Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 11: Perpisahan dan Langkah ke Dunia Luar
Fajar merayap perlahan di atas Sekte Awan Hening. Kabut spiritual yang biasanya menutupi lembah tampak lebih tipis pagi itu, seolah langit sendiri sedang menunggu sesuatu berakhir.
Di ruang utama paviliun tetua, aroma teh hangat bercampur dengan suasana yang tegang. Gao Wen berdiri tegak di sisi ruangan, sementara Tetua Ming duduk bersila di kursi batu di depan meja bundar. Di hadapan mereka, dua orang terbaring di atas lantai—Cao Feng dan Tetua Fang, keduanya masih pingsan, tubuh mereka dipenuhi luka akibat ledakan Qi semalam.
“Jadi… kau bilang energi itu berasal dari reruntuhan barat?” Tetua Ming berbicara tanpa mengangkat kepala.
“Benar,” jawab Gao Wen tenang. “Namun saya yakin tidak ada niat buruk. Bocah itu hanya menembus Pondasi Spiritual, dan ledakan Qi-nya memicu formasi lama.”
Tetua Ming mengangguk pelan. “Dan dua ini?”
“Terjebak di tengah. Mereka yang memulai serangan duluan.”
Ruangan sunyi beberapa saat. Hanya suara angin dari luar yang terdengar.
Akhirnya, Tetua Ming membuka matanya. “Kalau begitu, biarkan mereka diam untuk sementara. Sekte tak butuh rumor.” Ia menatap Gao Wen dalam-dalam. “Dan tentang bocah itu—Yu Chen—kau tahu apa yang harus dilakukan.”
Gao Wen menunduk. “Saya mengerti.”
Beberapa jam kemudian, di asrama pelayan, Yu Chen sedang mengemasi barang-barangnya. Tasnya tipis—hanya ada pakaian sederhana, kantong Batu Roh, dan sebilah pedang pendek pemberian Chen Luo.
Ia baru saja selesai ketika pintu diketuk pelan.
“Masuk.”
Chen Luo melangkah masuk dengan wajah yang sulit disembunyikan antara bangga dan sedih. “Kau benar-benar akan pergi?”
Yu Chen tersenyum kecil. “Sekte bilang aku diberi misi pengantaran pil roh ke Kota Abadi Fana. Tapi aku tahu, ini juga cara mereka menyingkirkanku untuk sementara.”
Chen Luo mendengus. “Atau mungkin melindungimu. Setelah yang terjadi semalam, semua orang tahu kau bukan pelayan biasa lagi.”
Yu Chen tertawa pelan. “Dan itu justru masalahnya.”
Mereka terdiam sejenak. Hanya suara burung spiritual dari kejauhan yang memecah keheningan.
Chen Luo menepuk bahu Yu Chen. “Kau tahu, sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah merasa kau bukan orang biasa. Tapi aku tidak menyangka kau akan tumbuh secepat ini. Hati-hati di luar sana, Yu. Dunia luar jauh lebih kejam dari sekte kecil ini.”
Yu Chen menatapnya dengan tulus. “Aku tahu. Tapi kalau aku terus di sini, aku hanya akan jadi alat bagi orang lain. Di luar sana… mungkin aku bisa menemukan jawaban tentang kristal ini.”
Chen Luo menatap dada Yu Chen, di mana kilau samar sering muncul di bawah kulitnya. Ia menunduk dan tersenyum getir. “Baiklah. Kalau begitu, suatu hari nanti, jangan lupa aku. Si pelayan yang pernah kalah di semua ujian.”
Yu Chen tertawa. “Tidak mungkin aku lupa orang pertama yang percaya padaku.”
Beberapa jam setelah itu, di pintu gerbang sekte, Gao Wen sudah menunggunya. Ia berdiri dengan jubah biru muda, rambutnya diikat rapi seperti biasa.
“Sudah siap?” tanyanya tanpa basa-basi.
Yu Chen mengangguk. “Terima kasih sudah mengizinkan aku pergi.”
“Bukan izin,” jawab Gao Wen. “Perintah.” Tapi setelah jeda singkat, ia menambahkan pelan, “Tapi aku setuju dengan perintah itu.”
Yu Chen menatapnya, mencoba membaca maksud di balik tatapan pria itu. Gao Wen menatap balik dengan ekspresi yang jarang ia tunjukkan—semacam rasa bangga, atau mungkin kekaguman.
“Kau telah melangkah di jalur yang tidak biasa,” kata Gao Wen tenang. “Sekte ini tak bisa menampung orang sepertimu lama-lama. Tapi ingat, di luar sana, dunia tidak hanya lebih luas—ia juga lebih kejam. Satu kesalahan, dan semua yang kau capai bisa hilang.”
Yu Chen menunduk hormat. “Aku akan ingat, Penjaga Gao.”
Gao Wen mengeluarkan satu gulungan kecil dari lengan bajunya dan menyerahkannya. “Ini peta jalur menuju Kota Abadi Fana. Ada juga beberapa catatan tentang sekte-sekte besar di wilayah itu. Gunakan dengan bijak. Dan jangan tunjukkan kekuatanmu sembarangan.”
Yu Chen menerimanya dengan kedua tangan. “Aku berhutang banyak padamu.”
“Tidak perlu. Kau hanya harus berhutang pada langit—dan pada jalanmu sendiri.”
Mereka terdiam sebentar. Angin pagi berhembus, membawa aroma kabut dan dedaunan lembah.
“Ada satu hal lagi,” kata Gao Wen akhirnya. “Formasi di bawah sekte… aku tahu kau menemukannya. Tapi rahasiakan. Setiap generasi Awan Hening punya satu pewaris formasi itu, dan mungkin kau yang berikutnya. Jangan biarkan siapa pun tahu sampai waktunya tiba.”
Yu Chen terdiam lama, lalu mengangguk perlahan. “Aku mengerti.”
Gao Wen menepuk pundaknya sekali, lalu berbalik. “Kalau begitu, pergilah. Dunia di luar menunggumu.”
Langkah-langkah Yu Chen terdengar pelan di jalan batu menurun dari gerbang sekte. Kabut masih menggantung di udara, menutupi pemandangan gunung dan lembah.
Setiap langkahnya terasa berat, tapi juga ringan—berat karena perpisahan, ringan karena kebebasan.
Ketika ia menoleh untuk terakhir kalinya, Sekte Awan Hening tampak kecil di kejauhan.
Sebuah tempat yang pernah menindasnya, tapi juga tempat di mana ia lahir kembali.
“Terima kasih,” katanya pelan, suaranya nyaris tertelan angin. “Aku akan kembali suatu hari nanti, bukan sebagai pelayan… tapi sebagai seseorang yang bisa berdiri di langit yang sama.”
Ia menarik napas dalam, menatap jalan panjang yang membentang ke timur—menuju Kota Abadi Fana, menuju dunia yang belum ia kenal.
Cahaya matahari pertama menembus kabut, menyinari wajahnya. Dalam kilau itu, mata Yu Chen memantulkan cahaya keemasan lembut.
Kristal di dadanya bergetar pelan, seperti merespons arah baru.
Langit tampak luas di atas sana, tak terbatas, penuh misteri.
Dan untuk pertama kalinya, Yu Chen melangkah tanpa rantai, meninggalkan gunung kecil yang menahannya, menuju dunia luas di mana naga sejati akan bangkit.