Pewaris Untuk Om Khan

Zacky mengendarai sepeda motornya menuju tempat kerjanya di salah satu toko pakaian.

Seminggu yang lalu,ada tetangganya yang menawarkan kepadanya pekerjaan sebagai pegawai toko toserba, meskipun hanya memakai ijazah SMP dia tetap di terima bekerja di sana.

Pemilik toko mempertimbangkan ketika melihat penampilan Zacky yang wajah dan penampilannya cukup menjanjikan. Apalagi diperhatikan dengan seksama wajahnya Zacky cukup menjual jika ditempatkan di khusus tempat pakaian pria.

Apalagi pemilik toko mengetahui kondisi keuangan dan ekonominya Zacky yang menjadi tulang punggung dalam keluarganya sehingga beberapa orang iba dengan nasibnya Zacky dan adiknya.

Zacky terduduk termenung setelah menyantap makanan siangnya. Ia kembali mengingat malam dimana ia harus ikhlas melepaskan kepergian adik kembarnya.

“Dek, sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu, juga tidak pernah telponan untuk berbicara langsung. Abang sangat merindukanmu dek. Apa kamu juga di Singapura merindukan kami saudaramu?” Zacky menyeka cairan bening yang tanpa aba-aba menetes membasahi pipinya.

Zacky beristirahat sejenak setelah menyantap makan siangnya dan melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu.

Dia duduk termenung memandangi wajah adik kembarnya yang ada di layar ponselnya,” Zidan selalu bertanya kapan katanya kamu pulang, dia juga sudah bisa beraktivitas seperti biasa dan mulai masuk sekolah hari ini. Abang doakan semoga disana kamu baik-baik saja. Abang selalu berharap kamu kembali secepatnya, Abang, Annisa juga merindukan kehadiranmu, Dek,” gumamnya Zacky

Zacky sebenarnya tidak perlu bersusah payah bekerja karena uang yang dikirim Caca tidaklah sedikit dan lebih dari cukup kalau hanya sekedar untuk belanja keperluan sehari-hari dan makannya bahkan bisa ditabung uang sisa dari transferan itu.

Tetapi, Zacky tipe orang yang tidak ingin bergantung hidup kepada orang lain meski itu saudara kandungnya sendiri. Sehingga mau tidak mau dia menerima tawaran pekerjaan yang ditawarkan oleh tetangganya itu.

Zacky juga mengurus ijazah paket C nya karena itu syarat untuk kenaikan jabatannya di toko swalayan tersebut.

Annisa juga bekerja di toko yang sama, sehingga terkadang mereka berangkat bersama kalau memang mereka mendapatkan jam jaga yang sama pula.

Zacky selalu memanjatkan dan melangitkan doa-doa terbaik untuk kedua adik-adiknya terutama untuk Caca yang menurutnya bekerja sebagai TKW di Singapura.

“Untungnya Caca ngga bekerja di Kamboja jika tidak Caca pergi utuh bisa-bisa pulangnya nggak utuh lagi,” Zacky bergidik ngeri-ngeri sedap membayangkan banyak orang tidak bersalah menjadi korban di negara Kamboja yang diambil secara paksa organ tubuhnya.

Di tempat lain, tepatnya di depan pintu masuk toilet di rumah yang terbilang cukup mewah itu beberapa orang mondar mandir di depan pintu masuk.

Rendy yang awalnya hanya melihat dan menyaksikan apa yang diperbuat oleh Selina istri majikannya malah ikutan juga berjalan ke sana kemari tak tentu arah.

“Fanya Nadira Azzahra Fahmi! Kamu masih hidup dan bernafas kan di dalam sana?” Teriaknya Selina sambil menggedor-gedor pintu masuk kamar mandi tersebut.

“Semoga saja Caca hamil, kalau nggak kasihan Caca harus berlama-lama hidup terpenjara di tempat ini,” batinnya Rendy yang tidak tenang memikirkan nasibnya Caca.

“Tolong jawab! agar kami ngga mencemaskan kondisimu!” Teriaknya Selina yang tidak sabar menunggu hasil tes yang dilakukan oleh Caca.

“Caca, dek kamu di dalam sana nggak pingsan kan? Kalau kau baik-baik saja cepat lah keluar. Kami takut terjadi sesuatu kepadamu,” pintanya Rendy dengan nada lembut tapi mimik wajah datar dan kaku tanpa ekspresi apapun.

“Pasti mereka kecewa karena gue belum hamil. Ya Allah, masa masa kerjaku di rumah ini bertambah lebih lama? Gue sudah mau balik ke rumahku dan bertemu dengan kedua saudaraku,” lirih Caca melihat tespack yang hanya bergaris satu.

Caca akhirnya membuka pintu karena sudah capek terduduk di atas closed dan juga bokongnya kebas. Dia nyengir lebar melihat dua orang yang menatapnya dengan tatapan tajam.

“Maaf, aku kebelet soalnya,” kilahnya Caca.

“Sini saya lihat hasil tesnya, kalau bertanya sama kamu pasti butuh waktu berjam-jam menunggu kamu berbicara,” sarkas Selina yang langsung merebut beberapa tespack dari dalam genggaman tangannya Caca tanpa peduli dengan apa yang terjadi kepada Caca.

Selina memeriksa semua alat tes kehamilan tersebut dan hasilnya negatif dan sedikit buram.

Raut wajahnya seketika sedih, kecewa dan marah serta kesal karena keinginannya tidak menjadi kenyataan.

“Ini tidak mungkin!? Masa Kamu nggak hamil juga? Padahal orang lain cukup sekali melakukannya udah positif hamil,” kesalnya Selina.

Selina memegangi semua alat tes kehamilan tersebut tanpa memakai alas tangannya dan semua alat itu bau pesing saking penasarannya ingin mengetahui hasilnya.

“Apa jangan-jangan dokter kandungan itu salah menyuntikkan sperma lagi ke tubuh kamu atau mungkin ada prosedurnya yang salah dan tidak tepat!? Aku harus segera melaporkan semua ini kepada Mas Imran,” putusnya Selina yang dongkol dan juga marah melihat test pack yang negatif bahkan valid.

Caca bergidik geli melihatnya,” Oh My God! Nyonya Selina saking bersemangatnya sampai-sampai melupakan kalau yang dipegangnya sekarang adalah bekas air urine punyaku.”

Selina kembali berjalan kesana kemari di depannya Caca dan Rendy yang juga harap-harap cemas dan belum yakin seratus persen kalau hasilnya negatif garis satu saja.

“Makanya saya lama menunggu di dalam sana karena hasilnya seperti itu, tapi saya belum menggoyang-goyangkan alatnya jadi mungkin gara-gara itu hasilnya nggak kelihatan malah kabur gitu,” ujarnya Caca.

“Kayaknya ada kesalahan deh nyonya, mungkin Caca tidak teliti menggunakan alatnya sehingga hasilnya negatif,” ucap Rendy.

Selina menghentakkan kakinya saking kesalnya karena tidak sesuai dengan ekspektasi dan prediksinya, “Kalau seperti ini, terbuang percuma dong uang kami yang nggak sedikit kami keluarkan! Andaikan aku tahu jadinya seperti ini aku tidak mau memilihmu,” ketus Selina.

“Iya bisa saja yang dikatakan oleh Zahrah seperti itu Nyonya Muda Selina. Tidak rugi juga kalau melakukan apa yang disampaikan oleh Zahrah,” usulnya Rendy yang kembali berbicara cukup panjang tapi dengan mimik wajahnya yang datar dan kaku.

“Baiklah aku akan melakukannya seperti yang kau katakan, tapi kalau tidak berhasil kalian berdua harus ganti rugi dua kali lipat dari biaya awal inseminasi buatannya!” Tegasnya Selina yang bernada mengancam.

“Ya Allah, kami dapat uang darimana sebanyak itu Nyonya,” protesnya Caca.

“Saya yang akan membayar kerugiannya kalau memang Zahrah belum hamil. Andaikan Zahrah hamil anaknya Tuan Besar Imran Anda tidak boleh lagi memotong gaji art yang tidak melakukan kesalahan yang besar!” Pintanya Rendy Saputra yang memikirkan nasib rekan kerjanya itu.

“Baiklah, aku berjanji dan tidak akan ingkar tidak akan memotong gaji art lagi kecuali mereka melakukan kesalahan yang fatal barulah aku potong gaji mereka,” ujarnya Selina yang terpaksa melakukan hal tersebut.

Caca menganga lebar mendengar ucapannya Selina karena ini sungguh diluar nurul dan tak terduga sama sekali oleh prediksi BMKG.

“Baik, Anda tidak bisa melanggar perjanjian kita berdua karena aku sudah merekamnya,” ucap Caca sambil mengangkat ponselnya dan memutar kembali rekaman video yang barusan diambilnya tanpa diketahui oleh siapapun.

Rendy menaikkan jari jempolnya ke arah Caca yang idenya cukup brilian,” good girl!”

Selina dibuat melongo keheranan karena sama sekali tak menyangka kalau Caca akan melakukan hal-hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

“Kalian sepertinya sekongkol untuk menindasku rupanya! Baiklah kalau kamu tidak hamil jangan salahkan aku bersikap kejam padamu gadis kampung!” gertak Selina yang menatap jengah Caca bergantian dengan Rendi.

“Sekali-kali membully bos yang suka bertindak semena-mena kayaknya hiburan juga. Lain kali kami akan bertindak melebihi dari apa yang terjadi saat ini kalau Anda semakin bertindak kelewat batas,” candanya Caca tapi bernada mengancam.

Selina tidak bisa memecat ataupun melakukan hal yang melampaui batas kepada Rendy karena Rendy adalah bodyguard yang dipekerjakan langsung oleh Bu Maryam untuk menjaga calon surrogate mother calon penerusnya.

“Fuck!! Andaikan gue sanggup memecatmu sudah dipastikan akan menendang Lo hingga ke Palestina biar menjadi korban genosida,” gerutunya Selina dalam hati sembari menatap nyalang ke arah Rendy yang hanya menatapnya datar tanpa ekspresi.

Selina melakukan apa yang dikatakan oleh Caca berulang-ulang hingga gambar garisnya berubah saking kencangnya Selina mengibas beberapa alat tes kehamilan tersebut.

Semua orang menatap tak percaya karena testpack tersebut berubah garisnya menjadi dua.

“Wooo amazing luar biasa! Aap jangan-jangan gue hamil calon baby Alien yah?” Ceplosnya Caca yang menganga lebar melihatnya hal yang sulit diterima akal sehat.

Rendy menepuk keningnya Caca,” hush! Jangan asal ngomong! Lo saja yang belum melakukan tesnya dengan benar yang sesuai dengan prosedur petunjuk di labelnya.”

Caca nyengir lebar memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi dan putih.

“Hehe! Sempat bayi yang ada di dalam rahimku adalah keturunan manusia super luar biasa,” Caca kembali bercanda sembari mengusap perutnya yang masih datar.

Dia mengecek berulang kali testpack tersebut dan semuanya berwarna biru bergaris dua pertanda kalau Caca positif hamil.

Selina sontak memeluk tubuhnya Caca,” selamat akhirnya aku dan suamiku Mas Imran akan memiliki bayi.”

Selina sampai melompat-lompat di tempatnya setelah melerai pelukannya. Caca dan Rendy melihat Selina yang bersikap ajaib bin aneh tidak seperti biasanya.

Caca berbisik-bisik di telinganya Rendy,” Mas, kayaknya bos kita ini sudah rada-rada sengklek dan otaknya geser dikit. Lihatlah tingkahnya membangonkan.”

“Jangan ribut, nanti dia dengar dan gaji Lo yang jadi taruhannya,” bisiknya pula.

Selina cepat-cepat berjalan ke arah kamarnya karena ingin menghubungi nomor ponselnya suaminya yang sedang bekerja di sekolah milik kedua orang tuanya.

“Nyonya Muda Selina jangan lupakan janjinya! Ingat kami memiliki buktinya!” Teriak lantang Caca.

Caca sama sekali tidak ada rasa takut dan sungkannya tidak seperti awal berkenalan dengan Selina.

Hal itu terjadi selama Caca menyaksikan langsung gaji art yang dipotong karena hanya melakukan kesalahan yang tanpa disengaja. Rasa hormat itu menguar seketika itu juga.