My Heart is yours adalah cerita yang mendalam antara Daniel seorang pria tampan, cool dan kharismatik. dan Avery seorang wanita cantik, cerdas dan introduced. Mereka better secara tidak sengaja dan langsung merasakan koneksi yang kuat.
Daniel yang memiliki ketertarikan lebih dulu pada Avery tidak tahu bagaimana cara mengatakan perasaannya. Avery yang memiliki masa lalu sulit dan trauma yang menghantui merasa bahwa Daniel adalah satu-satunya orang yang dapat membuatnya merasa aman dan dicintai selain keluarganya.
Namun perjalanan kisah mereka tidaklah mudah. Dimulai dari pertemanan yang nyaman hingga mengakui perasaan masing-masing. Akankah Daniel dan Avery dapat menemukan kebahagiaan bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari kedua
Cekrek , Cekrek!
Bunyi tombol shutter pada kamera terus bersahutan, sepasang model didepan sana berpose sesuai tema dan arahan.
Sky mengacungkan jempolnya dan ia berjalan menuju monitor untuk melihat hasil jepretan nya. Ia scroll beberapa gambar, dan wajahnya terlihat sangat luas dengan hasilnya.
" Good job! " ujar Sky dan semua kru bertepuk tangan saat itu juga. Mata seni seorang Sky tidak bisa terbantahkan, bahkan sekelas penata gaya untuk model mereka lebih menyerahkan keputusan pada Sky.
" Kita tinggal editing sedikit saja " ujar Sky pada editor disamping nya.
" Okay dicopy bos " tanpa basa basi Sky menggapai tasnya serta mengalungkan kamera pribadinya, ia meninggalkan studio begitu saja. Tak ada yang melakukan protes dengan tingkah lakunya.
Mobil sport putih itu membelah jalan yang lumayan padat saat jam pulang kerja semakin dekat. Sky memikirkan mobilnya di parkiran Lumina Cafe, dan dengan santai memasuki cafe langganan nya itu.
Disisi lain, Daniel yang sudah stand by sejak makan siang tadi, langsung menggeser barista yang sedang berdiri disana saat melihat Sky memasuki area cafe.
" Minggir Vin! " bisik Daniel pada barista yang bernama Calvin.
" What are you doing bos? " Calvin terheran-heran melihat tingkah kenalan dari atasannya itu.
" Sssst, just one minute " Calvin geleng-geleng kepala melihat nya.
Sky seperti biasa ia sibuk dengan ponselnya, dan hanya menyebutkan pesanan miliknya.
" Iced latte please " ujar gadis itu lembut.
" Anything else? dessert maybe? " tawar Daniel.
Sky mendongak menatap Daniel sesaat, lalu ia lihat display dessert disana.
" One tiramisu, two donuts chocolate " Sky dengan cepat memasukan ponselnya kekantong celananya.
Daniel dengan ahli meracik iced latte pesanan gadis itu. Daniel juga cukup heran kenapa Sky harus memesan didepan padahal gadis itu akan makan ditempat.
Disana tersedia waiters yang siap melayani pesanan pelanggan, tapi gadis berambut pendek ini malah memilih membawa makanannya sendiri.
Pesanan Sky sudah selesai dan Daniel menatanya di nampan yang cukup untuk iced coffee dan dessert pesanan gadis itu.
" Silahkan dinikmati " Sky langsung mengambilnya tanpa menatap Daniel yang tersenyum lebar.
Entah keberuntungan atau memang sudah khusus untuknya, meja disebut yang sama dengan view yang sama masih kosong dan ditempati oleh Sky. Hari ini Sky mengeluarkan satu buku tebal dan ia menggunakan kacamata bacanya. Kacamata yang ia pakai begitu mendukung kesan dingin diwajahnya.
Sky begitu asik dengan dunia nya begitu juga dengan Daniel yang begitu asik memperhatikan nya. Hingga tepukan di bahu laki-laki itu membuat nya kaget.
" What are you doing bro? " Daniel melirik Xavier sekilas lalu kembali menumpukan perhatian pada Sky.
Xavier mengikuti arah pandang Daniel, dan matanya melotot siapa yang sedang sahabatnya perhatikan.
" You know, who is she? " tanya Xavier dan mengambil tempat duduk disamping Daniel.
" Sky namanya kata Jessy" ujar Daniel santai.
" She is princess ice, you remember? My Elsa frozen" kekeh Xavier. Daniel mengerutkan keningnya mendengar ucapan Xavier.
" What?! " Daniel terpekik tertahan. Bagaimana tidak, julukan Elsa frozennya Xavier adalah fotografer kebanggaan Spark Lumina milik sahabatnya ini.
" Seriously? " Daniel sering mendengar julukan itu tapi tak terlalu tertarik saat Xavier membanggakan nya.
" Yeah dude! Dan sekarang aku tanya ngapain liatin anak orang sampai sebegitunya? " Xavier bertanya penasaran karena si adik- Jessica sibuk menghubungi dirinya sejak tadi karena Daniel cosplay jadi barista.
" Bukankah dia cantik? " Daniel malah balik bertanya.
" Ck, jangan main-main D. Masih banyak yang cantik, jangan dia kalau cuma iseng " Daniel melirik Xavier dengan tatapan sinis. Tanpa berkata apapun Daniel meninggalkan Xavier sendiri yang keheranan.
🌹
🌹
Seperti biasa Sky menghabiskan banyak waktu disana. Hingga malam menjelang dan hujan turun cukup lebat. Sky menghela nafanya melihat begitu derasnya hujan malam ini, musim semi di New York kali ini seperti nya akan banyak turun hujan.
Gadis itu terlihat menimbang-nimbang untuk mengendarai mobil untuk pulang. Ia tak begitu percaya diri mengendarai mobil dalam keadaan hujan seperti ini tapi Ia juga harus pulang karena Ia sudah cukup lelah.
Sky melangkah keluar dari cafe ke area cafe, Ia berdiri cukup lama sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. entah apa yang ia tunggu, tapi tingkah nya cukup menggemaskan.
" Semua baik-baik saja Ms? " Sky sedikit kaget mendengar suara seseorang dibelakangnya. Sky menoleh dan ia bisa melihat laki-laki bermata biru itu sedang menatapnya.
" Barista" gumam Sky tapi masih bisa didengar oleh Daniel, dan Daniel terkekeh mendengar itu.
" Ada yang bisa dibantu? " tanya Daniel lagi.
Sky mengerjapkan matanya beberapa kali dan itu sangat menggemaskan dimata Daniel. " Hujan" ujar Sky singkat. Daniel mengerutkan keningnya, Ia bisa melihat hujan memang sedang deras-derasnya. Lalu masalah nya dimana, fikirkan.
" Saya tidak yakin bisa mengendarai mobil saat ini " ujar Sky pelan. Daniel tersenyum, kini Ia mengerti kebingungan gadis ini sejak tadi.
Daniel menoleh kedalam cafe dimana Xavier dan Jessica dari tadi sedang mengawasinya. Daniel tersenyum dan memberikan kedipan matanya pada dua orang itu.
" You need help? " Sky tampak menimbang hingga Ia memutuskan mengangguk.
" Bisakah? Apartment ku tidak terlalu jauh dari sini" jela Sky.
" Sure, mari saya antar" Daniel menadahkan tangannya, Sky pula mendongak untuk menatap Daniel dengan bingung.
" Kunci mobil Ms " Sky dengan sedikit tergesa menggapai kunci mobil nya didalam tas. Daniel menerima dengan senang hati hukuman dari Sky.
Sky dengan cepat berlari kecil mereda hujan menuju kursi penumpang didepan, begitu juga dengan Daniel yang memasuki kursi kemudi.
Mereka membelah jalanan yang tidak terlalu ramai namun cukup beresiko karena hujan.
" Hmm, Daniel" Daniel membuka obrolan pada gadis disamping nya yang terlihat sangat menjaga jarak dari nya. Lihat saja gadis itu duduk hingga menempel pada jendela disamping nya.
" Sky, Skylar" ujar Sky singkat.
Daniel tersenyum puas, karena awal yang bagus untuknya.
Saat mereka sampai di area gedung apartment Daniel memikirkan mobil Sky di parkiran basement.
Mereka berdua turun dari mobil, dan Daniel menyerahkan kunci mobil kembali pada Sky.
" Terimakasih, sudah membantu " Sky tersenyum tipis sebagai rasa terimakasih.
" Sama-sama "
Daniel mengikuti langkah Sky yang akan memasuki lift menuju lantai unit apartment nya. Tatapan penuh tanya terlempar begitu saja dari Sky pada Daniel.
" Anda tidak pulang? " tanya Sky.
" Pulang, tapi bisakah saya menunggu di unit mu. Sepertinya temanku akan sedikit lambat" Sky menghela nafasnya, sedikit menimbang akhirnya memperbolehkan.
" Baiklah" dengan pasrah Sky membawa orang asing ke unitnya.
Sampai di unitnya Sky langsung masuk ke kamar meninggalkan Daniel seorang diri diruang tamunya.
Daniel sendiri menatap sekelilingnya, benar-benar sesimpel itu ruangan yang ia pijak saat ini. Seperti Sky yang terlihat simple tapi sayang sedikit dingin. Cukup lama menilai, langkah kaki sedikit mengagetkan Daniel.
" Chocolate or Coffee? " tawar Sky yang sedang menuju dapurnya. Gadis itu terlihat lebih segar dengan wajah bersih tanpa makeup, rambut yang diikat satu dan piyama Winnie the pooh berlengan panjang.
" Coffee please " jawab Daniel. Tak lama Sky keluar dari dapur dengan dua buah gelas dan melangkah menuju ruang tamunya. Daniel hanya mengekor sejak tadi, dan ikut duduk disofa dengan posisi saling berhadapan.
Sky menghulurkan gelas berisi coffee pada Daniel. Cukup lama sama-sama diam, hanya ada suara televisi yang menemani.
Daniel bukan seorang pendiam tapi bersama gadis ini ia jadi ikutan diam. Seakan tak ingin mengganggu ketenangan gadis ini.
" Apa temanmu masih lama? " Daniel mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan Sky. Teman dari mana, dia saja tidak mengabari siapapun dia ada disini.
" Mungkin " jawab Daniel sekenanya, dan respon Sky hanya mengangguk. Mereka terdiam lagi, hingga tak sadar Sky sudah terlelap dengan posisi bersandar disofa. Daniel yang melihat nya hanya tersenyum.
" Bagaimana kamu bisa tidur dengan posisi seperti ini? " gumam Daniel. Lalu ia angkat tubuh mungil Sky dan membaringkan gadis itu di sofa panjang. Ia tak mau lancang memasuki kamar gadis itu, karena ia tahu batas privasi orang.
Sky mencari posisi nyaman dalam tidur nya. Daniel mematikan televisi dan lampu ruangan itu, hingga hanya ada sinar temaram dari cahaya lampu kota diluar.
Daniel ikut menyandarkan tubuhnya disofa menggantikan posisi Sky tadi.
Mereka berdua terlelap menuju alam mimpi.
Entah kapan pastinya Daniel dikejutkan dengan isak tangis dan igauan dari Sky.
" No.. please.. stop " nafas gadis itu terdengar putus-putus.
" No.. tolong Ave.. tolong" Daniel langsung menghampiri Sky dan menepuk pelan pipi gadis itu, menyadarkannya dari mimpinya.
" Sky, wake up. Sky " Daniel terus berusaha hingga Sky membuka matanya. Tapi bukannya mereda gadis itu malah berteriak.
" Arrrghh! " Daniel kebingungan apalagi Sky mendorong nya sedikit kasar dan menjambak rambutnya sendiri.
" Arrrrghh, lampu... please " Daniel yang mendengar itu langsung dengan sigap berlari dan menghidupkan lampu ruangan itu hingga terang benderang.
Baru teriakan gadis itu mereda, hanya terdengar sisa isak tangisnya.
" Are you okay? " Sky mengangguk kan kepalanya. Daniel beranjak ke dapur mengambil segelas air putih. Ia berikan air itu pada Sky dan gadis itu meminumnya dengan cepat.
" Better? " Lagi-lagi Sky mengangguk.
Daniel usap wajah Sky yang basah dengan tissue, lalu Ia baringkan gadis itu kembali. Sky dengan mudahnya menurut.
Daniel gapai selimut yang terlampir disandarkan sofa yang memang udah ada disana hampir setiap hari. Ia selimuti tubuh mungil itu.
" Televisi nya " ucap Sky lirih. Daniel menatap gadis itu dan televisi bergantian. Dan setelah beberapa saat ia nyalakan televisi itu, dan gadis itu kembali memejamkan matanya.
Daniel bisa bernafas lega setelah mendengar nafas teratur Sky, menandakan gadis itu terlelap. Walau ia sendiri tak bisa tidur dalam keadaan terang dan berisik, tapi tetap ia lakukan malam itu.
" Good night Sky" gumam Daniel.