Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 07
Air danau tampak tenang. Jesly maju dua langkah mengamati air danau yang semula tenang kini berubah bergelombang. Perlahan muncul duyung hingga sebatas dada. Sorot matanya tajam seperti ingin memangsa.
Jesly tersenyum melihat ketampanan duyung. Ia maju beberapa langkah untuk melihat duyung lebih jelas. Menekuk lutut, mencondongkan tubuhnya dan berkata. "Pria duyung, gerakan yang sangat bagus! Aku terkesan melihatnya! Selamat datang di Kerajaan Vielstead." Bibirnya tersenyum tipis.
Pria duyung hanya diam, sorot matanya tak berubah. Tajam seperti mata elang yang ingin memburu mangsanya. "Aaaarrrgggg..." Teriak pria duyung dengan nada keras.
Panglima Juan dan Lily saling pandang satu sama lain. "Itu kasar! Sangat mudah tersinggung!" Simpul Jesly.
Jesly mundur tiga langkah, memberi isyarat pada timnya. Jesly, Panglima Juan dan beberapa prajurit menggunakan sihirnya membentuk formasi cakrabyuha untuk mengurung si pria duyung.
Dengan gerakan lihai, pria duyung memecahkan formasi cakrabyuha dengan sekali gerakan. Tubuhnya mengambang di udara, berputar, mengibaskan ekornya menyerang semua orang.
Jesly menggunakan sihir pelindung untuk melindungi dirinya. Semua orang terpental kecuali Jesly.
Utusan Guard membelalak saat duyung menyerang begitu ganas. Ia berbaring, pura-pura pingsan.
Tuan Muda Alaric datang, mengeluarkan panah emasnya dan membidik tepat pada sasaran. Ekor duyung terpanah hingga melekat pada pohon besar. Ujung panah mengeluarkan tali emas dan mengikat tubuh duyung.
"Aaaarrrgggg... Aaaarrrgggg..." Duyung mencoba memberontak.
Sisy berjalan mendekati Tuannya, berdiri di samping belakang Tuan Muda.
Semua orang sedikit terkejut melihat kedatangan Tuan Muda Alaric. Jesly menghela nafas pelan. Tuan Muda Alaric menggunakan anak panahnya yang menempel pada ekor duyung dengan paksa hendak mencabut ekor duyung.
"Tuan Muda, jangan ambil ekornya!" Pekik Jesly tak tega melihat pria duyung kesakitan.
"Luar biasa! Luar biasa!" Suara seseorang yang sangat di segani muncul secara tiba-tiba.
Tuan Muda Alaric mengurungkan niatnya saat mendengar suara tersebut.
Utusan Guard terkejut melihat kedatangan Peri Ruby secara tiba-tiba. "Peri datang! Semuanya hormat kepadanya!" Ucap Utusan Guard dengan keras agar semua orang menunduk.
Para pelayan berjejer dengan rapi, menaburi bunga mawar. Peri Ruby berjalan dengan angkuh nan anggun di atas mawar-mawar yang telah di taburi.
"Hormat, Peri!" Ucap semua orang menunduk hormat.
Mendengar Peri Ruby telah datang ke Kerajaan Vielstead. Yang Mulia Raja Heinrich dan Tzeitel datang untuk ikut menyambut kedatangan Peri. Tzeitel mendorong kursi roda Yang Mulia Raja Heinrich.
Peri Ruby berhenti tepat di dekat Utusan Guard dan Yang Mulia Raja Heinrich. Netranya melihat ke arah pria duyung yang terikat di pohon. "Pertunjukan yang bagus! Saya senang melihatnya!" Pujinya.
"Saya berencana untuk mengajar murid tentang mendisiplinkan duyung setelah anda tiba. Saya terkejut mendengar kabar Peri datang secara tiba-tiba. Yang lebih mengejutkan, Utusan Guard bahkan datang lebih cepat dari perkiraan. Syukurlah, semuanya terkendali." ucap Yang Mulia Heinrich.
"Ini semua salah saya! Maafkan saya, maafkan saya!" Utusan Guard menunduk merasa bersalah atas kelancangannya.
Peri tak menanggapinya. Netranya terus melihat pria duyung yang terikat di pohon. Peri hendak berjalan, dengan cepat Utusan Guard memapahnya. Peri tersenyum miring, berjalan mendekati duyung.
Setelah puas mengamati pria duyung, Peri berkata, "saya sudah melihat apa yang saya inginkan. Saya yakin, Kerajaan Vielstead tidak akan mengecewakanku."
"Silahkan pergi ke aula terestrial untuk membahas ini. Alaric, pimpin jalannya."
"Baik, Yang Mulia."
Peri tersenyum tipis sebelum meninggalkan danau. Pria duyung masih memasang wajah datar, sorot mata tajam, dingin.
Aula Terestrial
Peri Ruby duduk di singgasana Yang Mulia Raja. "Beberapa hari yang lalu, saya berkelana di laut timur. Pria duyung yang tidak taat ini melukai murid-murid Kaisar Hector. Semua makhluk hidup akan menunjukkan kesetiaannya pada saya. Pria duyung ini juga harus patuh pada saya." Peri Ruby sedikit bercerita.
"Ini keberuntungan anda telah di pilih oleh Peri untuk melatih duyung. Anda tidak boleh mengecewakannya!" Ucap Utusan Guard yang berdiri di samping Peri Ruby.
"Saya mengerti! Tapi sayangnya, akhir-akhir ini cidera saya kambuh. Saya tidak dalam kondisi yang baik. Setelah berpikir tentang hal itu, saya berpikir, saya harus mempercayakan tugas ini pada putra saya." Ucap Yang Mulia Raja Heinrich.
Peri Ruby memalingkan wajahnya, malas mendengar alasan Yang Mulia Raja Heinrich.
"Peri, Tuan Muda juga ahli dalam bidang ini. Ini kesempatan berharga, Peri." Ucap Master Lian.
Tuan Muda Alaric menunduk hormat. "Saya bersedia melakukan tugas ini. Bersediakah saya mengetahui permintaan anda?"
"Ada tiga permintaan. Pertama, membuat pria duyung agar mau berbicara sopan pada Peri. Kedua, potong ekor duyung agar tidak bisa kembali ke laut. Ketiga, biarkan pria duyung memberikan mutiaranya pada putri dengan sendirinya." Jelas Utusan Guard.
Yang Mulia Raja terkejut dengan permintaan Peri. Ia mengerti apa yang dimaksud oleh Peri Ruby.
"Kenapa Peri mau itu? Bukan hanya melatih duyung, kedengarannya seperti Peri ingin merekrut duyung sebagai pelayannya." bisik Master Lian pada Master Muse.
"Peri, tidak sulit untuk membuat duyung berbicara. Tetapi, saya dengar ekor dan mutiara sama berharganya untuk kehidupan duyung. Saya khawatir itu tidak mungkin di dapat." ucap Master Muse.
"Apakah anda mengatakan bahwa saya meminta terlalu banyak permintaan? Apakah permintaan saya tidak masuk akal?" Peri Ruby menatap tajam Master Muse.
Master Muse seketika menunduk tidak berani melihat Peri. "Saya lancang bicara, ini salah. Maafkan saya!"
"Peri, Master Muse mungkin mengatakan hal yang salah, namun beliau tidak bermaksud menyinggung anda. Tolong Peri maafkan beliau!" Yang Mulia Raja takut ucapannya menyinggung Peri Ruby.
Peri menatap semua orang dengan tatapan tajam, menelisik. Hingga beberapa detik kemudian, Peri tertawa lepas membuat semua orang bingung.
"Saya bahkan tidak mengatakan sepatah katapun. Kenapa kalian terlihat tegang? Hanya saja, semuanya harus jelas dan teliti. Orang yang tidak berguna bagi saya hanyalah sampah. Sampah akan terbakar, bukankah begitu Yang Mulia Heinrich?"
Yang Mulia Raja Heinrich tersenyum paksa lalu menunduk pelan.
Di sisi lain, Jesly berjalan cepat menuju aula terestrial. "Berhenti, Jesly! Itu bukan urusan kita. Kenapa kita ke sini?" tanya Lily tak mengerti dengan jalan pikiran Jesly.