Perfect Husband

Pria itu membawa minuman kepada Fabby. "Halo, ini minuman pesanan kamu," ucap si pria.

"Ah, iya. Terima kasih," sahut Fabby.

Pria itu duduk di samping Fabby namun Fabby menggeser duduknya untuk sedikit menjauh. "Kenalkan nama aku Vino," ucap Vino dengan mengulurkan tangannya ke arah Fabby.

Fabby awalnya diam, dia merasa takut kepada pria itu. "Jangan takut, aku bukan pria jahat kok."

Akhirnya dengan ragu-ragu, Fabby pun membalas uluran tangan Vino. "Fabby."

"Baiklah, sepertinya kamu terlihat risih ada aku di sini. Silakan nikmati minumanmu, kalau nanti ada yang ganggu kamu, kamu panggil aku saja. Aku ada di sana," ucap Vino.

"Oke."

Vino pun akhirnya memilih pergi, namun itu hanya pura-pura saja supaya Fabby tidak merasa curiga kepadanya. Fabby mulai meminum jusnya dan itu membuat Vino tersenyum senang. "Bagus, minum sampai habis cantik," batin Vino.

Arga semakin panik, perasaannya tidak tenang. "Bagaimana ini?" kesal Arga.

Beberapa menit setelah minum jus itu, Fabby mulai merasa aneh. Tubuhnya tiba-tiba merasa kepanasan. "Astaga, kenapa tiba-tiba tubuhku panas, gerah sekali," batin Fabby sembari mengipas-ngipaskan tangannya ke arah wajahnya.

Vino mulai menghampiri Fabby. "Kamu kenapa Fab?" tanya Vino pura-pura tidak tahu.

"Gak tahu, tubuh aku kok panas dan gak enak begini ya," sahut Fabby.

Vino mulai mendekati Fabby dan mulai memeluk Fabby. "Tolongin aku, Vino," ucap Fabby dengan terus mengeliat.

Sementara itu, Arga menghubungi seseorang dan beberapa saat kemudian sebuah mobil sedan hitam datang. "Ah, lama sekali kamu," kesal Arga.

"Ada apa? tumben nyuruh aku ke sini? sejak kapan kamu main ke club begini?" tanya seorang pria yang bernama Riko.

"Jangan banyak bicara, kamu 'kan member di sini di dalam ada istriku, aku khawatir takut kenapa-napa," sahut Arga panik.

"Astaga, kenapa gak bilang dari tadi."

Riko pun segera masuk ke dalam club itu diikuti oleh Arga. Arga mulai menyapu setiap sudut ruangan yang ada di club itu, tiba-tiba matanya melotot saat seorang pria sedang memeluk Fabby dengan penuh hasrat.

"Kurang ajar." Arga segera menghampiri Vino dan memukul Vino sampai tersungkur ke lantai.

"Berani sekali kamu menyentuh istriku!" teriak Arga dengan penuh emosi.

Arga terus saja memukul Vino membabi buta, hingga Riko pun menghentikannya. "Sudah hentikan, lebih baik sekarang kamu bawa pulang istrimu, orang ini biar aku yang urus," ucap Riko.

Arga melihat Fabby semakin parah, dia pun memapah Fabby untuk keluar dari club itu. Fabby terus saja menggeliat, dan memeluk Arga sembari menciumi leher Arga membuat Arga seketika merinding. Fabby semakin agresif, membuat Arga kewalahan.

"Sialan, pria brengsek itu sudah memberikan Fabby obat perangsang," batin Arga.

Arga memaksa Fabby untuk masuk ke dalam mobil, setelah masuk ke dalam mobil Arga pun segera masuk. Fabby semakin menjadi-jadi, dia terus saja memeluk Arga membuat Arga kesusahan mengemudikan mobilnya. Fabby melepaskan blazernya, bahkan dia juga ingin melepaskan semua pakaiannya namun Arga menahannya.

"Astaga, jangan seperti itu Fabby," ucap Arga panik.

"Panas Arga, tolongin aku!" teriak Fabby.

"Sabar, tahan sebentar lagi kita sampai rumah," sahut Arga.

Arga membawa Fabby ke rumahnya karena posisi dari club itu yang dekat hanya rumahnya kalau rumah Nenek Andin butuh setengah jam lagi untuk sampai. Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah Arga. Arga susah payah, membawa Fabby masuk ke dalam rumahnya hingga Arga pun membawa Fabby masuk ke dalam kamarnya.

"Astaga, apa yang harus aku lakukan? bagaimana cara menyembuhkannya?" batin Arga panik.

Dia pun mengotak-atik ponselnya untuk mencari cara menghilangkan efek obat perangsang. Tapi baru saja Arga membuka ponselnya, tiba-tiba Fabby menarik tubuh Arga sehingga Arga terjatuh ke atas tempat tidur. Fabby duduk di perut Arga membuat Arga kaget, apalagi saat ini baju Fabby sudah acak-acakan.

"Tolong aku, Arga. Please, aku sudah tidak kuat," ucap Fabby.

"Tapi, bagaimana ca----"

Ucapan Arga terhenti, karena Fabby langsung membungkam bibir Arga dengan dengan bibirnya. Arga membelalakkan matanya, Fabby menciumi Arga dengan brutal hingga akhirnya Arga tersadar dan berusaha melepaskan Fabby.

"Sadar Fabby, saat ini kamu sedang terpengaruh oleh obat," ucap Arga berusaha menyadarkan Fabby.

"Ayolah Arga, tolong aku," rengek Fabby.

Hasrat Fabby sudah tidak bisa ditunda-tunda, dia terus saja menciumi Arga. Sebenarnya Arga suka dengan perlakuan Fabby seperti ini, lagipula itu memang yang diharapkan oleh Arga. Tapi Arga tidak bisa melakukannya, jika kondisi Fabby seperti itu, Arga ingin melakukannya atas dasar suka sama suka, dan cinta.

"Aku tidak bisa Fabby, saat ini kamu sedang dipengaruhi obat, aku gak mau pas sadar nanti kamu menyesal dan semakin benci kepadaku." Arga berusaha menolak Fabby.

Fabby semakin tidak terkendali, bahkan sekarang dia sudah melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Susah payah Arga menahan hasratnya, namun jika melihat Fabby seperti itu pria mana yang akan kuat. "Fabby, please jangan seperti ini, aku tidak bisa," ucap Arga.

"Ayolah Arga, tolong aku," ucap Fabby dengan diselingi de**han kecil.

Hancur sudah pertahanan Arga, dia pria normal yang tidak bisa digoda seperti itu. Akhirnya Arga mengubah posisi dan sekarang justru dia yang memimpin permainan. Malam itu menjadi malam yang panjang bagi Arga dan Fabby, otak Arga sudah tidak bisa berpikir jernih lagi mereka berdua melakukan hubungan suami istri yang seharusnya sudah mereka lakukan sejak lama.

Fabby terkulai lemas setelah pertempuran bersama Arga, bahkan dia sudah terlelap. "Maafkan aku Fabby, ini kamu yang maksa ya jadi jangan sampai besok kamu salahkan aku," gumam Arga.

Arga merapikan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Fabby. Diperhatikannya wajah polos Fabby yang sudah terlelap itu. "Maafkan aku Fabby, semoga dengan kejadian ini kamu bisa berubah dan benar-benar menerima aku sebagai suamimu," ucap Arga.

Arga pun mulai merebahkan tubuhnya di samping Fabby dan tidak membutuhkan waktu lama, Arga pun mulai masuk ke alam mimpinya. Arga berharap jika keesokan harinya Fabby tidak akan marah dan membenci dirinya.

***

Keesokan harinya...

Fabby mulai menggerakkan tubuhnya, namun seketika Fabby meringis kala merasakan sakit di daerah sensitifnya. Perlahan Fabby membuka matanya, dia melihat kondisi tubuhnya yang sudah tidak memakai sehelai benang pun yang nempel di tubuhnya. Fabby bangun dan terduduk, lalu dia melihat ke samping dan di sana Arga masih tertidur dengan posisi tengkurap tanpa memakai baju juga.

"Astaga, apa yang semalam aku lakukan?" batin Fabby.

Fabby mulai mengingat kejadian semalam, seketika air matanya menetes.