Mahendra laki laki tegas dan berpendirian, ia jatuh cinta pada Retno adik tunangannya.
Satu malam Hendra melakukan kesalahan besar pada Retno, sehingga membuat gadis itu pergi meninggalkan kota kelahirannya.
Bertahun tahun Hendra hidup dalam penyesalannya, hingga tujuh tahun kemudian Retno kembali ke kota kelahirannya dengan calon suaminya.
apakah yang akan terjadi pada Retno dan Hendra, apakah kebencian masih menguasai hati Retno? dan masihkah Hendra mencintai Retno?, selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vivi
Tiga Minggu berlalu,
Vivi duduk di samping Hendra, perempuan itu makan dengan tenang,
" Papa Hendra!" suara Gilang, bocah berusia lima tahun itu berlari ke arah Hendra.
Rupanya Gilang tidak sekolah lagi hari ini dan mengikuti mamanya bekerja.
Kantin hotel itu seperti taman bermain bagi Gilang, ia berlarian kesana kemari sampai akhirnya ia melihat Hendra.
" Kau tidak sekolah lagi?" tanya Hendra mengangkat Gilang dan mendudukkan bocah itu kepangkuannya.
" Tidak.. Gilang capek.." jawab Gilang sembari menggeleng.
" Siapa mas?" tanya Vivi penasaran,
" keponakan," jawab Hendra,
" kenapa dia memanggilmu papa?"
" memangnya kenapa?" tanya Hendra dengan tatapan kurang nyaman.
" Sudah maem ( makan )?" tanya Hendra pada Gilang,
" sampun..! ( sudah )" jawab Gilang dengan senyumnya,
" Wah, pintarnya.." Vivi ikut tersenyum melihat Gilang,
" Siapa pa?" tanya Gilang menatap Vivi penasaran,
" Tante Vivi, " jawab Hendra.
" Tante Vivi? Teman papa Hendra?" tanya Gilang polos,
" iya, teman papa Hendra.." Hendra mencium pipi Gilang,
" dimana mama?"
" mama masih makan.. Itu!" Gilang menunjuk mamanya yang duduk di kursi paling ujung.
Semua pekerja sudah terbiasa dengan tingkah Gilang,
Tidak ada yang berani menyinggungnya karena semua pekerja tau Gilang adalah kesayangan Hendra.
" Ayo kuantar ke mama ya?"
" mau ikut papa Hendra?" Gilang menggeleng,
" papa Hendra ada meeting setelah ini, jadi Gilang ke mama dulu ya?"
Mendengar itu Gilang terlihat kecewa, tapi akhirnya Gilang mengangguk.
Hendra bangkit, sembari menggendong gilang, laki laki itu berjalan ke arah meja Ratna.
Terlihat Ratna sedang sibuk dengan makanannya.
" Dia mau ikut, tapi aku ada meeting setelah makan siang," kata Hendra duduk disamping Ratna, ia juga mendudukkan Gilang.
" Eh, jangan, Gilang dengan mama saja?!"kata Ratna langsung menaruh sendoknya.
" Iya, dia sudah tau dan patuh," kata Hendra,
" Ya sudah, kembalilah pada perempuanmu sana," kata Ratna,
" apa sih rat?" Hendra terlihat tidak senang,
" lha terus? Kau membawanya kemana mana.."
" itu karena perintah papa,"
" baguslah kau patuh, kau mau tunggu apa? Perempuan itu terlihat tertarik sekali padamu.."
Hendra diam mendengarnya,
" oh iya ya, aku lupa.. Semua perempuan disini sudah pasti sih tertarik padamu.." Ratna tersenyum setengah mengejek,
" kau saja yang tidak,"
" eh, mau ku kemanakan Didit?"
" karena itu jangan mengejek,"
" ya memang iyakan? Siapa yang tidak tertarik padamu?"
" adikmu.." jawab Hendra membuat Ratna menghela nafas panjang.
" kau seperti ini lagi mas, sudahlah! Pergilah.. Lihat.. Perempuanmu menatapku dengan tatapan yang kurang menyenangkan.." ujar Ratna melirik Vivi yang memandangnya terang terangan.
Hendra menatap vivi sejenak, lalu kembali kepada Ratna,
" Ya sudah, lanjutkan makanmu, Gilang.. Papa Hendra pergi dulu ya? Nanti papa Hendra belikan mainan.."
" hore..!" Gilang mengangguk senang.
Hendra berjalan kembali ke arah tempat duduknya disamping Vivi.
" Lama sekali mas?" tanya Vivi,
Hendra tau Vivi kurang senang dengan Ratna,
Itu terjadi karena hendra terlihat dekat sekali dengan Ratna, tapi Hendra merasa tidak perlu untuk menjelaskan apa hubungannya dengan Ratna, karena sampai detik ini hubungannya dengan Vivi hanya sebatas kenalan, tidak lebih.
Hendra membawa Vivi kemana mana hanya demi kesenangan kedua orang tuanya.
" Lanjutkan saja makannya," kata Hendra tenang dan mengambil sendoknya kembali.
Mendengar itu Vivi hanya bisa diam, ia tidak berani untuk bertanya lagi.
Vivi tau, meski Hendra membawanya kemana mana setelah malam dirumah Hendra waktu itu, sikap Hendra masihlah sama, bahkan lebih dingin.
Namun Vivi masihlah berharap, siapa tau kebiasaan mereka bersama menghabiskan waktu lebih lama bisa membuat Hendra mencair,
Bisa membuat Hendra mau perlahan membuka hatinya.
Sementara Retno baru saja berangkat dari terminal Luwih panjang.
Seperti biasa ia memilih tempat duduk di sebelah jendela untuk menikmati pemandangan sepanjang perjalanan.
Tiga Minggu ini ia gunakan untuk mengurus segala hal, termasuk menjual motor dan perabotan dirumah kontrakannya.
Dadanya sedikit berat, bagaimanapun tidak mudah meninggalkan kota Bandung yang sudah di tinggalnya selama tujuh tahun ini.
Retno ingat betul, ia datang ke kota ini dengan membawa rasa sakit hati, dengan membawa beban perasaannya pada seorang laki laki.
Dan sekarang mau tidak mau ia harus kembali, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia seorang anak yang harus merawat kedua orang tuanya dan tidak bisa untuk terus lari.
Benar, ia punya Aryo sekarang, untuk apa ia harus lari,
Aryo pasti akan melindunginya,
Karena Aryo adalah laki laki yang selalu menerima dirinya apa adanya.
sehat selalu mbk Ayu