari yang lainnya.
"Semuanya, kapten menyuruh kita untuk membantai seluruh manusia yang ada tempat ini. Jangan sampai ada yang terlewatkan, jika tidak, kalian akan menerima hukuman langsung dari kapten. Kalian mengerti?" tanya Beruang Iblis Hitam yang memiliki tubuh paling besar dari yang lainnya dengan menggunakan bahasa mereka.
Para Beruang Iblis Hitam meraung dan mengaum tanda mengerti dan setuju.
"Kalau begitu, mari kita mulai menghabisi semua manusia itu....GRRRROOAAAAARRRR!!!!!"
Beruang Iblis Hitam besar itu meraung kencang dan berlari menuju Desa Sungai Biru dan disusul Beruang Iblis Hitam lainnya.
GRRROAAA!!
GRROAAAR!!
Satu demi satu raungan Beruang Iblis Hitam menggema dan menyerbu ke Desa Sungai Biru.
***
Beberapa menit sebelum Beruang Iblis Hitam menyerbu Desa Sungai Biru.
"Lou, apa benar daging ini berasal dari seekor rusa? Kenapa bisa sekeras ini? Bahkan daging beruang lebih lembut dari ini."
Weng Wan sedang berusaha keras mengunyah sepotong daging yang ia ambil. Dia melihat bumbu yang dipakai untuk membakar daging ini spesial, jadi dia mencobanya.
Namun siapa yang berpikir daging yang terlihat begitu enak ini ternyata sangat keras?
"Sejak kapan ada daging rusa bertanduk tiga yang lembut? Kau saja yang bodoh karena asal memilih tanpa bertanya terlebih dahulu.
Kau lihat Hua, dia memilih daging Serigala Macan yang dagingnya sangat lembut ketika sudah dibakar dengan perasan air jeruk. Aku merasa kasihan padamu karena semakin bodoh saja."
Weng Lou menepuk pundak Weng Wan dan memasang wajah iba, disisi lain muncul urat-urat syaraf dikepala Weng Wan sambil menahan diri ubtuk tidak mengumpat.
Warga Desa Sungai Biru membakar daging-daging bibatang buas dengan mengelompokkannya menjadi dua jenis.
Yang pertama adalah daging yang keras, ini biasanya untuk para orang dewasa karena anak-anak mustahil untuk memakannya. Contohnya seperti daging rusa bertanduk tiga yang Weng Wan makan.
Rusa ini hampir sama seperti rusa lainnya, hanya saja memiliki 3 tanduk dikepalanya dan juga kulit yang dan daging yang lebih keras dari rusa biasa. Ini karena otot-otot mereka mulai mengeras dan memadat yang memicu evolusi.
Kelompok kedua adalah daging yang lembut, daging jenis ini diperuntukkan untuk anak-anak. Daging yang lembut dipanggang dengan berbagai bumbu yang berbeda.
Ada yang membakarnya dengan perasan air jeruk seperti daging Serigala Macan yang Weng Hua makan, ada yang juga yang memakai bumbu rempah-rempah yang merupakan masakan khas daerah mereka.
"Ibu, apakah sudah siap? Aku sudah lapar sekali," tanya Weng Lou sambil menghampiri ibunya yang sedang sibuk membakar daging yang ditusukkan kepotongan-potongan bambu kecil.
"Tidak lama lagi, sabarlah sebantar. Bisa kau panggil ayahmu? Dagingnya masih kurang, ibu ingin menyuruhnya memotong daging-daging itu," ibu Weng Lou menunjuk tumpukan kecil daging yang siap dipanggang.
"Biar aku saja. Ayah pasti sudah lama tidak bertemah dengan Tuan Gong. Lagi pula, memotong dagig adalah keahlianku," Weng Lou menjawab sambil tersenyum kepada ibunya.
"Terserahmu saja. Potong sama ukarannya dengan yang dibakar."
"Baik bu."
Weng Lou mulai memotong daging itu dengan menggunakan pisau kecil yang selalu dia bawa saat datang ke Desa Sungai Biru.
Saat masih asik memotong daging, tiba-tiba seluruh tubuh Weng Lou merinding ketakutan.
Weng Lou melihat sekitarnya, tetapi tidak menemukan keganjalan atau hal aneh yang ada disekitarnya.
"Apa hanya imajinasiku saja? Ah, aku harus cepat memotong daging in-"
GRRRROOAAAAARRRR!!!!!!
Weng Lou langsung berdiri dari tempatnya dan memandang kearah asal suara raungan auman yang sangat besar itu.
Semua warga deda terdiam ketika mendengar suara itu. Keringat dingin mulai membasahi punggung mereka, sekilas, rasa takut mulai menjalar keseluruh tubuh mereka.
"A-apa itu?"
Seorang warga menujuk kesebuah bayangan besar yang mulai menuju kearah desa meraka. Belum sirna keterkejutan mereka, raungan-raungan lainnya menyusul raungan besar tadi.
GRRROAAA!!
GRROAAAR!!
Bayangan-bayangan yang sedikit lebih kecil terlihat menyusul bayangan besar itu. Jumlahnya ada belasab dan tinggi bayangan paling besar itu kira-kira 10 meter dan belasan yang lebih kecil setinggi 7-8 meter.
"Beruang Iblis Hitam!!!"
Teriak Weng Lou yang menggunakan Teknik Mata Elang untuk melihat dimalam hari dikejauhan.
Dia segera berlari mencari ayahnya, Weng Lou memfokuskan dirinya mencari ayahnya kesegala arah namun tak menemukannya.
Saat hendak mencari kerumah mereka, ayah Weng Lou dan Tuan Gong berpapasan dengannya yang berniat mencari dirinya juga.
Ditangan ayah Weng Lou kini sudah ada tombaknya yang ia pakai sebelumnya. Disisi lain ditangan Tuan Gong ada sebuah pedang besar yang terlihat sangat tajam.
Pedang besar itu berwarna perak dengan ukiran-ukiran garis berwarna coklat.
"Weng Lou! Segera ambil busurmu! Aku dan Gong akan pergi kesana mengehentikan Beruang Iblis Hitam besar itu, kau atasi yang biasa!"
Ayah Weng Lou tak mau berlama-lama berbincang dengan Weng Lou, dia segera melesat pergi kearah Beruang Iblis Hitam bersama Tuan Gong.
Weng Lou juga tak mau santai, dia segera menggunakan pernapasan pertama Teknik Meringankan Diri dan berlari dengan kencang menuju kerumahnya untuk mengambil Busur Badai Angin dan perlengkapan memanah lainnya.
Untungnya Kakek Mu datang membawa anak panah dalam jumlah yang cukup banyak dan menghadiahkannya kepada Weng Lou. Ada sekitar 60 lebih anak panah yang memiliki kualitas setara dengan yang Weng Lou beli sebelumnya jika tidak lebih baik.
Diperjalan, ayah Weng Lou menyuruh semua warga mengungsi dan menyelamatkan diri, karena Beruang Iblis Hitam pasti menyerang semua orang yang dia lihat..
Ayah Weng Lou menghampiri ibu Weng Lou yang sedang berlari bersama Weng Wan dan Weng Hua.
"Sayang! Segera bawa semua orang keluar dari desa! Jangan sampai ada orang yang tertinggal! Jika situasinya memburuk, segera pergi ke Desa Rumput Hijau dan meminta bantuan!"
Ibu Weng Lou tak menjawab melainkan langsung pergi.
Ayah Weng Lou dan Tuan Gong melihat pinggung mereka sampai tak terlihat lagi.
"Jadi...apa rencananya?" Tuan Gong melihat ayah Weng Lou yang tampaknya sedang berpikir keras.
"Huuh....jujur, aku tidak punya renca apa-apa. Ada sekitar 14 Beruang Iblis Hitam yang memasuki desa, termasuk Beruang Iblis Hitam yang telah measuki evolusi tahap 1 itu.
Kami berhasil mengalahkan yang sebelumnya karena belum berevolusi sepenuhnya, tapi yang ini berbeda. Beruang Iblis Hitan ini sudah masuk fase evolusi tahap 1sempurna.
Kalau kita berdua bekerja sama kemungkinan kita masih dapat menang, tapi kita pasti akan memiliki beberapa luka serius. Beruang Iblis Hitan lainnya pasti tidak akan diam saja, mereka akan menyerang kita yang sedang terluka dan kelelahan."
Ayah Weng Lou menggigit bibir bawahnya, situasi ini sepuluh kali lebih berbahaya dari pada kemarin malam.
"Kau benar. Harusnya aku membawa beberapa pill obat bersamaku jika tau akan terjadi hal seperti ini," Tuan Gong menghela napas.
Mereka terus berpikir sampai Weng Lou telah sampai ketempat mereka.
"Bukankah karena itu aku ada? Aku akan memastikan tidak ada Beruang Iblis Hitam yang mengganggu. Dan...
Ini. Masih ada 3 butir. Ayah seharusnya masib ada 1 bukan? Berarti 1 ubtuk ayah, 2 untuk tuan Gong. Dengan begini ayah dan Tuan Gong memiliki masing-masing 2 butir."
Weng Lou menyerahkan pill yang sama yang ia berikan kemarin kepada ayahnya, sebenarnya ini ia simpan untuk situasi darurat, tetapi karena tidak ada pilihan dia harus memakainya.
Weng Lou langsung meninggalkan ayahnya dan Tuan Gong. Dia memanjat keatas atap rumah warga dan memperhatikan belasan Beruang Iblis Hitam yang sudah hampir sampai ke desa.
"Ayah! Mereka sudah sampai ke gubuk penyimpanan pupuk!" Weng Lou berteriak kepada ayahnya dan Tuan Gong yang masih agak tercengang dengan apa yang varu saja Weng Lou berikan.
"Hahahaha! Sepertinya anakmu benar-benar orang kaya!"
"Terserah, aku tidak peduli. Lou'er adalah putraku, dan aku akan selalu menjaganya dari segala mara bahaya."
"Tapi bukankah situasinya sekarang terbalik? Sekarang dia yang akan menjaga kita berdua."
Ayah Weng Lou menjitak keras kepala Tuan Gong dan memilih berlari kearah Beruang Iblis Hitam akan datang.
"Dasar sialan! Tunggu aku!" Tuan Gong mengejar ayah Weng Lou dengan sangat cepat.
Weng Lou memperhatikan pergerakan dari Tuan Gong. Dia menemukan Tuan Gong ini merupakan seorang Praktisi Beladiri tingkat tinggi, setidaknya Dasar Pondasi tingkat 6 jika tidak lebih tinggi.
Tuan Gong dangan mudahnya berlari dengan kencang sambil membawa pedang besar disebelah tangan membuktikan pemikirannya.
"Kalian berani mencari masalah dengan kami? Akanku pastikan tidak ada satupun dari kalian yang berhasil selamat malam ini," mata Weng Lou memancarkan niat membunuh yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.