Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.
Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !
Sequel ISTRINYA PAK GURU ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu mengingatkanku pada....
"Loe ga mau salim sama calon laki ?!" Galexia menatap tajam dokter di depannya.
"Loe nyebelin bang ! Tau ngga, gue tuh suka sama om dokter barusan !" sengak Gale. Ori mengangkat alisnya sebelah.
"Dr.Faturrahman Al-Lail ?" Oriza tertawa.
"Punya apa loe ? Badan kerdil, otak pas-pasan, kelakuan minus," Ori memutar-mutar melihat sekeliling badan Gale.
"Makasih loh hinaannya, hinaan dari orang ga waras tuh suatu kebangaan buat gue !" jawab Gale jumawa. Dan inilah Galexia, bukannya sakit hati ia justru semakin senang menjadi seseorang yang selalu menjadi pusat perhatian orang. Bukankah dengan menilainya itu artinya ia selalu diperhatikan ?
"Dih sakit nih bocah !"
"Mana mungkin tuh dr.Fatur suka sama loe, kriteria dia terlalu jauh sama loe, bagai langit dan kerak bumi ! Dia tuh terkenal cukup dingin dan cuek sama cewek !"
"Ga apa-apa. Bakalan gue bikin orang dingin jadi meleleh. Kalo dia dingin maka gue lah kehangatan itu !" jumawanya, tapi Ori malah menoyor kepalanya.
"Aduh !" aduh Gale.
"Nyebut neng, nyebut. Kalo mimpi jangan ketinggian, nanti jatoh sakit !"
"Sana balik loe. Kalo kelamaan disini nanti gue cekek juga nih beneran !" pelotot Gale.
"Ya udah, gue pamit. Jam makan siang gue dah abis. Masih banyak pasien !"
"Ya udah, siapa juga yang minta loe lama-lama disini. Merusak pemandangan !!" Gale melipat kedua tangannya di dada. Tanpa menunggu Ori pergi, Gale sudah berbalik. Sebelum kembali ke ruang oma Lia, Gale memutuskan untuk menyambangi ruangan dokter Fatur. Gadis itu setengah berlari.
Ori melihat kepergian Galexia. "Gue cuma ga mau loe sakit hati, Le..kalo nanti loe ditolak."
Melihat dr. Fatur masuk ke ruangannya tanpa pasien yang mengantri membuat Gale berinisiatif masuk setelah sebelumnya membeli secangkir kopi susu untuknya.
Tok..tok..tok...
"Masuk !"
"Siang om dokter !" serunya memasang senyum lebar 5 jari. Fatur mendongak
"Ngapain kamu masuk ke ruangan saya ? Kamu sakit ?" tanya Fatur.
"Katanya tadi disuruh masuk, Cieee ! Perhatiannya calon jodoh !" kikik Gale.
"Aku ga sakit ko om, makasih loh perhatiannya !" jawab Gale dengan pedenya, ia masuk dan menyimpan secangkir kopi susu yang masih hangat di meja Fatur.
"Buat om, biar meriksa pasiennya ga ngantuk ! Kan penyakitnya orang Indonesia gitu kan, kalo udah makan siang suka ngantuk !" Gale duduk di kursi di depan Fatur. Tapi tak ada respon berlebih dari Fatur, selain wajah datarnya.
"Saya belum makan," jawabnya datar.
"Oh, kenapa om. Kan jam makan siang ampir abis. Aku beliin ya !" Gale berlari keluar tanpa menghiraukan larangan dari Fatur. Hanya berselang 15 menit ia kembali dengan membawa bento dari resto jepang yang ada di cafe RS.
Dengan berlari ia kembali masuk ke dalam ruangan Fatur.
"Nih, om. Om kan dokter, harusnya tau kalo telat makan bisa sakit om. Kalo sakit nanti pasien om siapa yang periksa, masa dokternya ikut sakit. Kadang suka aneh deh, dokter tuh pinter banget nasehatin orang, tapi banyak dokter yang penyakitan juga !" gidikkan bahu acuh dari Gale yang nyeroscos sambil membuka bungkusan bento.
"Kamu kalo ngomong bisa ngga pake koma ? Biarin lawan bicara kamu ngomong dulu !"
"Oh, om dokter mau ngomong ? Ngomong apa ? I love you, wo ai ni ya ?!" tawa Gale renyah, Fatur menggelengkan kepalanya.
"Saya sudah punya janji makan siang dengan seseorang, paham !"
"Kalo gitu dimakan aja dulu, sambil nunggu. Daripada di dalem sana perutnya tawuran minta diisi. Nanti kalo orangnya udah ada, ikut makan lagi !" jawab Gale.
"Engga makasih," tolaknya.
"Apa mau aku suapin ?!" goda Gale. Fatur benar-benar sudah menghembuskan nafasnya kasar, semakin ditolak semakin memaksa. Terpaksa ia membuka mulutnya agar Gale cepat pergi.
"Tapi setelah ini kamu pergi dari ruangan saya ?!"
Gale terlihat berfikir, "emm, oke !"
"Dr.Faturrahman Al-Lail, hmm...bagus namanya. Cocok ! Laki-laki pemenang, sedingin malam !" Gale membaca nama di sebuah piagam yang terpasang di dinding ruangannya.
"So tau !" decih Fatur, Gale menyendok nasi dan lauknya lalu dilahap Fatur.
"Anggap saja ini ucapan terimakasih saya buat om dokter atas pertolongannya semalam."
"Ya sudah, kamu pergi !" pinta Fatur.
Gale mengangguk, "jangan lupa dimakan om. Kasian, nanti nasinya nangis !" kekeh Gale.
"Dadah om !" Gale keluar dari ruangan Fatur. Ia akan datang setiap hari ke ruangan Fatur mulai sekarang, gadis itu mengangguk.
"Langkah awal Le !" gumamnya.
Fatur gelisah, ia menelfon Seli kekasihnya.
"Hallo, Sel..dimana ? Jadi kan makan siang ?"
"Hallo, aduh maaf sayang. Tadi aku buru-buru, ini lagi makan siang sama temen. Dan lupa ngabarin kamu, kamu udah makan siang kan ?"
Fatur mengepalkan tangannya, kesabarannya sudah berada di ambang batas.
"Ya udah ya sayang. Love you !" Seli mematikan ponselnya sepihak.
...****************...
"Ori sudah pulang, ka ?" tanya Shania.
"Udah mii, momy kapan pulang ?" tanya Gale.
"Nanti setelah opa datang. Kamu kalo mau pulang duluan sama ayah sama Andro aja," Gale menggeleng.
"Kaka pulang sama momy aja, masih kangen sama oma !" jawabnya cepat, tak mau ia berada di satu mobil lagi dengan kedua kutub tanpa momynya saat ini. Padahal biasanya ia sangat senang jika harus mengekori ayahnya.
"Ya udah Sha, mas duluan kalo gitu."
"Iya mas, hati-hati." Shania meraih tangan Arka dan mengecupnya lalu beralih mengecup kening anak bungsunya.
"Bun, Arka pulang dulu,"
"Mii, Andro pulang."
"Iya sayang. Di rumah ada nenek sama bibi, abis ini makan !" pesannya diangguki anak bungsunya yang sudah beranjak remaja.
"Gue balik calon manten," bisik Andro tertawa pada Gale.
"Cih," ia memukul lengan sang adik.
"Mii, ga bisa apa batalin perjodohan kaka sama bang Ori ?!" rengek Gale pada Shania.
"Apa ?! Arka jodohin Gale sama Ori ?" tanya oma Lia diangguki Gale.
"Iya bun, tapi nanti setelah Gale lulus." Jawab Shania ia langsung melayangkan tatapan tajam pada anaknya, jangan sampai bundanya harus tau apa alasan perjodohan ini.
"Kamu udah makan siang ?" tanya Shania pada Gale, gadis itu menggeleng.
"Tadi ga sempet. Soalnya ayah cuma ngomong bentar sama bang Ori sama om Dimas,"
"Ya udah momy beli dulu makan,"
"Biar kaka aja mii, momy mau beli apa. Tadi ada makanan jepang, ada warteg juga atau apa ?" tanya Gale.
"Bento aja, pake beef teriyaki." Shania menyerahkan uangnya pada Gale.
"Oke, kaka beli dulu !" ia menyimpan tasnya.
Baru ia keluar dan berjalan. Di salah satu koridor, ia melihat Fatur dan Seli tengah berdebat, bukan di depan ruangan Fatur, tapi di depan ruangan bertuliskan Dr. Seli Pragistya, Sp.OG
"Itu kan...sama siapa ?" gumamnya.
Galexia menggelengkan kepalanya mengusir pikiran jahat, dan mencoba tak menghiraukan.
Sekembalinya dari cafe rumah sakit, ia melihat Fatur tengah duduk di kursi depan ruangan miliknya dengan wajah lelah.
Gadis ini tiba-tiba duduk di samping Fatur.
"Inhale...exhale, om dokter !" ucapnya.
"Tau ngga kalo lagi cape sama semuanya aku sukanya ngelusin bulu snowy, kelinci aku. Itu tuh bikin tenang om," Fatur menoleh, saat ini ia benar-benar tak ingin diganggu, apalagi oleh Galexia.
"Bisa tolong pergi dari sini ?! Saya tak mau diganggu !" ujarnya dingin.
Tapi bukannya pergi, Gale malah menaruh keresek makanan di bangku dan memutar lagu di ponselnya lalu memasang headset di kuping Fatur tanpa ijin, Fatur yang sempat kesal ditahan gadis itu.
"Sebentar aja om ! Please !!!" pintanya, ia menarik Fatur untuk berdiri.
Mengajaknya menari sesuai irama musik yang di putar. Bukan musik beat tapi klasik yang menenangkan jiwa, cukup menyadarkan Fatur untuk tak larut dalam kekesalan dan segera sadar, jika ia masih memiliki tanggung jawab. Gale bergerak sesuai irama padahal ia tak ikut mendengarkan lagu, yup ! Gadis itu sudah hafal dengan irama lagu yang diputar, saking seringnya ia mendengarkan.
Fatur memperhatikan wajah menggemaskan, cantik dan manis gadis ini. Entah kenapa ia merasa tak asing dengan wajah Gale. Melihat wajah Gale secara intens begini, mengingatkannya pada bocah 4,5 tahun yang selalu meminta diantar untuk melihat kambing, di Pondok. Bocah imut nan gemoy penyemangat dan pemberi keceriaan. Ahh...ia rindu Galexia Adhara Mahesa, anak pemilik Pondok tempat penyelamat hidupnya. Tapi perasaan rindu itu seakan terkungkung karena statusnya. Tak mungkin ia lancang merindukan anak seorang Arkala Mahesa. Lagipun ia tak tau bocah itu sekarang dimana. Ia tak pernah tau alamat rumah Arka, ditambah kesibukannya mengejar dunia, membuatnya susah mengatur waktu. Sejak Gale mulai masuk TK, gadis kecil itu sudah jarang dan hampir tak pernah mendatangi Pondok lagi.
Fatur selalu berprestasi, sehingga ia menerima beasiswa untuk bersekolah dan kuliah di fakultas ternama di luar kota. Ia kembali ke Jakarta untuk menemui ibu dan adik perempuannya yang dulu ia tinggalkan demi ikut bersama Arka, hanya sesekali ia pulang dan memberikan uang hasilnya bekerja di Pondok. Setelah menyabet gelar dokternya, setiap sebulan sekali ia selalu menyambangi Pondok, untuk sekedar membantu semampunya baik itu materi maupun imateriil. Tapi sayang, ia tak pernah bertemu lagi dengan si bocah gemoy pemberi keceriaannya, hanya dengan Arka saja ia beberapa kali bertemu.
"Kamu dimana sekarang Gale, udah segede apa ? Pasti tetep heboh !" benaknya.
Musik berhenti di menit ke 10, Gale berhenti dan melepaskan headset.
"Jangan pernah mau dipecundangi wanita ataupun dunia om, karena sejatinya lelaki itu seorang petarung tangguh. Kalo om kalah, mendingan pake rok aja !" kalimat terakhir Gale tertawa.
"Momy aku udah nungguin, pasti nanti dia ngamuk karena makanannya ga dateng-dateng Ngamuknya serem om, Padepokan silat aja bisa porak poranda kalo momy ngamuk ! Aku pamit ya om," Gale meraih makanannya dan pergi meninggalkan Fatur.
.
.
.
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃
hehe pisss