Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.
•
Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.
•
Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.
•
•
•
Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Melihat siapa yang turun, Rex mau tidak mau ikut turun. Dia mungkin hanya melihat sekilas, tapi pria dengan setelan smart casual itu, jelas adalah Rafael. Kakaknya Soraya, yang sudah dia dengar semua prestasinya dari Ros.
Sementara itu, berbeda dengan suasana hati Rex, yang sudah penuh hormat mengingat pria itu lebih tua darinya. Rafael tidak dalam suasana hati yang baik ketika melihat Rex, apalagi setelah mendengar pria itu mencoba memanggil adiknya dengan cantik.
Rafael mungkin belum bertatap muka secara langsung dengan Rex sebelumnya, tapi dia sudah mengenali pria muda itu sejak lama. Ya, dia tidak akan melupakan wallpaper ponsel Soraya sebelumnya.
“Selamat malam Kak.” Salam Rex membuka percakapan.
Rafael yang mendengar ini, memalingkan wajah dengan lengosan. Menggulung ujung kemejanya, dia hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tapi Rex tidak tersinggung dengan cara Rafael, dia malah mencoba melihat ke mobil, mencari keberadaan Soraya.
“Tidak ada. Dia tidak ada disitu.”
Mendengar ini, Rex mengangguk kecil dengan senyuman. “Ya, aku sudah dengar dari Gamma. Katanya Soraya akan keluar dari rumah, apabila suasana hatinya buruk. Aku menduga, dia belum dijemput kan.”
Mendengar ini, alis Rafael menukik. Dia tidak paham dengan ucapan Rex. Tapi tahu, bahwa orang muda itu sudah bertemu neneknya di dalam.
Sementara Rex, melihat tidak adanya Soraya di dalam, menduga Soraya ada di tempat Melati. Dia tiba-tiba memiliki ide, meski memerlukan persetujuan Rafael.
“Oh, aku belum memperkenalkan diri.” Rex secara alami menyodorkan tangannya, “... Aku Rex, teman sekolah si cantik. Maaf, aku biasanya memanggil Soraya dengan cantik.”
Rafael masih tidak mengatakan apapun, tapi tetap memberikan tangannya untuk jabat tangan itu. Walaupun ada pikiran tidak pantas ketika salaman itu; seperti, haruskah ku patahkan tangan ini? Pikir Rafael. Dan beruntungnya, itu hanya sampai pada pemikirannya.
“Karena Soraya belum ada, bagaimana kalau aku bantu jemput dia dari rumah Melati. Kalau Kak Rafael tidak keberatan tentunya.”
“Apa?” Rafael akhirnya mengeluarkan sepatah kata secara paksa. Dia masih terkejut, tentang betapa lancarnya Rex berbicara dan bahkan memanggil namanya. Dia yakin benar, dia belum memperkenalkan dirinya. Jadi darimana Rex tahu namanya, pikir Rafael yang langsung dia tanyakan.
Tidak cukup keterkejutan Rafael, itu ditambahkan dengan fakta bahwa anak muda didepannya, mengenal dia dari sang Nenek, alih-alih Soraya sendiri. Dia bahkan semakin tidak habis pikir, mendengar Rex yang sudah disini sebelum hujan untuk menunggu Soraya.
Sungguh mengesankan jika dilihat dari permukaan. Tapi Rafael yang merasa diri sudah mendengar cerita Soraya mengenai pria muda di depannya ini, selaku mantan kekasih yang bejat, tidak memiliki toleransi sama sekali.
Apa itu menjemput adiknya? Adalah gila, jika dia membiarkan sang playboy muda ini melakukan keinginannya, pikir Rafael.
Jadi Rex yang tadinya berharap untuk bisa bertemu Soraya, berganti harapan agar tidak dipukuli, manakala dirasanya tangan Rafael memperketat kaos bagian lehernya.
“Dengar anak muda. Aku tahu apa yang kau lakukan pada adikku. Bahkan jika dia sudah memaafkanmu, tapi aku tidak. Jadi jangan berpikir untuk dekat dengannya lagi. Kau paham?”
“Eh tunggu tunggu, tu-tunggu, …” Tahan Rex pada cengkraman tangan Rafael.
Terlalu fokus pada berita perpindahan Soraya, Rex sampai lupa pada alasan kedatangannya, yakni memperjelas rumor yang beredar aneh itu.
Rafael pun setengah membuang Rex, ketika melepas cengkraman itu. Membuat Rex, hampir jatuh karena ketidakseimbangan.
Menarik nafas dalam-dalam, Rex akhirnya memberanikan diri menatap Rafael. Memang dia lebih muda secara usia, tapi sebagai sesama pria, dan bahkan sebagai korban, dia merasa siap jika ini akan berakhir kacau.
“Maaf, aku tidak yakin apa yang Soraya katakan kepadamu. Tapi aku menduga, si cantik hanya iseng dan bermain-main, jika yang kau maksud adalah rumor yang juga didengar oleh sepupuku Taira. Kami tidak pernah berpacaran, dan hanya sebatas teman. Mungkin adikmu menyukaiku, tapi aku tidak. Aku hanya senang berteman dengannya. Dia baik dan lucu, kadang kami dekat meski tidak sekelas.”
Adalah penjelasan benar dan neto, dari Rex. Itu semua tidak lebih dan tidak kurang, sesuai dengan kenyataan. Namun entah kenapa, dia menyesali perkataannya yang teramat cepat itu. Seperti ada sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan, tapi dia tidak mengerti yang mana.
Namun Rafael yang mendengar ini, jelas tersinggung. Dia merasa Rex berbohong, dan mencoba membalikkan tuduhan pada Soraya. Membuat cengkraman tangannya kembali menyapu area leher kaos Rex.
Jika ini tadi, Rex pasti akan takut. Tapi seperti pemikirannya, jika ini memang akan menjadi masalah antar pria, maka dia tidak akan lari.
Sementara Rafael yang melihat keteguhan dimata Rex, dengan cepat mengenali kebenaran.
Cengkramannya melemah secara perlahan. Kini ingatannya mengulang perkataan Soraya sewaktu di Rumah sakit. Memang terdengar menyedihkan kala itu. Namun mengingat kembali temperamen Soraya yang sangat semena-mena, Rafael jadi takut kalau dia ditipu oleh adiknya sendiri.
Tapi bahkan jika Soraya berbohong tentang itu, tapi kenapa? Pikir Rafael, yang kini tangannya telah lepas seluruh dari Rex.
Rex yang melihat keterdiaman Rafael, semakin tidak enak dibuat. “Tapi apapun itu, mari lupakan. Aku yakin cantik bermain-main saja. Aku tidak keberatan dengan apapun yang dia katakan, selama aku tidak dipukuli tentu saja.” Ujar Rex dengan sedikit senyuman. Dia tidak mengerti, kenapa dia berusaha keras untuk menenangkan Rafael sekarang.
Tapi Rafael dengan tangan yang berpindah ke pinggang, menatap bawah dengan serius. Tapi karena tidak menemukan jawaban dan juga terlanjur malu kepada Rex, dia hendak masuk.
“Dengar, aku akan mengurus ini dengan adikku, karena dia mungkin bersalah. Tapi untuk menghindari ini di masa depan, menjauhlah darinya. Jangan berteman dengannya, padahal kau tahu dia menyukaimu. Seburuk-buruknya adikku, kau adalah pengecut, jika menggantung harapan padanya. Mengerti!”
Sosok saudara seperti inilah Rafael. Jika dalam ramalan dia rela mati untuk Soraya, apalagi dalam masalah seperti ini. Dia tetap ada di pihak adiknya, tidak peduli apa alasannya.
Ya, Rafael telah mengambil keputusan. Dia akan berhenti mempertanyakan alasan dibalik lipatan kebohongan adiknya. Dia akan membiarkan semuanya itu, selama tidak mengganggu hubungan mereka yang belum lama membaik.
Sementara Rex, dia terkejut dengan reaksi keras Rafael. Dia terkejut, bagaimana situasi berbalik padanya dengan cepat. Dia bahkan mempertanyakan dirinya sendiri sekarang, benarkah dia tipe pengecut?
Tapi apapun itu, akan dia pikirkan nanti. Saat ini fokusnya adalah izin bertemu Soraya. Dia masih takut, memikirkan dia tidak akan bisa melihat gadis itu jika berangkat.
Jadi dengan rela, dia membuang malu untuk meminta izin bertemu Soraya. Dia ingin menjemput Soraya dari tempat Melati, atau mungkin ikut menjemput bersama Rafael.
“Aku hanya ingin bertemu cantik, kepindahannya ini terlalu mendadak.” Jelas Rex, yang membuat Rafael mengernyit.
“Kepindahan? Kepindahan apa?”