Amecca Saraswati seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi sedang melakukan kemah bersama teman-teman anggota mapala di kampusnya.
Ia bertemu dengan pria yang sangat tampan di tepi sungai ketika sedang mandi di sungai. karena pada pria tampan itu akhirnya mereka berkenalan. Mulanya Mecca tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang merupakan pangeran dari Siluman harimau yang sedang bertugas menjaga gunung Arjuno bernama Lakeswara Pandita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
3 bulan kemudian.
Pandita menggendong Harjun yang terbangun dan menangis, ia tidak ingin membangunkan Mecca karena Mecca terlihat sangat kelelahan, Pandita mengajak Harjun bermain di ruang keluarga.
Mendengar suara tawa Harjun, Rengganis yang akan tidur mengurungkan niatnya. Ia memakai kembali bagian luar pakaiannya dan menuju ruang keluarga. Ia melihat Pandita sedang mengajak Harjun bercanda hingga Harjun tergelak.
"Pandita, kenapa kamu membawa Harjun keluar kamar tengah malam begini?" tanya Rengganis dan berjalan mendekati anak dan cucunya.
Pandita menoleh kearah Rengganis dan tersenyum.
"Harjun terbangun bunda, aku tidak ingin membuat Mecca terganggu tidurnya karena sepertinya sangat kelelahan, jadi aku membawa Harjun keluar kamar." Jawab Pandita.
Rengganis memandang Harjun dengan gemas, karena bayi berusia 3 bulan itu tersenyum menatapnya.
Ia menggendongnya dan menimangnya. "Sebaiknya kamu pergi tidur nak, besok kamu harus pergi berperang melawan kerajaan monyet. Biar bunda yang akan menjaga Harjun sampai ia terlelap nanti." kata Rengganis.
Pandita mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya menuju ke dalam kamar.
Pandita memeluk Mecca yang sudah terlelap, Ia mencium ceruk leher Mecca. Saat akan memejamkan matanya, Pandita terkejut mendengar suara pedang beradu di luar dan juga teriakan para prajuritnya.
Ia segera bangkit dari ranjang dan berjalan menuju balkon kamarnya untuk melihat keluar apa yang terjadi.
Ia membelalakan mata nya ketika melihat pasukan siluman monyet yang di pimpin pangeran monyet bernama Tilan menyerang castil kristal. Tilan yang melihat Pandita berdiri diatas balkon mengarahkan anak panahnya kearah Pandita.
Saat itu kebetulan Mecca melihat anak panah yang mengarah kearah Pandita. Mecca langsung mendorong Pandita kearah samping hingga mereka berdua jatuh tersungkur diatas lantai.
"Mecca!" ujar Pandita terkejut. Lalu anak panah itu mengenai pilar yang berada di dalam kamar.
"Ada yang akan menyerangmu Pandita." ujar Mecca.
Pandita memeluk Mecca karena Mecca sudah menyelamatkannya.
"Terimakasih sayang sudah menyelamatkanku. Sekarang kita tiarap menuju ke luar kamar ya, Harjun bersama dengan ibu Ratu." kata Pandita.
Mecca langsung mendelikkan matanya mendengar Harjun berada di luar. Mereka berjalan tiarap menuju ke luar kamar.
Di luar kamar para pengawal pribadi Mecca dan Pandita bersiap untuk keluar Castil.
"Dimana Ratu dan Harjun?" tanya Pandita pada mereka.
"Berada di kamar Raja dan Ratu pangeran." jawab Pandya.
Pandita mengangguk paham. " Kenapa mereka menyerang castil ini dan tidak ada yang memberitahukan padaku?" Tanya Pandita kesal.
"Maaf pangeran, kami juga tidak mengetahui jika pangeran Monyet berencana menyerang castil kita ini. Sepertinya mata-mata yang kita kirimkan telah tertangkap." kata Pandya.
"Ya sudah, siapkan pakaian perangku sekarang. Aku akan mengantarkan permaisuri dan putra mahkota ke tempat persembunyian lalu aku akan kembali kesini." Pandita menatap salah seorang pengawal nya yang bernama Vito.
"Vito, kerahkan semua prajurit dan budak untuk ikut berperang. Jangan biarkan para siluman monyet itu sampai masuk ke dalam castil. Ketatkan penjagaan castil ini karena disini ada permaisuri dan putra mahkota." titah Pandita.
"Siap pangeran." jawab Vito lalu menuju ke tempat prajurit dan para budak.
Pandita mengajak Mecca menuju kamar raja. Disana ia melihat Harjun sudah terlelap di gendongan Rengganis. Ia juga melihat Pramudya sudah siap dengan pakaian perangnya.
"Ayah, sebaiknya ayah tidak usah ikut berperang. Tolong jaga ibu, Mecca dan juga Harjun untukku. Aku mohon, aku yang akan mengalahkan para siluman monyet itu. Tolong jada Mecca dan Harjun karena mereka adalah sumber kekuatanku." pinta Pandita dengan sangat.
Raja akhirnya menyetujuinya. Ia melepaskan kain yang mengikat pinggangnya dan memakaikannya pada Pandita. Kain itu adalah untuk melindungi tubuhnya agar tubuhnya tidak bisa di lukai dengan senjata apapun.
"Pakai ini, jangan pernah lepaskan kain ini meskipun kamu memakai baju besimu." Kata Pramudya sambil melilitkan kain hitam itu ketubuh Pandita.
Setelah selesai, Pandita mengajak mereka untuk ke ruang tersembunyi yang berada di dalam kamar raja. Ia membuka salah satu lemari yang berisi buku buku usang. Orang awam bahkan para pengawal dan dayang tidak ada yang mengetahui jika di sana ada pintu rahasia.
Pandita menggiring mereka semua untuk masuk ke dalam, ia juga mengambil semua makanan yang ada diatas meja di kamar raja.
"Masuk ke bagian paling dalam dan tutup pintunya rapat-rapat. Aku akan kembali setelah aku bisa mengalahkan Tilan." ujar Pandita dengan rahang tegas.
Saat akan keluar, Mecca menahan tangan Pandita.
"Pandita, tolong selamat demi aku dan Harjun." ujar Mecca dengan airmata berlinang.
Pandita tersenyum dan mengangguk, ia mengusap airmata di pipi Mecca dan mengecupi wajah Mecca.
"Aku akan selamat dan baik-baik saja selama dirimu dan Harjun baik-baik saja. Makan buah-buahan ini dan susui Harjun sesering mungkin." kata Pandita.
Mecca mengangguk paham. "Berapa lama kami berada disini Pandita?"
"Sampai aku datang Mecca, jika aku belum datang jangan ada yang keluar dari ruangan ini. Kalian semua amat berarti bagiku." kata Pandita dan menatap mereka bergantian. Rengganis tersenyum penuh haru karena putranya telah dewasa dan sudah berkali-kali menjadi panglima perang.
"Pergi lah nak, ayah akan menjaga istri dan anakmu disini. Katakan pada salah seorang prajurit untuk menyampaikan pesan pada bibi Teresa. Minta pada bibi Teresa untuk mengirim makanan setiap hari ke sini, agar permaisuri dan putra mahkota tidak lemas." kata Pramudya.
Pandita mengangguk paham dan memohon restu pada ayah ibu dan juga istrinya. Ia juga mencium Harjun yang tertidur pulas di dalam gendongan Rengganis.
"Mecca, aku pergi. Doakan aku segera kembali." kata Pandita sambil mengusap pucuk kepala Mecca, Mecca merelakan Suaminya keluar karena jika tidak, musuh akan menerobos castil ini dan akan membahayakan nyawa mereka terutama putranya yang baru berusia 3 bulan.
Pandita mendatangi Pandya yang menunggunya di ruang keluarga, Pandya memakaikan zirah besi yang biasa di pakai Pandita saat akan berperang. Mereka saat ini sudah bersiap keluar castil, di depan castil sudah berkumpul para prajurit terlatih yang akan ikut menyerang pasukan siluman monyet.
"Kita keluar sekarang!" Titah Pandita dan berjalan menuju ke depan. Pandita terlihat sangat gagah perkasa memakai zirah besi dan juga pedang yang berada di tangannya. Di belakangnya juga sudah ada busur dan anak panah sebagai senjata.
Mata biru milik Pandita mengisyaratkan kemarahan pada kerajaan siluman monyet karena berani menyerangnya.
Siluman monyet merupakan keluarga dari ibu Leno yang merupakan siluman ular biru. Raja siluman ular biru menikahi putri dari siluman monyet mereka memiliki 2 anak yang bernama Firas dan Leno.
Siluman monyet membalas penyerangan yang di lakukan Pandita yang menyerang kerajaan ular biru hingga menewaskan raja dan putra mahkota nya. Saat ini Firas menjadi gila dan di rawat oleh kerajaan siluman monyet yang merupakan kerabat ibunya. Ibunya sendiri sudah meninggal karena di bunuh oleh siluman buaya putih saat mereka berperang memperebutkan kekuasaan.
Saat itu ibunya tengah mengunjungi kerajaan monyet, lalu pasukan siluman buaya putih menyerang kerajaan monyet dan menewaskan ibu Leno yang bernama Farhana.
"Tilan tidak terima karena kita telah membunuh kakak iparnya dan juga keponakannya pangeran!" terang Pandya.
"Aku tau, tapi bukankah kerajaan monyet berada dalam kuasa kita, bagaimana kita bisa kebobolan begini, apa pengawal tidak ada yang mengetahui jika mereka akan menyerang kita?" tanya Pandita kesal. Karena sebenarnya kerajaan monyet telah kalah saat perang memperebutkan wilayah beberapa waktu lalu, hingga mereka meminta kemerdekaan dari Pandita dan juga Pramudya yang merupakan raja siluman harimau. Pramudya menyetujui untuk memberikan mereka kebebasan dengan perjanjian mereka harus menyerahkan upeti pada Pramudya dan pemerintahan mereka atas perintah dari Pramudya sebagai pemimpin tertinggi.
Saat mengetahui dari salah satu mata-mata yang Pandita kirimkan, Pandita dan Pramudya merasa sangat marah sekali. Karena berani beraninya mereka menyerang kerajaan yang telah memberikan mereka kemerdekaan.