NovelToon NovelToon
Mantanku Seleb

Mantanku Seleb

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Wanita Karir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Van Theglang Town

Lanjutan Novel Mendadak Menjadi Mama Muda.

Setelah bercerai dengan Raka, Ajeng mengubah nasibnya menjadi seorang selebritas. Meskipun butuh waktu yang cukup lama, karir Ajeng cukup sukses dan mempertemukan dia dengan Kim Beomsik, seorang pengusaha sukses keturunan Korea-Amerika.
Sementara Raka yang belum move on dari Ajeng, berusaha menata kehidupannya menjadi lebih baik. Ketika bertemu kembali dengan Ajeng, Raka menagakui masih belum bisa melupakan Ajeng.
Lantas bagaimana kisah Ajeng dan Raka. Akankah cinta mereka bersemi kembali, atau Beomsik berhasil meluluhkan Ajeng dan menikahinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van Theglang Town, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tersesat

Wajah Ajeng menjadi pucat ketika dia sadar kalau pria yang tengah menatapnya dari seberang sana adalah Raka.  Spontan Ajeng merapatkan kancing bajunya karena memang sengaja ia lepas beberapa kancing saja karena merasa gerah.

Wanita itu kemudian bergegas masuk kembali ke kamar dengan mengutuk dirinya sendiri karena begitu ceroboh keluar kamar dengan pakaian sedikit terbuka. Dia pikir jam segini tidak akan ada orang yang terjaga.

Ajeng mengunci  pintu balkonnya dan menutupnya dengan tirai. Entah apa yang sedang ada di pikiran Raka setelah melihatnya barusan.

Sebenarnya Ajeng juga sempat melihat sekilas wajah Raka yang juga sama-sama terkejut ketika dirinya mendapatkannya sedang mengawasi balkon kamarnya.

Malam itu Ajeng merasa diawasi oleh Raka, dia tidak tahu kalau kamarnya berhadapan langsung dengan kamar Raka.

Keesokan harinya Ajeng terbangun setelah hanya kurang lebih satu jam dia tertidur, Di luar penginapan sudah ramai dengan musik yang disetel keras-keras untuk membangunkan semua.

Bergegas Ajeng mandi dan siap-siap untuk mengikuti rangkaian kegiatan hari ini. Kalau tidak salah, mereka akan latihan beberapa scene dengan lawan main di lokasi yang sudah disiapkan kru film.

Pagi ini Ajeng mengenakan pakaian olahraga karena kalau tidak salah, mereka akan berjalan-jalan di sekitar penginapan.

Sebelum acara di mulai, Ajeng menyempatkan sarapan dulu bersama yang lainnya.

“Selamat pagi Ajeng!” sapa James yang merupakan lawan main filmnya.

“Pagi!”

“Apa semalam kau tidur nyenyak?” tanya James duduk di samping Ajeng. 

“Lumayan. Kau sendiri?” 

“Cukup nyenyak karena semalam aku juga sedikit mabuk.”

“Oh begitu. Tapi sekarang kau sedang tidak mabuk kan?” tanya Ajeng mencoba perhatian.

“Tentu saja tidak.  Oh ya, bagaimana dengan manajermu?” tanya James menanyakan kabar Celia.

“Semoga dia baik-baik saja. Aku belum bisa menghubungi siapapun karena di sini  susah sinyal,” ungkap Ajeng dengan nada yang kesal.

“Bagaimana kalau nanti kita pergi ke distrik bawah, di sana ada toko roti yang memiliki jaringan wifi. Aku juga harus mengabari keluargaku nanti,” ajak James.

“Ah benarkah. Baiklah kalau begitu aku ikut!’ jawab Ajeng dengan wajah semringah. Dia sungguh sangat ingin menelepon Beomsik. Sudah hampir seminggu dia tidak mendapatkan kabar darinya.

“Kalau begitu setelah sarapan kita berangkat.  Katanya jaraknya sekitar tiga kilometer.”

“Hmmm baiklah!” Ajeng pun setuju dengan ajakan James.

Begitu selesai sarapan, mereka berdua kemudian pergi menuju toko roti itu dengan menggunakan mobil James.  Setelah menempuh waktu lima belas menit mereka sampai di disrik yang dimaksud. Di sana banyak toko dan rumah penduduk lokal, Meskipun jarak antar rumah dan toko cukup jauh tetapi distrik ini rupanya adalah satu-satunya tempat yang memiliki sinyal telepon seluler dan jaringan internet.

Sebuah toko roti satu-satunya di tempat itu yang Ajeng dan James tuju. Ajeng dan pria itu langsung masuk ke toko roti. Aroma roti yang sangat mengunggah selera membuat air liur Ajeng hampir menetes. Sebentar saja Ajeng sudah melihat-lihat berbagai macam jenis dan bentuk roti di display. Sementara James langsung mengobrol dengan penjaga toko sekalian meminta password untuk wifi yang mereka pasang.

Ajeng kemudian meminta penjaga toko lain untuk membungkus roti yang Ajeng inginkan. Setelah memesan, Ajeng kemudian menyalakan ponselnya dan memasukkan kode wifi yang diberikan. Setelah beberapa detik tersambung, beberapa notif pesan dan panggilan tidak terjawab masuk.

Ajeng tampak bahagia karena salah satu pesan yang masuk itu adalah dari Beomsik.

[Ajeng, maaf aku baru memberi kabar? Apa kamu baik-baik saja?]

[Aku dengar kamu datang mencariku ke rumah. Maaf sebenarnya beberapa hari ini di perusahaan sedang ada masalah. Jadi aku tidak bisa menghubungimu dan menemuiku. Maafkan aku ya Sayang!]

Membaca pesan dari Beomsik, Ajeng tersenyum dan bernapas lega.  Rupanya memang sedang ada masalah di perusahaannya. Syukurlah kalau dia baik-baik saja.

[Jadi kau sekarang berada di tempat perkemahan? Aku dengar juga sutradaranya adalah mantan suamimu. Bagaimana bisa?]

Entah kenapa Ajeng bisa merasakan kegelisahan di pesan Beomsik itu. Dia pasti merasa tidak tenang.

[Aku percaya padamu. Kamu bisa menjaga kepercayaanku bukan?]

Ajeng pun berinisiatif menelepon Beomsik. Karena kalau dia sudah kembali ke penginapan, dia tidak akan bisa menghubunginya.

Kali ini nada sambung terdengar, Ajeng tidak sabar panggilan teleponnya diangkat Beomsik. 

“Halo!” Terdengar suara perempuan di ujung telepon.

Ajeng shock mendengarnya. Dia kemudian melihat layar ponselnya untuk memastikan jika dia tidak salah nomor. Tapi yang dia klik benar-benar nomor Beomsik. Lantas kenapa yang mengangkat teleponnya adalah seorang wanita.

“Halo! Bukankah ini nomor Beomsik?” tanya Ajeng.

“Ya benar. Ini Ajeng ya?”

“Benar. Ini siapa?” tanya Ajeng heran kenapa ponsel Beomsik bisa dipegang oleh wanita itu.

“Aku Kim Ae Rin, pengacara Beomsik. Kebetulan ponselnya tertinggal di kantorku.”

“Oh begitu rupanya.” Ajeng bingung apa dia harus marah atau bersikap tenang dengan ini.

“Kalau begitu aku akan menghubunginya lagi. Sampaikan saja padanya kalau aku menelponya!”

“Baik, aku akan menyampaikannya.”

Ajeng menutup sambungan telepon itu dengan perasaan kecewa. Niatnya dia ingin memberitahu Beomsik tentang situasinya sekarang yang susah sinyal. Tetapi apa daya kalau ternyata ponselnya malah tertinggal di kantor pengacaranya.

“Kenapa Beomsik mengunjungi seorang pengacara?” batin Ajeng penasaran.

“Ajeng apa kau sudah selesai?” tanya James.

“Ya aku sudah selesai. Bagaimana denganmu?” tanya Ajeng melihat James yang sudah membawa bungkusan roti juga.

“Kalau begitu ayo kita kembali ke penginapan. Sebentar lagi kita mulai!”

Ajeng pun mengekori James dari belakang. Tapi ketika hendak masuk ke dalam mobil, James tiba-tiba mengumpat.

“Kenapa?”

“Ban mobilnya bocor!”  James menendang ban kiri belakang mobilnya karena kesal. 

“Di sini tidak ada bengkel ya?” tanya Ajeng sambil mengedarkan pandangannya mencari siapa tahu ada bengkel di dekat sini.

“Aku bisa mengganti bannya dengan ban cadangan. Tapi ini akan membutuhkan waktu lama.”

“Kira-kira berapa lama?” tanya Ajeng.

“Setengah jam atau lebih,” jawab James dengan nada yang sedikit menyesal.

“Aku akan menunggu.”

“Baiklah. Tapi jika kau ingin pergi duluan ke penginapan tidak apa-apa. Aku akan menyusul.”

“Jalan kaki?”

James kemudian melihat-lihat siapa tahu ada mobil yang juga akan menuju ke penginapan. 

“Jalan kaki lebih cepat. Setegah jam sampai. Tapi kalau kau mau menunggu tidak apa-apa.”

“Kau butuh bantuanku tidak?” tanya Ajeng.

“Tidak perlu.”

“Kalau begitu cepatlah menyusul aku akan jalan kaki sambil sekalian menikmati pemandangan sini!” ucap Ajeng.

“Baiklah. Semoga tidak terlalu lama aku menggantinya.”

Ajeng akhirnya memutuskan untuk pergi duluan dengan jalan kaki. Sudah lama dia tidak berjalan kaki sambil menikmati pemandangan di pegunungan.

Jalan yang ia lalui tidak terlalu menyeramkan. Jalanannya beraspal dan tidak berlubang. Hawa di sini sangat sejuk, Ajeng pun sangat menyukai hawa sejuk ini yang jarang sekali ia temui di kota.

Jalanan menuju penginapan berkelok dan menanjak. Ajeng cukup menikmati jalan kakinya sambil terus memotret dengan ponselnya. 

Sudah setengah jam dia berjalan, Ajeng mulai kebingungan karena dia tidak menemukan jalan masuk ke penginapan. Entah kenapa jalan yang ia lewati terasa tidak ada petunjuk.

“Apa aku salah belok ya? Tadi perasaan ia tidak menemukan jalan bercabang. “

Ajeng kemudian berusaha menelepon seseorang. Tapi kemudian dia lupa kalau tidak ada sinyal telepon. 

Ajeng terus berjalan dan memperkirakan sudah berapa jauh ia berjalan.

“Kalau tidak salah kan jarak penginapan ke toko roti tadi cuma dua atau tiga kilo, kok ini gak ketemu jalan masuknya padahal kayaknya aku sudah berjalan lebih dari tiga kilometer?” Ajeng mulai panik karena sepertinya dia salah jalan dan tersesat.

1
Rose Yura🌹
masihan Raka 🥲
Rose Yura🌹
yeeee... author ke kesayangan ķembali🥰
Van Theglang Town
Sebelumnya author minta maaf karena butuh 4 tahun kurang lebih melanjutkan kisah Ajeng dan Raka, btw meskipun pembaca sudah lupa alur cerita Ajeng dan Raka semoga baca lagi ini bisa flashback lagi. happy reading.
Rose Yura🌹: makasih thor . semangat lagi ya nulisnya..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!