NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Di Resto.

“Aku tidak tahu apa maksud ucapan Tuan, kemarin?” tanya Tomi seraya menyesap kopi pahit untuk menghilangkan rasa kantuknya siang ini. Semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sering kali terbangun karena terus memikirkan ucapan Bos-nya.

“Ucapanku yang mana?” Dirga balik bertanya untuk pertama kalinya ia tidak makan siang di rumah, karena Tiara diajak sang Mama untuk menghadiri acara makan bersama geng sosialitanya.

“Apa benar anda hanya berpura-pura mencintai Nona Tiara?” selidiknya. Belum sempat memberitahu Vania mengenai rencana bersama Arvel yang gagal total karena Dirga hanya berpura-pura dan bersandiwara mengenai perasaannya terhadap Tiara.

“Ya.” Dirga menganggukkan kepala.

“Tuan bukankah itu sangat keterlaluan? Anda hanya mempermainkan perasaan Nona Tiara. Apa tujuan Anda?” menatap tajam ke arah majikan itu.

“Papa sudah mengetahui tentang pernikahan kontrakku dengan Tiara. Dan bagaimanapun, meski aku tidak mencintai Tiara aku harus mendapatkan keturunan. Setidaknya, aku harus memberikan cucu untuk papa dan mama!” jawab Dirga. Ia menjawab dengan datar, seolah itu bukan masalah besar.

“Lalu?” Tomi, memijat keningnya kemudian memejamkan mata. Tidak sanggup mendengar apa yang akan dikatakan Dirga selanjutnya.

“Ya, aku ingin memberikan cucu untuk mereka, tapi hati tidak bisa dipaksakan! Aku tidak mencintai Tiara! Dan inilah satu-satunya cara agar aku memiliki keturunan,” ucap Dirga yakin.

“Dengan membohongi Nona Tiara memberikannya harapan palsu?” Tomi hampir saja berteriak. Kalau tidak di tempat umum mungkin ia sudah membentak atasannya itu.

Pelan Dirga menganggukkan kepala.

“Anda berdosa Tuan! Setelah Anda berhasil mendapat keturunan Abraham Group Anda akan membuang Nona Tiara begitu saja!” Menggelengkan kepala pasrah. Dirga sudah mirip dengan pohon pisang, memiliki jantung tetapi tidak memiliki hati.

“Siapa bilang aku akan membuang Tiara! Ini justru caraku agar aku bisa mengikat Tiara! Dengan adanya anak di antara kita, Tiara tidak akan semudah itu pergi dariku meski kontrak itu berakhir!” jelas Dirga. Ia tidak perlu memberi tahu semua rencananya. Sudah jelas Tomi berada di pihak Tiara.

“Ini tidak masuk akal Tuan, Anda tidak mencintai Nona Tiara tapi Anda ingin hidup selamanya dengannya!” protes Tomi. Kopi yang diteguknya semakin terasa pahit.

“Aku memang tidak mencintainya!” Dirga menegaskan sekali lagi mengenai perasaannya terhadap Tiara.

“Dari mana Anda tahu kalau tidak mencintai Nona Tiara? Tuan Dirga Abraham !” Tomi menekankan suaranya. Dirga merasa cemburu dan tidak rela ada pria lain yang mendekati Tiara, tapi dia masih saja mengklaim bahwa dirinya tidak jatuh cinta pada sang istri.

“Sudah kubilang, aku hanya pura-pura mencintainya! Aku harus mengulang berapa kali agar kamu paham!” Dirga menegak kopi espresso nya hingga tandas. “Ayo kita kembali ke kantor!” ajaknya.

Wajah Tomi kusut. Entah mengapa ia tidak bisa acuh dengan Tiara. Hatinya, pasti akan hancur jika mengetahui Dirga hanya pura-pura mencintainya.

* * *

“Tiaraku, aku akan berangkat kerja sekarang juga! Aku akan pergi ke proyek yang kemarin kamu dan Arvel kunjungi,” pamit Dirga. Berdiri tepat di hadapan sang istri. Ia tidak menyangka akan semudah itu mendapatkan hati Tiara.

“Bolehkah aku ikut?” pinta Tiara. Kedua lengannya bergelayut manja di leher sang suami. “Aku ingin sekali bisa bersamamu. Kalau perlu sepanjang hari,” ungkapnya. Akhir-akhir ini Dirga selalu memperlakukannya seperti tuan putri. Wajar jika hanya hitungan beberapa hari saja Tiara yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman apapun terhadap lawan jenis, bertekuk lutut dengan segala rayuan dari Dirga.

“Tentu.” Meski hanya berpura-pura, tatapan kedua manik mata Tiara. Selalu meneduhkan dan tidak bisa ditolak. Apa lagi kalau mengingat kejadian semalam, Tiara selalu menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan sangat baik.

“Baiklah, aku akan berganti baju sekarang!” Tiara merasa senang. Jujur saja, saat Dirga bekerja Tiara selalu menanti kepulangannya. Bahkan, Tiara sering kali mengirim pesan tentang rasa rindunya pada sang suami.

“Jangan lupa pakai atasan lengan panjang! Biar aku pilihkan!” Dirga bergerak menuju set almari mendahului Tiara.

“Aku bisa memilihnya sendiri!” Tiara berdiri sejajar. Hal sepele saja sekarang menjadi sesuatu yang romantis.

“Aku saja!” Kemudian, Dirga memilih celana jeans dan atasan lengan panjang berbahan rayon yang nyaman di pakai ketika siang hari untung istrinya.

“Sayang, kamu turun duluan saja, aku akan berganti baju!” pinta Tiara. Ia masih malu-malu jika harus bertelanjang di hadapan sang suami.

“Tidak, aku akan menunggumu di sini!” elaknya. “Kalau perlu aku akan mengganti bajumu!” Dirga menuntun Tiara. Ia duduk di tepi ranjang dan istrinya berdiri tepat di hadapannya dengan kedua tangan memegangi baju yang sudah dipilihnya.

“Jangan, kalau begini kita tidak jadi pergi, bisa jadi seharian di dalam kamar seperti hari minggu kemarin!” ucap Tiara. Tatapan Dirga, tatapan matanya itu. Tiara sudah hafal ketika kedua bola mata sang suami berapi-api menatap tubuhnya.

“Tidak, aku janji!” Dirga melingkarkan kedua tangan di pinggang Tiara. Memeluknya, mencium aroma tubuhnya. “Aku hanya akan melepas bajumu dan menggantinya dengan baju yang sudah aku pilihkan!”

Tiara mengangguk tanda setuju.

‘Tunggu, aku sedang berpura-pura kenapa aku harus bahagia ketika Tiara menyetujuinya! Pasti ini ada yang salah denganku!’ Dirga segera menepis pikiran tidak masuk akal yang menggelitik kepalanya.

Tangan Dirga terulur. Mulai mengurai celana Tiara. Dengan perlahan ia mulai mengganti dengan celana jeans yang sudah ia pilihkan tadi. Lalu, ia mulai melepaskan atasannya.

“Lihat apa?” tanya Tiara ketika Dirga menatap area dadanya dan tidak segera mengganti bajunya.

“Tidak, rasanya siang ini ingin aku skip saja! Aku lebih suka malam hari!” ucap Dirga. Meski ia tidak mencintai Tiara, tubuh sang istri sudah menjadi candu sendiri untuknya.

“Kenapa?” pancing Tiara. Ia benar-benar bahagia karena kepolosannya dan baru saja merasakan jatuh cinta untuk pertama kali sepanjang hidupnya. Tiara sudah tidak peduli lagi Dirga adalah pria yang telah merampas kehormatannya. Toh pria itu juga yang kini menjadi suaminya.

Dirga tidak menjawab. Ia memakaikan atasan untuk Tiara, lalu mengakhiri ritual mengganti baju istrinya dengan mendaratkan kecupan di bibir. Lama dan dalam. Sungguh ritual yang bisa membuatnya bekerja dengan semangat sepanjang hari.

Kemudian, mereka turun ke bawah dengan senyum bahagia menghiasi wajah masing-masing.

* * *

Dirga duduk di belakang kemudi sementara Tiara duduk di sampingnya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju lokasi proyek yang berada di Jakarta Barat.

Sepanjang perjalanan Tiara lebih sering menoleh ke arah Dirga dan mengamatinya dari pada sibuk dengan ponsel atau melihat keluar kaca untuk mengamati jalanan.

Tak sampai satu jam mereka tiba di sebuah tanah yang cukup luas dengan lokasi strategis. Mobil berhenti di area parkir yang berada di samping bangunan.

“Kita sudah sampai.”

Dirga turun dari mobil terlebih dahulu. Kemudian, ia berjalan melingkar untuk membuka pintu untuk Tiara.

Hanya satu minggu dari pertama kali Tiara datang pertama kalinya. Tak banyak perubahan, Tiara mengamati bangunan yang cukup besar. Terlihat kerangka gedung bertingkat tinggi.

Tiara melangkahkan kaki mengikuti Dirga. Ingat pesan Dirga untuk memanggilnya dengan sebutan Kak, dan lebih baik untuk tidak banyak bicara.

Status pernikahan mereka masih rahasia. Dirga belum yakin dan tidak berniat mempublikasikannya dalam waktu dekat.

Seorang pria berpakaian rapi menghampiri Dirga lalu memberikan 2 buah helm berwarna kuning. Sebelumnya, Dirga sudah memberitahu bahwa mereka akan datang bersama dengan saudara sepupunya.

“Silakan dipakai Tuan, Nona! Safety Firts itu yang terpenting!” ujar Pak Kardi ramah.

“Terima kasih Pak.”

Dirga menanyakan beberapa hal kepada Pak Kardi yang merupakan mandor proyek, sementara Tiara ia melihat ke atas mengamati bangunan yang baru setengah jadi. Saat datang bersama Arvel kemarin, ia tak sempat melihat atau masuk. Namun, kini saat datang bersama Dirga, ia memiliki kesempatan untuk mengamati dari dekat. Sangat menantang baginya.

“Hati-hati Tiara! Jangan jauh-jauh!” pinta Dirga.

“Iya.” Tiara yang berada tidak jauh dari Dirga hanya bisa menurut. “Aku tidak pergi jauh,” jawabnya. Tiara melihat ke atas dan terus mengamati pekerja yang baru saja memulai pekerjaannya.

Kemudian, pandangannya tertuju pada sebuah papan kayu yang cukup besar, papan itu nyaris jatuh.

“Sayang!” teriak Tiara mendorong tubuh Dirga menjauh.

Dan...

Bruuk.

Dirga terdorong ke depan dan terjatuh, sementara papan dari kayu yang cukup besar itu menimpa punggung Tiara yang membuatnya tak sadarkan diri.

Pak Kardi dan beberapa pekerja yang melihat segera berlari menghampiri. Menyingkirkan papan kayu yang menimpanya. Dari luar tidak ada luka yang berarti. Namun, Tiara diam saja tak sadarkan diri.

Dirga segera bangkit. Ia berlari menghampiri istrinya. “Tiara bangun,” Dirga menepuk pipi dan menggoyangkan tubuhnya sang istri. “Tiara,” panggil Dirga berkali-kali namun istrinya masih tak merespons.

“Panggil ambulans sekarang juga!” teriak Dirga. Sangat khawatir.

Pak Kardi meraih ponsel dan segera menelpon ambulans.

“Tiara sayang bangun, Tiara!” Dirga terus menepuk pipi Tiara dan tidak ingin terjadi apa-apa dengan istrinya itu.

Namun, masih sama Tiara tak bereaksi apapun.

“Tuan, ambulans sedang dalam perjalanan kemari, kemungkinan 15 menit baru sampai!” ucap Pak Kardi ikut memperhatikan keadaan Tiara.

Melihat Tiara yang masih tak sadarkan diri. Dirga segera membawanya menuju ke mobil. “Pak Kardi tolong bawa mobilnya, antarkan aku dan Tiara ke rumah sakit, sekarang juga!” titahnya.

“Baik Tuan.”

Pak Kardi bergegas, duduk di belakang kemudi sementara Tiara yang saat ini berada di pangkuan Dirga duduk di kursi belakang.

Tampak jelas wajah khawatir Dirga. Iya terus memanggil nama sang istri. Berharap Tiara tidak terluka parah.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!