Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Malam ini, adalah malam terakhir mereka di Beijing. Sudah 3 hari Luna di rawat di rumah sakit. Selain itu, urusan Marcel di Beijing juga sudah selesai.
Melihat pemandangan malam kota Beijing di hari terakhirnya di kota itu, Luna merasa senang. Meskipun waktunya dihabiskan di ruang rawat, Luna tetap menikmati.
"Makanlah dulu, ini bebek peking yang ingin kau makan, bukan?" ujar Marcel sambil memberikan makanan yang dimaksudnya.
Ya, saat ini mereka ada di restauran untuk makan malam mereka. Luna yang melihat bebek peking yang ia lihat di foto, merasa senang karena dapat melihatnya langsung dan menikmatinya di negaranya langsung.
Marcel yang melihat Luna begitu antusias memakan makanan yang ingin dia makan, Marcel segera mengambilnya dan meletakkannya di piring Luna.
Marcel merasa bersyukur karena hubungannya dengan Luna menjadi lebih dekat. Selain itu, Luna menerima kehadirannya dan tak menjauhinya membuatnya merasa lega. Meskipun saat ini mereka hanyalah berteman, bagi Marcel dekat dengan Luna sudah lebih dari cukup untuk saat ini.
"Bagaimana rasanya, sesuai dengan ekspektasi?" tanya Marcel yang melihat Luna begitu menikmati makanannya. Bahkan sejak tadi Luna mulutnya tidak berhenti mengunyah.
"Rasanya lebih dari ekspetasi," ujar riang Luna.
Mereka kembali memakan makanan mereka dengan nikmat. Bahkan Marcel mengupas kulit udang yang akan di makan Luna, sedangkan Luna akan memberikan makanan yang terlihat lezat dan menyuapkannya ke Marcel. Sungguh, jika orang yang melihat mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling menyukai dan mencintai.
Sean diam-diam memfoto interaksi Marcel dan Luna. Sean yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka merasa senang. Senang akan tuannya yang menemukan kebahagian dari gadis kecil yang memberikan lentera kecil di kehidupan tuannya.
Di lain sisi, Gustav dan Saka serta Leni yang saat ini kumpul bersama menikmati malam indah di indonesia dikejutkan dengan foto yang baru saja dikirim Sean. Gustav yang melihat kemajuan dari Marcel merasa senang, musibah menjadi berkah bagi sahabatnya.
Saka dan Leni yang melihat senyuman Gustav yang tiba-tiba merasa curiga. Dengan cepat, Saka mengambil ponsel milik Gustav dan ingin melihat apa yang dilihat sahabatnya.
Saka ikut tersenyum melihat foto yang dilihat Gustav. Begitu juga dengan Leni. Saka dan Leni sudah mengganggap Marcel itu adalah adik mereka. Melihat senyum Marcel yang terlihat tulus itu terpancar di sana, membuat mereka senang karena akhirnya adik mereka menemukan kebahagiaannya sendiri.
"Akhirnya dia bisa tersenyum manis seperti ini," ujar Saka dengan tulus
"Tentu saja, cintanya ada di sampingnya tentu saja dia harus senyum dong," Gustav tau apa yang dirasakan Saka saat ini, karena rasa itu adalah rasa sama yang dengan aoa yang dirasakannya saat ini.
"Sepertinya kita harus buat syukuran deh kalau mereka udah jadian." Leni membayangkan betapa bucinnya nanti Marcel saat sudah berhubungan dengan Luna. Membayangkan posesif Marcel nantinya karena merasa memiliki banyak saingan untuk memperebutkan Luna.
"Tentu, kita harus buat syukuran. Kalau bisa 7 hari 7 malam kita syukuran," Saka tertawa melihat antuasias dari Leni istrinya dan Gustav.
"Iya, kita akan syukuran besar-besaran,"
...****************...
Bandara Internasional Soekarno Hatta
Saka, Leni dan Gustav serta kedua orang tua Luna sedang menunggu kedatangan Luna dan Marcel serta Sean. Sejak tadi, mereka menunggu kedatangan mereka, karena seharusnya saat ini mereka sudah mendarat di Indonesia.
Tak lama, terlihat Luna yang berjalan beriringan dengan Marcel dan Sean mengikuti di belakang.
Orang tua Luna yang melihat Luna sehat, merasa senang. Mereka khawatir saat mendengar bahwa alergi milik kambuh di sana, namun melihat Luna. yang pulang dengan keadaan sehat membuat mereka lega.
Kemudian melihat ke arah Marcel yang tampak berbeda saat terakhir mereka bertemu. Kedua orang tua Luna merasa bahwa Marcel berhasil mendekati Luna.
Hal itu juga disadari oleh teman-teman Marcel. Gustav dan Saka serta Leni merasa bahwa Marcel saat sangat cerah, seolah awan mendung tidak akan berani datang.
Luna yang melihat keberadaan orang tuanya, dengan segera berlari menuju ke pelukan orang tuanya. Karena tak berhati-hati, Luna hampir saja jatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri. Marcel yang melihat Luna akan jatuh dengan segera berlari dan menarik Luna agar tidak jatuh.
"Hehehe, terima kasih,"
"Hati-hati." Kemudian, Marcel berjongkok dihadapan Luna dan mengikat tali sepatunya yang terlepas tadi.
"Makasih, ya!" Luna merasa tersipu malu melihat perlakuan manis dari seorang Marcel. Semua orang yang melihat perlakuan Marcel terhadap Luna menjadi baper sendiri.
Merasa malu, Luna kembali berlari dan menghampiri kedua orang tuanya.
"Mama, Luna kangen," ujar Luna yang sudah berada di pelukan sang ibu.
Jihan dan Theo yang melihat putri kecil mereka yang dewasa, namun bagi mereka Luna masihlah putri kecil yang harus mereka jaga.
Gustav, Saka dan Leni yang melihat keluarga kecil milik Lafleur itu merasa senang. Terutama Saka, dirinya senang jika Marcel akan mendapatkan keluarga yang baik suatu hari nanti.
"Bagaimana kabarmu, Luna?" tanya Leni
Luna yang melihat dosennya sendiri berada di bandara merasa malu. Kemudian memberikan salam.
"Baik, bu. Luna sudah baik-baik saja."
Melihat Luna berbicara dengan dosennya, Jihan dan Theo mendekati Marcel yang berdiri di antara Gustav dan Saka.
"Bagaimana kabarmu, nak?" tanya Jihan saat berada di dekat Marcel.
"Baik dokter, saya baik-baik saja," ujar Marcel
Jihan yang mendengar jawaban Marcel tersenyum manis. Dirinya merasa bersyukur melihat pasien yang dirawatnya tumbuh dengan baik.
"Saya mengucapkan terima kasih karena sudah membantu dan merawat putri saya selama di sana!" ujar Theo. Theo tak ingin merasa berhutan budi kepada orang lain.
"Pak Theo tidak perlu berterima kasih. Lagipula saya senang melakukannya," ujar Marcel sambil memandang Luna yang masih berbicara dengan Leni.
"Melihat kamu yang menjaga dan merawat putri saya, saya izin kamu untuk mendekati putri saya." ujar Theo.
Awalnya, Theo tidak ingin Luna dekat dnegan Marcel. Apalagi mengetahui bagaimana keluarga dari Marcel. Namun, melihat perlakuan Marcel dapat Luna sedang sakit yang mampu merawatnya serta menjaga Luna seperti tadi, membuat hatinya luluh. Dirinya memilih mengijinkan Marcel untuk mendekati putrinya.
Marcel mendengar bahwa kedua orang tua Luna mengijinkannya untuk mendekati Luna merasa senang. Dirinya tak percaya bahwa dirinya akan mendapatkan izin menjadi pasangan dari seorang yang berarti baginya.
Luna yang melihat pembicaraan kedua orang tuanya dengan Marcel.
"Apa yang kalian bicarakan," ujar Luna yang baru saja duduk di tempat yang dekat dengan kedua orang tuanya
"Tidak ada, hanya saling sapa saja,"
Luna yang sebenarnya tak percaya memilih diam. Melihat senyum milik Marcel saja, Luna mampu menebak apa yang mereka bicarakan tadi.
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.
mmpir punyaku juga kakk😻😻