NovelToon NovelToon
KAU TELAH MENODAIKU

KAU TELAH MENODAIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:28.6k
Nilai: 5
Nama Author: Agus irawan

Kesucianku direnggut oleh pria tak dikenal, pada malam itu aku terjebak hujan sepulang kerja. Seingat ku, aku di ajak oleh seorang yang mengatas namakan perusahaan untuk mengantarkan ku pulang.

Tapi, aku berakhir di sebuah kamar yang asing bagiku.

"Ya inilah tempatku disekap hingga hari ini, entah bagaimana aku bisa meloloskan diri dari cengkraman Pria ini. Sialnya dia sangat berkuasa hingga membuatku tak berdaya melawannya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERCIPTANYA PERASAAN ANEH

Reynaldi bergegas meninggalkan ruangan itu, dia menunda kerjasamanya hingga kemarahan Jeffir mereda dan dia juga ingin tahu perihal hubungannya dengan bos dari JEFF GROUP itu.

"Sebenarnya apa hubungan Bos besar Jef group dengan Rem? (Rena Maria sapaan akrab)" sambil memijat dahinya menatap pemandangan kota dari dalam mobil yang berjalan pelan membelah jalanan kota petang itu. Reynaldi tidak bisa tidak tinggal diam, ketika diperlakukan semena-mena oleh pria yang mengaku-ngaku bahwa Reina milik pria itu, pasalnya dia juga merasa memiliki perempuan itu terlebih lagi dia sangat akrab dengan Rena.

Tiba-tiba ingat sesuatu, "Ah, sial... Seharusnya aku menghubungi Rena, kami harusnya bertemu karena rasa rindu kemarin belum tuntas," gumamnya pelan tidak terdengar oleh siapapun, dia menoleh menatap pada Idris sang asisten, pria tua yang duduk di sebelahnya sementara di depan adalah pria yang mengemudikan mobilnya si sopir pribadi.

"Ada apa Tuan, apa kau butuh sesuatu?" Idris menatap heran pada Reynaldi yang seolah sedang bingung.

"Tidak, tidak... lupakan," Reynaldi menggeleng kepalanya, tadinya dia ingin meminta Idris untuk ikut dengannya menemaninya melakukan pertemuan dengan Reina.

Idris semakin dibuat bingung oleh tuan mudanya dengan tingkah anehnya ini benar-benar bukan sikap Reynaldi, "Ah baiklah kalau begitu," dia tidak ingin tahu mengenai apa yang sedang dipikirkan oleh tuannya.

"Apa kita akan langsung kembali ke kantor?" tanya Idris dengan tiba-tiba.

Reynaldi tidak menjawab, namun dia malah meminta sopir menghentikan mobilnya ketika melewati sebuah mall dia teringat sesuatu. "Berhenti di sini Pak, bisakah masuk Mall itu?" pintanya pada pria yang sedang memutar setir mobil.

"Baik Tuan," sopir itu segera berbelok memasuki mall yang dituju.

Setelah berada di dalam kawasan mall Reynaldi meminta sopir itu meninggalkannya, dia meminta Idris segera pergi ke kantornya. "Saya akan mencari sesuatu lebih dulu, kalian lebih baik pergi ke kantor,"

"Tapi Tuan..."

"Jangan membantah, ikuti saja perintahku!" Reynaldi menegaskan ucapannya yang tidak ingin dibantah.

"Oh, baiklah!" Idris tidak berani menatap wajah Reynaldi yang terkesan datar ketika ia seolah ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh bosnya.

Sementara di pihak lain di sebuah penthouse megah Reina sedang sangat bahagia mendapat pesan dari teman lamanya, dan ingin bertemu dengannya di tempat kemarin mereka bertemu, tapi kali ini Reina harus benar-benar pergi secara diam-diam karena Cristian tidak mungkin menemaninya lantaran dari tadi pagi asisten pribadi suaminya itu tidak kelihatan batang hidungnya.

Hari mulai berganti menjadi sore dan sore mulai berganti dengan malam, tepat jam tujuh malam itu Reina berhasil keluar rumah dia luput dari pengawasan penjaga rumah yang sangat ketat, bahkan diam-diam Reina pergi lewat jendela mengulur baju yang di ikat menjadi untaian hingga ke lantai paling bawah.

"Yes... berhasil," dia tersenyum gembira dan berbangga diri atas keberaniannya. Dia tidak peduli lagi pada hukuman apa yang akan diberikan padanya oleh pria iblis itu jika sampai ketahuan, yang jelas pikirannya saat ini ingin bertemu teman lamanya, teman yang paling mengesankan dalam hidupnya.

Malam ini Reina berniat menyambangi tempat-tempat yang pernah dia sambangi ketika masih sekolah bersama Reynaldi Hutama, dia merasa merindukan tempat-tempat itu tempat penuh dengan kenangan manis. Namun, sebelum berangkat ke tempat itu Reina diberikan tawaran makan malam terlebih dulu sebelum akhirnya bernostalgia dengan tempat-tempat yang sarat akan kenangan lalu.

Setelah sampai di restoran yang tertera di alamat yang Reynaldi Hutama berikan, Reina mendapati bahwa itu restoran mewah yang kemarin dia bertemu dengan pria itu, teman lamanya. Tidak sengaja melihat pantulan dirinya dari balik kaca pintu restoran mewah, perempuan itu memandangi apa yang ia pakai, hanya mini dress pendek selutut sebenarnya pakai itu membuatnya risih, tapi dia terus menggunakan itu karena permintaan Jeffir yang terus memintanya berpakaian seksi. Mengingat pria itu membuat Reina kesal, dia segera melangkah tidak mau moodnya buruk hanya karena mengingat pria itu.

Reina dengan sedikit ragu memasuki restoran itu, dan menyebutkan nama Reynaldi Hutama. Dengan itu seorang waiters berpakaian rapi menggunakan kemeja datang menghampirinya lalu mengantarnya ke sebuah ruangan VIP, Reina mendapati Reynaldi yang sudah menunggunya duduk dimeja yang hanya ada satu-satunya yang terdapat di tengah-tengah ruangan itu.

"Kau sudah datang," Reynaldi segera berdiri dan tersenyum begitu melihat Reina memasuki ruangan yang sudah ia pesan, dia mengenakan stelan jasa yang terlihat mahal dan sangat pas di tubuh tingginya menambah kadar ketampanannya.

Reina mendekat dan kemudian Reynaldi seperti gentleman mempersilakan sebuah kursi untuk Reina duduki, "Terima kasih," Reina tersenyum, walaupun Reina merasa hal seperti itu hanya pantas dilakukan pada seorang kekasih, "Kenapa kau memesan tempat di restoran semewah ini, kemarin bukannya kita bertemu di restoran ini? Kau membuat pakaianku terlihat buruk," Reina cemberut berpura-pura marah pada Reynaldi.

Reynaldi tertawa begitu melihat ekspresi menggemaskan Reina, "Sudah lama kita tidak makan bersama, apa salahnya sesekali mentraktirmu di tempat seperti ini. Lagi pula aku khawatir padamu apalagi tubuhmu sekarang sekurus tiang lampu taman," goda Reynaldi iseng.

Wajah Reina seolah tidak percaya, "Apa? Kita baru saja bertemu setelah sekian lama dan kau dengan enaknya mengataiku seperti tiang lampu taman?" Reina berdecih, "Teman macam apa kau?" Reina memelototkam mata hitam besarnya hingga mata itu semakin bulat dan terlihat sangat menggemaskan.

"Oke ampun-ampun aku tidak ingin kau mengeluarkan mata indahmu di atas piringku, " setelah Reynaldi menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya seolah meminta maaf karena terancam akhirnya tawa keduanya pecah, mereka terbahak-bahak dengan lelucon yang mereka buat sendiri.

Reynaldi Hutama memesan makanan yang terlalu banyak kalau hanya untuk ukuran porsi makan dua orang, bahkan meja itu penuh dengan makanan-makanan lezat. Sebelum makan bahkan Reina mengomel pada Reynaldi untuk menyuruhnya berhenti menghambur-hamburkan uang dengan hal berlebihan, namun pada akhirnya keduanya makan dengan tenang dan lahap sambil sesekali diselingi dengan obrolan nostalgia mereka di masa lalu.

Sesekali Reina akan tertawa mengingat kejadian-kejadian lucu, atau mendengarkan lelucon yang dilontarkan Reynaldi dan kemudian sesekali Reina akan cemberut ketika di ingatkan dengan kejadian-kejadian menyebalkan, tentu saja Reynaldi sangat menikmati ekspresi-ekspresi yang dikeluarkan wajah Reina.

Setelah selesai makan mereka tidak langsung pulang, tapi Reina di ajak berkeliling mall tanpa ia ketahui ternyata mall itu adalah milik HUTAMA CORP milik keluarga Reynaldi sendiri.

Reina di bawa ke kantor management, dan di ajak masuk ke sebuah ruangan pengelola mall tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat nama Reynaldi tepat berada di pintu ruangan.

Sedangkan Reynaldi yang berjalan di depannya menoleh kembali ke arah belakang, melihat Reyna berhenti dengan tiba-tiba. "Rem, kenapa berhenti 'ada apa denganmu?" tanyanya heran.

"Rey kau berbohong padaku?" Reina mencecar Reynaldi dengan beberapa pertanyaan.

Reynaldi mengerutkan kedua alisnya, "Maksud kau?"

Tentu saja Reina merasa kesal, karena dulu Reynaldi pernah cerita padanya kalau dia bukanlah dari keluarga berada, semua itu dia lakukan agar bisa berteman baik dengan gadis itu.

"Kamu bohong! Bukankah dahulu kau pernah cerita kalau kau bukan Orang kaya, tapi sekarang kenapa kau memiliki mall ini?"

"Ah, itu ya... masuklah biar ku ceritakan," Reynaldi meminta Reina untuk masuk dalam ruangannya, kemudian menceritakan semua tentangnya saat pertama bertemu dengan Reina, dan dengan sengaja merahasiakan identitasnya agar bisa berteman dengan Reina.

Perlahan Reina bersandar dipinggir jendela ruangan itu sambil mendengarkan cerita Reynaldi, menikmati pemandangan kota pada malam itu. Entah kenapa ia selalu suka melakukannya di ruangan mana pun.

Reynaldi tersenyum melihat kebiasaan Reina yang masih dilakukannya hingga saat ini, Reynaldi berjalan mendekati Reina lalu memeluknya dari belakang melingkarkan tangannya di perut ramping dan rata Reina, lalu meletakkan dagunya dibahu kecil perempuan itu.

Reina tidak merasa kaget ataupun mencoba melepaskan pelukan Reynaldi, karena di masa lalu mereka juga sering melakukan pelukan bahkan saling menggelitik ketika bercanda, menggendong apapun jenis sentuhan kulit yang anggap Reina wajar dilakukan oleh dua orang yang bersahabat. Lagi pula Reina menyukai pelukan Reynaldi, terasa hangat seperti pelukan seorang kakak yang tak pernah dia miliki selama ini.

"Apa kau masih marah padaku?"

Reina menggeleng kepalanya, "Tidak, aku tidak marah sama kamu Rey. Hanya sedikit kecewa sebelum akhirnya mendengar penjelasanmu, sekarang aku bisa memakluminya."

"Lalu kenapa kau masih diam seolah cuek padaku?" tanya Reynaldi masih memeluk Reina, dan mengelus perut rata itu sambil mengecup pipinya Reina.

"Lalu apa yang kau harapkan, kau berharap aku marah berapi-api dan mencak-mencak gitu?" Reina terkekeh dengan leluconnya sendiri.

"Iya, iya... aku percaya seorang Reina Maria tidak mungkin pemarah, kau wanita manis Rem," puji Reynaldi semakin memeluk erat perut rata itu.

Reina memutar matanya malas lalu menyentil dahi Reynaldi, "Aku Temanmu tidak mungkin marah padamu hanya karena hal itu, jangan lupa kalau aku ini tidak seperti itu."

Reynaldi meringis, "Astaga ini sakit sekali," kemudian ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Reina lalu menggesek-gesekkan wajahnya di leher jenjang gadis itu.

Reina terkekeh merasa geli di lehernya, "Ahahaha... baiklah maafkan aku," Reina kemudian menyentuh kepalanya Reynaldi lalu mengacak rambutnya dengan lembut. Reina memejamkan matanya karena menahan rasa geli di lehernya. Kemudian lambat laun gesekkan-gesekkan di lehernya berubah menjadi kecupan-kecupan lembut, Reina terkekeh ia kira Reynaldi sedang bercanda dan tengah menggodanya karena dari dulu pria itu suka menaruh lelucon padanya.

Kecupan-kecupan lembut dibarengi dengan tangan yang menelusup masuk ke dalam dress, lalu membelainya lembut permukaan halus kulit perut Reina, dan dua sembulan di dada perempuan itu membuat Reynaldi semakin melupakan persahabatan mereka, hingga menimbulkan rasa geli yang semakin tidak tertahankan.

"Hahaha... Rey aku menyerah, ini sangat geli," Reina menepuk tangan Reynaldi yang berada dibalik dress-nya, mendengarkan perkataan Reina bukannya berhenti tapi malah semakin menjadi lengan kekarnya semakin erat meremas bagian itu, bagian yang memancing gairah kau perempuan dan tangannya malah semakin turun hingga menyentuh bagian miliknya yang paling bawah.

Sementara lidah basahnya menelusuri leher Reina sampai ke belakang telinga, membuat Reina menggeliat tidak nyaman, "Emmh... Rey apa yang sedang kau lakukan? Ini sudah tidak lucu?"

Reynaldi tidak berhenti atau menjawab Reina, yang Reina dengan justru hembusan nafas berat Reynaldi yang semakin memburu dan setelahnya Reina merasakan gigitan lembut di lehernya kemudian hisapan yang cukup kuat, serta gosokkan tangan yang semakin tenggelam di bagian bawah sana.

Apa yang dilakukan Reynaldi kali ini benar-benar membuat Reina kaget, dan sadar bahwa apa yang sedang dilakukan Reynaldi tidak sedang main-main, "STOP!" dengan sekuat tenaganya Reina menarik tangan Reynaldi dari dalam dress-nya, dan melepaskan pelukannya lalu berjalan mundur sambil memegang lehernya tepat di mana Reynaldi menyentuhnya, "Apa yang kau lakukan 'Rey?"

Seketika mata Reina mengeluarkan air mata, dan mengingat kejadian itu bersama Jeffir ketika dipaksa melakukan pergaulan itu, yang menjadi pembeda Reynaldi melakukannya dengan lembut, sedangkan Jeffir memaksanya dengan kasar.

1
Joko Tingkir
kelanjutannya mana
Bruno Runtukahu
lanjut
Agus Irawan
Halo teman-teman terus ikuti kisah Reina ya, maaf enggak bisa up banyak-banyak soalnya enggak bisa kaya author lain mikirnya. Aku ada kesibukan lain juga di dunia nyata.

Meskipun lambat up semoga kalian dengan setia menunggu kelanjutan cerita ini big love you untuk pembaca semua ♥️♥️♥️
Agus Irawan
terima kasih kak ♥️
naddia_amoraa
mampirrr
naddia_amoraa: sama sama , semangat berkaryaa
Agus Irawan: terima kasih sudah mampir kak
total 2 replies
𝐀'𝐃69°
ikutin alurnya dlu thor
bagus ceritanya 👍👍👍
Agus Irawan: terima kasih kak
total 1 replies
Nikodemus Yudho Sulistyo
Mampir dlu ke satu bab. penasaran siapa pelakunya
Agus Irawan: terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!