NovelToon NovelToon
Arisan Rumpi

Arisan Rumpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evichii

Ini adalah cerita tentang Lini, seorang gadis yang pergi merantau ke Jakarta dan tinggal di salah satu rumah kost. Hari-harinya dipenuhi warna ketika harus menghadapi trio emak-emak yang punya hobi ngejulidin tetangga. Naasnya salah satu anggota trio itu adalah ibu kost-nya sendiri.

Ga cuma di area kostan, ternyata gosip demi gosip juga harus dihadapi Lini di tempat kerjanya.

Layaknya arisan, ghibah dan julit akan berputar di sekitar hidup Lini. Entah di kostan atau dikerjaan. Entah itu gosip menerpa dirinya sendiri, atau teman dekatnya. Tiap hari ada aja bahan ghibah yang bikin resah. Kalau kamu mau ikut gabung ghibah sama mereka, ayok aja! Tapi tanggung sendiri resikonya, bisa-bisa nanti giliran kamu yang kena giliran di-ghibahin!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evichii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Para Penjilat

"Gimana idungmu, Lin?" Pak Sarkam menghampiri gue yang baru aja sampe di kantor.

"Membaik pak.. Alhamdulillah.." jawab gue singkat karena gue masih terheran-heran melihat meja kerja gue yang kosong, bersih seperti waktu baru masuk dulu.

"Pak Sarkam liat dokumen-dokumen saya? Terutama yang project Traco kemaren?"

Gue mencari di semua rak dan laci yang terjangkau dengan meja kerja gue, tapi dokumen-dokumen yang udah gue susun dan laporan beserta hasil meeting kemaren ga ada di semua tempat itu.

"Kalo ga salah kemaren si Niken deh yang mampir ke meja kamu tuh...samaa umm, sama Abdan!"

Gue menghela napas. Hari masih terlalu pagi untuk memulai kerja, tapi ga ada salahnya kan kalo gue tanya Niken soal ini?

Gue menghampiri Niken yang sedang mengobrol dengan Okta di pantry, seperti biasanya.

"Ken, liat dokumen gue yang Traco ga?"

Niken dan Okta menghentikan obrolan mereka dan menoleh berbarengan ke arah gue.

"Kenapa lo tanya gue?"

"Kata Pak Sarkam, kemaren lo ke meja gue.."

Niken terdiam sambil melirik ke arah Okta dan mata mereka saling memberi isyarat yang gue ga ngerti maksudnya.

"Coba aja tanya Mbak Silvi.."

Gue mengangguk dan tanpa berbasa-basi lagi gue kembali ke meja kerja gue, memutuskan untuk menanyakan langsung ke Mbak Silvi kalau dia udah dateng.

Gue mengecek email masuk dan terkejut ketika membaca salah satu e-mail dari Mbak Silvi yang ditujukan untuk Pak Andreas.

"...Dengan sangat terpaksa, tim PPIC memutuskan untuk mengalihkan semua kepentingan project Traco pada saudari Iis dan Niken.."

Gue membaca isi e-mail itu dengan lebih teliti lagi, siapa tau gue salah baca kan?

"Sehubungan dengan kurangnya kompetensi dan seringnya yang bersangkutan mangkir dalam tanggung jawabnya, tim kami yang bernama Liniasari akan kami tarik mundur untuk meng-handle project Traco. Dengan berbagai pertimbangan dan dengan sangat terpaksa, tim PPIC memutuskan untuk mengalihkan semua kepentingan project Traco pada saudari Iis dan Niken.."

Badan gue lemes serasa ga ada tenaga membaca e-mail yang dikirim Mbak Silvi kemarin dan ditujukan ke seluruh divisi yang terkait project Traco, termasuk Niken yang ternyata juga masuk ke dalam nama orang yang menerima e-mail tersebut.

Bagaimana bisa Mbak Silvi dengan seenaknya melemparkan project itu ke Niken dan Mbak Iis? Project besar pertama yang Pak Andreas percayakan untuk gue. Project yang udah gue persiapkan dengan matang segala sesuatunya sampai gue rela lembur sampai malam dan harus masuk hari Sabtu dan Minggu.

Dengan geram, gue bangkit dari tempat duduk dan balik ke pantry untuk menemui Niken yang malah ketawa-tawa dengan Okta.

"Ken, gue minta waktu sebentar.." seru gue membuat obrolan seru mereka terhenti lagi.

"Apaan lagi sih? Baru juga masuk, udah ribet banget pagi-pagi!" Niken malah sewot dan mengajak Okta berjalan meninggalkan pantry.

"Ken!" dengan reflek gue menarik bahu Niken agar tubuhnya berbalik menghadap gue. "Gue belom selesai ngomong sama lo!"

"Lepasin gue, ribet!" Niken menghempaskan tangan gue sambil memelintirnya.

Gue balik mendorong tubuh Niken dengan tangan gue yang satunya.

"Nyolot lu ya, emang! Pantes aja banyak yang ga suka sama lo!"

"Lo yang nyolot! Berlagak ga tau kalo project Traco gue, lo tikung! Mana dokumen gue? Balikin!"

Dengan kesal gue berteriak membuat teman-teman yang ada di ruangan PPIC berdatangan ke arah pantry.

"Jangan sembarangan ngomong lo! Gue cuma nurut sama perintah Mbak Silvi, ga kayak lo yang tiba-tiba kabur ga ada kabar sementara di sini lagi hectic dengan urusan project itu!" Niken ga kalah emosi dan balas berteriak ke arah gue.

"Gue ga kabur, Ken.. Lo tau kan gue ijin sakit? Elu sama Mbak Iis yang bikin gue bonyok kayak gini!" gue menunjuk arah jidat gue yang masih kebiruan.

Niken tersenyum licik.

"Baiknya lo tanya Mbak Silvi, kenapa sampe dia bilang ke Pak Andreas kalo lo ga tanggung jawab sama project ini!" Niken ngeleos dan meninggalkan gue yang masih syok dengan masalah ini.

Sementara yang lain bubar jalan menuju meja kerja masing-masing, gue mengambil arah berlawanan dengan mereka. Ga bisa! Gue harus menghadap Pak Andreas dan meluruskan semua kekacauan ini.

Gue berpapasan dengan Mas Abdan yang sepertinya juga akan masuk ke ruangan Pak Andreas. Tapi Mas Abdan sepertinya berlagak pura-pura ga melihat kedatangan gue.

Ga seperti biasanya, Mas Abdan langsung membuang muka dan cuek tanpa menyapa atau berbasa-basi dengan gue.

Gue menarik napas, mencoba menerima kenyataan kalau perasaan Mas Abdan kini ga lagi sama. Semua emang salah gue yang mungkin sudah memberikannya banyak harapan tapi ternyata berakhir dengan mengecewakannya.

Maafin gue, mas... Batin gue dengan perasaan yang sebenernya ga enak, tapi mau gimana lagi.. Sekarang di hati gue udah ada Restu dan gue ga menyesal dengan keputusan ini.

"Pak Andreas ada tamu, sebentar kalian tunggu dulu.." Mbak Mira, sekretaris Pak Andreas tersenyum dan mempersilakan kami menunggu sampai tamu Pak Andreas keluar.

Gue duduk dengan canggung di sofa tapi Mas Abdan malah berbalik menghampiri Mbak Mira. "Kalo gitu saya balik ke meja dulu, mbak.. Tolong kabarin kalo Pak Andreas udah kosong!"

Mbak Mira mengangguk sambil tersenyum. "Ok, Abdan.. Nanti saya kabarin ya.."

Mas Abdan berjalan dan sama sekali ga mempedulikan gue yang masih duduk di sofa.

"Mas Abdan!" gue memanggilnya dengan maksud untuk meminta maaf dan menanyakan soal kondisi Bang Aldi setelah kejadian kemarin.

Tapi di luar dugaan, gue melihat Mas Abdan terus berjalan tanpa sedikit pun menoleh ke arah gue.

Gue menghela napas dan berlari mengejarnya. "Mas Abdan! Gue butuh penjelasan soal project Traco! Lo pasti tau alasannya, kenapa nama gue dicoret?"

Mas Abdan menatap datar ke arah gue. "Lo masih aja egois mempedulikan diri sendiri, tanpa mau tau seberapa sibuknya kita kemaren di sini mempersiapkan project ini. Lo harusnya sadar kenapa lo dieliminasi dari project penting ini!"

"Tapi lo kan tau, kalo gue ijin sakit!" gue protes ga terima dengan jawaban Mas Abdan yang berlagak sok sibuk sendiri mempersiapkan project ini, padahal harusnya dia tau cerita yang sebenarnya. Bahkan kita berdua, eh bertiga dengan Mbak Silvi pergi meeting sama-sama.

"Ga usah cengeng! Dan ga usah ngerasa lo yang paling menderita. Terima aja keputusan dari atasan lo! Mungkin lo emang bukan orang yang tepat untuk project ini!"

Abis bilang gitu, Mas Abdan langsung pergi ninggalin gue. Sumpah! Omongannya tadi bikin gue ilfill!

Gue menghadap lagi ke meja Mbak Mira dan melakukan hal yang sama kayak Mas Abdan. Mungkin sebagai langkah awal, gue harus konfirmasi dulu dengan membalas e-mail dari Mbak Silvi yang secara sepihak udah menyingkirkan gue dari project ini.

Begitu sampai di ruangan PPIC gue liat Mbak Silvi sedang diskusi di meja Mbak Iis. Kebetulan! Gue harus minta penjelasan dari mereka.

"Mbak, saya ga mau mundur dari project Traco!" tegas gue langsung ke intinya.

Mbak Silvi dan Mbak Iis menatap gue sekilas tapi kemudian meneruskan diskusi mereka.

"Mbak!" gue berteriak lagi.

"Kalo kamu kerja cuma mau ribut, mending kamu pulang lagi dan masuk sampe kamu bener-bener udah sehat.."

Perkataan Mbak Silvi barusan membuat Niken dan Okta senyum-senyum kesenengan. Gue melirik ke arah mereka satu per satu dan mereka langsung merubah ekspresi muka mereka jadi pura-pura serius kerja.

"Mbak Iis, lu boleh bertindak licik demi cari muka ke Pak Andreas, tapi gue yang pegang semua data penting dan meeting awal dengan klien! Gue yang udah menghitung kapasitas produksi dan kebutuhan material untuk project ini. Lo ga bisa seenaknya ngerubah data dengan hitungan lo yang belum di-approve sama klien!"

Mbak Iis mengangkat alis dan menggerak-gerakkan bibirnya seolah mengejek dengan cara mengikuti omongan gue.

"Mbak Silvi, besok meeting penentuan dan gue harus hadir di sana!" gue ga mempedulikan sikap menjengkelkan Mbak Iis yang bahkan ga minta maaf soal tindakan yang dilakukannya kemaren terhadap gue.

"Ga usah sok penting, Lini.. Kita masih punya Abdan!" balas Mbak Silvi sebelum mengajak Mbak Iis untuk berpindah ke ruangannya agar ga terganggu dengan gue.

Ya, Tuhan.. Gini amat gue mengemis kerjaan sama orang-orang culas ini!

OK, besok akan gue buktikan sendiri kemampuan gue di depan Pak Andreas dan klien kita nanti. Untung aja data penting tentang bahan dan material khusus yang diminta klien, belum gue share dan print kemarin ke semua tim.

Rencananya gue dan tim procurement mau analisa dulu soal ketahanan material tersebut dengan perubahan cuaca yang diramalkan akan ekstrem beberapa bulan ke depan di wilayah Kalimantan dan Sumatera, tempat lokasi sebenarnya project itu dilaksanakan.

Dan target gue, semua laporan uji dan analisa itu harus gue selesaikan hari ini sebelum besok meeting terakhir kami dengan klien. Abis itu gue akan menghadap Pak Andreas dengan laporan yang udah di-approve oleh divisi Procurement. Liat aja, siapa yang paling jago cari muka di sini!

Meskipun pikiran gue carut marut terbagi antara perkembangan kondisi mama yang akan di operasi hari ini dan soal kerjaan yang tiba-tiba kacau, tapi gue harus tetap fokus.

Gue mengambil hp dan mengirimkan pesan WA ke nomor Restu. Gue butuh mood booster di saat-saat seperti ini.

"Gue butuh semangat, gue butuh lo Restu.. Lo yang kuat jagain mama, biar gue juga kuat ngadepin semuanya.. Kita ketemu malam ini, gue langsung ke Dharmais selesai kerja.."

Ga butuh waktu lama, Restu membalas pesan gue.

"Mama baru masuk ruang operasi, Lin.. Dia sempet titip salam sama calon mantunya yang cantik. Tetap semangat kerjanya, jangan mau kalah sama mama.. Doain mama biar bisa sehat lagi. Gue kuat karena ada mama dan ada Lini.. Nanti Pak Andi jemput aja ya, sayang.."

Gue tersenyum membaca pesan balasan dari Restu. Antara terharu dan seperti ada perasaan aneh yang membuat hati gue berdesir bahagia waktu Restu manggil gue 'sayang'.. Ah! Apakah sesederhana ini merasakan bahagia ketika lagi jatuh cinta sama orang yang tepat?

Seketika semua kekesalan gue sejak pagi ilang gitu aja. Mulai sekarang gue ga akan lagi menggubris semua orang yang jahatin gue di kantor. Hidup gue udah bahagia, ga perlu lagi mencari kebahagiaan dengan mengambil hak bahagia dari orang lain seperti yang udah mereka lakukan sama gue. Karena gue punya Restu, dan mereka enggak!

***

1
Los Dol TV
jos..
gandos
Los Dol TV
Kebahagiaan ternyata mudah ya....
Los Dol TV
sabar
La Rue
wah semakin penasaran jangan² Aldi kerjasama sm Mbak Silvi balas dendam sama Abdan
Los Dol TV
keren
Evichii: Tengkyuuu...
Tungguin kita mau berkunjung ke Rindu Gugat yaaahhh.. :)
total 1 replies
Los Dol TV
kutunggu deh kunjungannya di karyaku Rindu Gugat
Evichii: Otewe baca...
total 1 replies
Los Dol TV
keren mbangets
Los Dol TV
Indah elok asyik
Los Dol TV
aalam untuk restu... Thor
Los Dol TV
Bu Sei nya gimana sih, Thor...
Los Dol TV
makin lama makin keren, aku ikuti dah...
Los Dol TV
Kejutannya aku nemuin karya ini malam, Thor.... semangat ya
Los Dol TV
Judulnya asyik, kebingungan yang membingungkan... keren. Thor
La Rue
Lin,kenapa hidupmu rumit banget
Los Dol TV
good
Evichii: Thank you 🤗 Happy reading..
total 1 replies
Evichii
/Sob//Sob//Sob/
La Rue
Ya ampun kasihannya Lin, kenapa takdir baik belum memihak padamu 😢
Evichii: Lini lagi dapet ujian bertubi-tubi nih.. doain terus Lini ya kak 🙃
Evichii: /Sob/ sabar ya kak.. temenin terus Lini menghadapi ini 🥲
total 2 replies
La Rue
kasihan Lin 😢
La Rue
duh masih diaduk² ni perasaan sm penulis 🫣
mous
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!