Dikehidupan lalu dia membuat kesalahan yang berujung penyesalan. Kesempatan kedua didapatkan, dia kembali ke masa lalu untuk mengubah kisahnya yang tragis menjadi manis. Dia kembali dengan menyamar menjadi seorang peramal, untuk mendekati sang pujaan hati. Dapatkah Andrew mengubah kisah percintaannya yang berakhir tragis menjadi sebuah kisah cinta yang berakhir manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Terakhir
Amy pergi ke ruko untuk mencari keberadaan Andrew. Sudah beberapa hari tidak melihatnya, membuatnya sangat merindukan Andrew. Dia juga penasaran bagaimana dengan keadaan Andrew saat ini.
Amy sangat berharap Andrew tidak menghindari dirinya seperti yang sudah-sudah. Mungkin dia telah membuat sebuah kesalahan yang membuat Andrew kesal. Jika memang demikian maka dia akan meminta maaf pada Andrew dan akan memperbaiki kesalahan itu.
Seperti biasa, Amy selalu datang setelah pulang dari kantor. Dia berlari dengan cepat untuk menuju ruko. Lampu yang menyala membuat Amy bersemangat karena itu berarti Andrew berada di sana.
Lari Amy semakin cepat. Hari ini dia harus dapat bertemu dengan Andrew. Dia ingin tahu kenapa Andrew menghindarinya beberapa hari belakangan. Dia harap Andrew memberikan jawaban yang memuaskan.
“Andrew!” Amy berteriak memanggil padahal dia masih cukup jauh dari ruko. Seolah-olah tahu jika dia akan datang, Andrew keluar dari dalam dan menunggunya di depan pintu. Melihat keberadaannya membuat Amy berlari semakin cepat.
Perasaan rindunya pada pria itu sudah tak bisa dia tahan. Begitu jarak mereka berdua sudah dekat, Amy melompat ke dalam pelukan Andrew. Amy memeluknya dengan erat, dia seperti takut akan kehilangan Andrew.
“Kau benar-benar pria jahat. Apa salahku sehingga kau tidak mau menemui aku?”
“Siapa yang bilang aku tidak mau menemuimu, Amy?”
“Kau memang tidak mau menemui aku. Sebenarnya apa kesalahan yang telah aku lakukan sehingga kau tidak mau menemui aku lagi?”
“Jangan berbicara seperti itu, kau tidak memiliki kesalahan apa pun. Aku tidak bisa menemuimu lagi karena peranku sudah berakhir, Amy?”
“Kau selalu mengucapkan perkataan yang tidak aku mengerti sama sekali, Andrew. Peran apa yang kau maksudkan, apa kau tidak bisa menjelaskannya padaku?”
“Baiklah, ayo masuk ke dalam!” Andrew membawanya masuk, dia sudah tahu Amy akan datang untuk menemui dirinya dan hari ini dia akan memberi tahu Amy jika mereka sudah tidak bisa bertemu lagi tapi dia tidak bisa menjelaskan yang lainnya.
Ini mungkin akan menjadi pertemuan terakhir mereka karena dia tidak boleh berada di antara hubungan Amy dan Lucas. Dia tidak boleh membuat Amy bingung sehingga membuatnya sulit untuk memilih antara dirinya dan Lucas.
Andrew memintanya untuk menunggu karena dia akan membuatkan minuman untuk Amy. Rasanya kembali seperti dulu, di mana dia belum bertemu dengan Lucas. Amy menyadarinya, Andrew mulai menjauhi dirinya setelah dia bertemu dengan Lucas.
Ucapan pria itu mengenai Lucas yang adalah jodohnya, dia belum bisa mempercayai itu. Meski hubungannya dengan Lucas tanpa dia sadari tidak seperti hubungan pada umumnya namun dia masih belum percaya jika pemuda itu adalah jodohnya.
“Minumlah, kemungkinan besar ini akan menjadi minuman terakhir yang aku buatkan untuk dirimu,” Andrew meletakkan gelas minuman ke atas meja.
“Apa maksudnya akan menjadi terakhir kali? Apa kau benar-benar tidak mau bertemu dengan aku lagi, Andrew?” Amy memandangi pemuda itu dengan ekspresi sedih.
Dia tidak mau berpisah dengan Andrew, benar-benar tidak mau. Pria itulah yang memberikan kekuatan pada dirinya. Pria itu pula yang telah mengubah dirinya. Meski sampai sekarang dia masih ragu dengan profesi Andrew namun baginya Andrew sangatlah berarti.
“Sudah aku katakan, peranku sudah berakhir. Mau tidak mau, kau harus menerimanya dan setelah ini kita berdua tidak akan bertemu lagi.”
“Tidak!” Amy berteriak seraya beranjak dari tempat duduk, “Kenapa, Andrew? Apa karena aku dekat dengan Lucas sehingga membuat dirimu marah? Apa kau tidak mau bertemu denganku lagi karena keberadaan dirinya?”
“Bukan seperti itu, Amy. Sejak awal aku sudah mengatakan jika dia adalah jodohmu. Aku datang untuk mengubah penampilanmu dan kau lihat? Kau sudah berubah total, itu berarti peranku sudah selesai.”
“Tidak. Aku tidak mau berpisah denganmu apa pun alasannya!” Amy menghampiri Andrew lalu memeluknya, “Kenapa, kenapa harus berakhir seperti ini? kenapa kau harus pergi meninggalkan aku?” Amy tak kuasa menahan kesedihan hatinya. Air mata mengalir dengan deras, dia tidak mau berpisah dengan pria itu.
“Maaf,” Andrew pun memeluknya dengan perasaan campur aduk. Bagaimanapun Amy adalah wanita yang dia cintai namun tak bisa dia miliki akibat kelalaian dan kebodohannya.
Dia tak boleh lupa dengan tujuannya dan tak boleh mengacaukan semuanya. Dapat bersama dengan Amy di kehidupan ini sudah cukup memuaskan bagi dirinya walaupun mereka harus berpisah karena dia memang harus pergi.
“Aku tidak mau berpisah denganmu, Andrew. Siapa pun dirimu. Tolong jangan tinggalkan aku!” pinta Amy dengan air mata yang mengalir tiada henti.
“Maaf, Amy. Aku tidak bisa tinggal, ini akan menjadi pertemuan terakhir kita. Kau harus melupakan aku dan mulailah menjalani kehidupanmu yang baru bersama dengan Lucas. Percayalah padaku, dia tidak akan mengecewakan dirimu seperti aku mengecewakan dirimu!”
“Apa sebenarnya yang kau maksudkan?” Amy mengangkat wajah, memandangi dirinya dengan air mata berlinang.
“Suatu saat nanti, kau akan mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Jangan datang ke sini lagi karena tempat ini hanya sebuah tempat yang terbengkalai. Mulai sekarang, kau tidak akan bertemu denganku lagi.”
“Jika begitu aku tidak akan melepaskan dirimu!” Amy mengencangkan pelukannya, dia tidak akan pernah membiarkan Andrew pergi.
“Aku tidak akan lepaskan dirimu, Andrew. Tidak akan pernah!” hatinya begitu sakit, bahkan lebih sakit dibandingkan ditolak oleh para pria yang dia sukai selama ini.
“Maaf, Amy. Aku benar-benar minta maaf padamu tapi ingatlah dengan perkataanmu ini jika aku begitu mencintai dirimu!”
“Jika kau memang begitu mencintai aku, lalu kenapa kau mau meninggalkan aku? Apa kau sedang mempermainkan aku, Andrew?”
“Tidak. Aku tidak bisa menjelaskan. Waktu yang aku miliki pun tidak banyak dan sudah waktunya untukku pergi.”
“Tidak… tidak… tidak!” demi apa pun, dia tidak akan membiarkan Andrew pergi.
Dia tidak akan pernah melepaskan pelukannya tapi entah kenapa tiba-tiba dia merasa kesadarannya mulai menghilang. Andrew terpaksa menyuntikkan obat bius ke tubuh Amy. Dia harus melakukan hal itu supaya Amy tidak menghentikan langkahnya untuk pergi. Memang menyakitkan tapi itu demi kebaikan mereka juga demi kebahagiaan mereka di kemudian hari.
Andrew menahan diri, dia harus bisa menerima perpisahan mereka meski sesungguhnya dia sangat enggan untuk pergi karena berada di masa itu saja dia bisa bersama dengan Amy.
mau jelek tp ada duit bisa jdi cakep kok