✨TAHAP REVISI✨
⚠️ [JANGAN COPY PASTE WOI!]
– Mengandung kata-kata kasar 🙏🏼
__________________________
Ini kisah anak SMA.
Abid Hafizh Althaf, siswa yang kadang bekerja sebagai kang ojol yang memiliki wajah terlampau tampan.
Dia pria tajir, humoris, dan cerdas. Pelajar SMA yang satu ini lebih tertarik menjadi kang ojol daripada membantu ayahnya mengurus perusahaan. Meskipun sesekali dia harus membantu ayahnya karena dia terlalu pintar diusianya.
Si kang ojol tampan, pemikat hati para penumpang ini punya banyak musuh, karena dia leader dari suatu geng yang isinya juga para pria tampan.
"Gue ganteng bangett..."
"Najiss. Pede banget, ya?"
"Ganteng itu bonus, pede itu harus."
"Eaaaaaaa!"
———
Ayo baca ceritanya sekarang juga guisss. Jangan lupa like, koment dan vote. Dukungan kalian berharga bagi aing, wkwk
Terimakasih, selamat membaca >>>
📍200812-220930
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Aulia Agustin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
– Lari pagi bareng <3
"Lah, malah tidur disini.. tadi bilangnya jangan tidur" gumam Abid melihat Balqis tidur di sofa ruangan mereka kumpul.
Abid mengangkat Balqis perlahan-lahan agar Balqis tak bangun, namun usaha pelan-pelannya sia sia karena Balqis terbangun ketika Abid membuka pintu.
1 detik
2 detik
3 detik
Mereka masih tatap-tatapan manja. Masih tidak sadar akan posisi masing-masing.
Hingga Balqis sadar terlebih dahulu. "Kak turun" Balqis berbicara sangatttt pelan. Ia juga memalingkan wajahnya.
Abid yang sadar setelah perkataan Balqis, langsung menurunkan Balqis dari gendongannya. "Katanya gak baik tidur" ujar Abid membuka topik agar tidak terlalu canggung.
"Ya abisnya kakak lama banget kayak cewek! Bahkan Balqis yang cewek aja cepet" balas Balqis.
"Iya udah maapp, lagi buat sesuatu tadi biar semuanya aman" Abid merogoh saku jaketnya.
Muncullah kotak kecil.
Abid membuka kotak itu, isinya jam tangan wanita. Itu Abid beli untuk Balqis, untuk keamanan Balqis.
Abid juga menjadikan jam itu sebagai alat persetujuan untuk bisa keluar masuk villa.
Abid menarik tangan Balqis lalu memakaikan jam itu. "Perfect" ujar Abid.
"Eh kak, ini untuk apa? Bukan punya Balqis ih" Balqis mencoba melepas jamnya.
"Lu lepas itu jam, lo gue lempar ke kandang buaya. Mau?!" Abid berbicara dengan nada dingin. Sudah begini, Balqis hanya bisa diam, dia menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Pake kemanapun lo mau pergi, lepas kalau mau mandi doang, oke?" Balqis mengangguk.
"Ya udah gak usah berubah gitu jugaa"
"Kakak sih, nyebelin. Serem banget lagi kalau marah" Balqis menunduk sambil memonyongkan bibirnya.
Abid jongkok melihat ekspresi Balqis. "Gak usah gitu bibirnya! Mau gue cium"
"Aishhh!! Kak abidd anehh!!!" Balqis langsung pergi begitu saja. Lagi lagi, Abid tertawa melihat ke cute-an Balqis.
- ~ ~ -
"Mau sarapan sekalian?"
"Nggak deh kak, sarapan dirumah aja. Masa iya kita sarapan berdua sedangkan mereka disana belum makan" jawab Balqis.
Mereka berdua tak lagi berlari, melainkan berjalan santai. "Ya nggak apa-apa. Ntar kita pesenin buat mereka"
"Lebih enak makan rame-rame kak Abid.."
Alasan.
Itu hanya akal-akalan Balqis. Dia ingin makan berdua dengan Abid, namun dirinya terlalu malu dan cukup minder dekat dengan Abid yang super tampan.
"Jadi? Nanti lo masakk?" Balqis mengangguk.
"Beli aja lah yaa" Balqis menggeleng.
"Balqis tau kakak banyak uang, tapi gak boleh boros kak! Dunia berputar tau, bisa aja sekarang kakak diatas besok kakak dibawah" ceramah Balqis.
Bersyukur banget pria yang bersanding sama lu di pelaminan' Abid menatap Balqis kagum.
"Yaudah deh iya gak boros lagii, nanti gue bantu masak kalau gitu" ujar Abid.
"Gak usah dehhh.. ntar yang ada kakak rusuh" Balqis cengengesan.
Abid tertawa, "Sepele.. gue bisa masak yaa"
"Masak apaan? Masak air?" tanya Balqis.
"Iyaa" mereka tertawa bersama.
"Eh abidd" tawa mereka berhenti.
"Loh Shelia?"
"Hehe, hai" Shelia melambaikan tangannya, dia mendekat ke Abid untuk cepika-cepiki. Abid hanya diam, begitupun dengan Balqis yang hanya memperhatikan.
"Tumben lu lari pagi" ujar Abid.
"Karena diajak tadi, udaranya juga seger" jawab Shelia.
"Ini.. pacar baru kamu ya?" Shelia menunjuk Balqis.
"Calon istri mungkin" jawab Abid.
"Kak Abid gak usah ngacoo!!" Abid dicubit Balqis.
"Adudududududuhh.. ampun deh ampun sakit tauu" protes Abid.
"Makanya jangan ngaco" Abid tertawa.
Gue kenapa sih bisa bilang gitu? Apa gue suka sama Balqis?' pikir Abid.
Kak Abid emang bikin jantung gak sehat' batin Balqis.
"Sakit ya? Maaapp" raut wajah Balqis menyerupai orang yang merasa bersalah. Abid mendekat lalu mengacak pelan rambut Balqis.
"Nggak kok"
"Ehemm.." Shelia yang jadi penonton pun merasa jadi nyamuk di antara mereka.
"Oh iya.. Shell, kenalin ini Balqis, anaknya temen bokap, dan juga pemenang juara dua olimpiade matematika kemaren" ujar Abid.
"Ehh iyaaa deng, kamu yang juara dua kemaren. Aku lupaa" Shelia cengengesan.
"Gak apa apa kak" balas Balqis.
"Kenalin, gue Shelia Puspitasari" Shelia mengulurkan tangannya.
"Balqis kak" Balqis membalas uluran tangan Shelia.
"Sebaya Abid kan? Kenapa panggil kakak?" tanya Shelia.
"Nggak kak, Balqis kelas sebelas. Kak Abid sama kak Shelia kan kelas dua belas" ujar Balqis.
"Udah kenalannya?" Abid membuka suara.
"Berasa jadi patung gue disini" Shelia dan Balqis tertawa.
"Lu mau kemana Shell?"
"Balik, nyokap nelepon mulu" jawab Shelia.
"Kamu sendiri?"
"Masih mau keliling, juga mau ke supermarket atau pasar" jawab Abid.
"Oh yaudah deh, aku duluan" Abid mengangguk.
"Take care" Shelia tersenyum lalu pergi. Abid dan Balqis melanjutkan perjalanan.
"Ngapa tuh muka? Cemburu?" tanya Abid.
"Widiiihh geer banget sih"
"Jujur aja deh"
"Isss dasar narsis"
"Hahaha"
- >< -
"Kakak mau beli apaan?" mereka di pasar tradisional sekarang, sekalian mampir beli beberapa bahan untuk masakan.
"Cari jajan tradisional aja" ajak Abid.
"Yaudah kalau gitu" mereka berkeliling mencari jajanan tradisional sampai akhirnya menemukan salah satu penjual.
"Kamu mau?" Tanpa sadar Abid mengucapkan kata kamu.
Balqis gagal fokus hanya karena satu kata itu.
"Balqis? Woi"
"Eh" Balqis tersadar dari kehaluannya.
"Kenapa kak?"
"Mau nggak ini?" tanya Abid.
"Mau, ini.. ini.. itu" Balqis menunjuk yang diinginkannya.
"Samain aja bude" ujar Abid.
"Dikata orang Jawa apa bude?" bisik Balqis.
"Jadi apaaa? Gue gak tau" Balqis tertawa.
"Balqis juga gak tau kak" bisik Balqis.
"Samaa ajaaa" Balqis tertawa lagi.
"Kenapa tertawa?" tanya si penjual.
"Ah.. itu bu, jangan salah paham. Ini istri saya rada sengklek" jawab Abid. Balqis memukul lengan Abid. Abid cengengesan menatap Balqis.
"Ini pesanannya" Abid mengeluarkan dompetnya lalu membayar.
"Makasih bu" penjual itu tersenyum, Abid dan Balqis pergi.
"Kakak tu iihhhh!!!!! Asal ngomong mulu dari tadi, ngeselinn bangett" omelan Balqis meluap-luap setelah mereka keluar kawasan pasar.
Abid hanya tertawa mendengarnya. "Yaudin, gue minta maap"
"Udin saha?" Balqis menatap Abid.
"Mana gue tauu"
"Is random banget emang, gajelass!!"
//\//\//\//\//\//\//\//
"Assalamualaikum"
"Abangggg.. hiks hiks.." Devina berlari menuju Abid.
"Adek abang yang cantik ini kenapa? Kok pagi-pagi nangis??" tanya Abid, dia mensejajarkan diri dengan Devina lalu mengelus rambutnya.
"Abang kemanaa sih? Devi takutt tau!! Abang jahatt!!"
"Eh kok jahat? Nggak lah"
"Abang tadi lari pagi keluar sama kakak cantik, abang juga beliin jajanan buat Devi sama yang lain. Mau nggak?" Devi mengangguk.
"Yaudah yok kesana" Abid menggandeng tangan Devi, mereka menuju sofa.
"Akhirnya lu balik" ujar Jefri.
"Devi sama kakak yuk, kita makan di dapur" lagi-lagi Devi mengangguk dan mengikuti Balqis.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Abid.
"Gue juga gak tau, muka dia panik banget tadi pas gedor pintu kamar. Waktu gue buka pintu dia nangis"
"Mimpi buruk nggak tuh?" Heon muncul.
"Bisa jadi sih, terus dia buka pintu kamar juga gimana? Kan tinggi" sahut Rangga.
"Mungkin dia pake jam yang gue kasih. Akses semua pintu dari jam, lu gak bisa keluar masuk kalau gak pake itu jam" jelas Abid.
"Kalau ada yang bobol?" tanya Tio.
"Bot langsung hubungi polisi" jawab Abid.
"Gilaa, langsung polisi dong"
"Gak mau baku hantam pas liburan, gak suka gue" jawab Abid.
"Taiii kucinggg"
"Btw, lu darimana tadi?" tanya Eldi.
"Sama Balqis lagi" sahut Tio.
"Beduaan dong" dilanjutkan Rangga.
"Cuma jalan pagi, terus ke pasar tradisional sekalian ke supermarket" jawab Abid.
"Yakin?" tanya Jefri.
"Gue sih.. gak yakin" Heon menyahut.
"Kampret lu pada" mereka tertawa.
next ya kak ☺️
btw next up yokk bisa yok mig ☺️