NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 - Susu strawberry

Jean duduk termenung di kursi tunggu, tatapan matanya mengarah ke ruang rawat Jingga dengan sendu.

Ayah dan kedua saudaranya sudah pulang sedari tadi, kini hanya tinggal dirinya yang masih berusaha membujuk Yuda agar mengijinkannya menemui Jingga.

Hah!

Entah sudah berapa banyak hembusan napas kasar keluar dari mulutnya. Seperti biasa, penyesalan selalu datang di akhir.

Berbeda dengan Jean yang meratapi kesalahannya. Di dalam ruang rawat, Yuda menjelaskan semuanya kepada Jingga.

"Maafkan Papa, Nak. Seharusnya Papa menyadari kehadiranmu sedari dulu, Papa terlalu pengecut," lirih Yuda. Pria itu tidak berani menatap kedua mata Jingga.

Jingga belum tersadar dari keterkejutannya. Apa ini? Kenapa takdir hidupnya sangat lucu?

"Kamu mau kan, tinggal sama Papa?" ucap Yuda dengan menatap sendu putrinya.

Papa? Bahkan dirinya baru mengucapkan kata "Ayah" saat Jerry datang menemuinya. Sekarang ia harus memanggil orang yang biasanya ia panggil Paman dengan sebutan "Papa"?

"Jadi satu-satunya pria yang di cintai Ibu itu adalah Paman?" gumam Jingga. "Kenapa Paman berbohong saat itu?"

Yuda menarik tangan Jingga dan menggenggamnya, "Maaf, saat itu Papa belum yakin," jawabnya dengan penuh penyesalan.

Rasa pening kembali menghampiri kepala Jingga, semuanya terlalu mendadak untuknya. Di saat semua orang menyalahkan kehadirannya, ternyata ia adalah korban keegoisan dari orang-orang dewasa di masa lalu.

"Mulai sekarang Papa akan merawat dan menjagamu. Papa tidak akan membiarkan orang-orang itu menyakitimu lagi," ucap Yuda.

Untuk informasi, Mario sudah di serahkan ke pihak berwajib oleh orang suruhan Jerry. Pemuda itu akan di hukum sesuai undang-undang yang berlaku.

Jingga masih belum menerima maupun menolak ajakan Yuda. Dia masih berusaha mencerna semua ini.

Tok! Tok!

Pintu ruangan Jingga di ketuk dari luar. Yuda berdiri dari duduknya dan melangkah menuju pintu, di bukanya pintu tersebut dan terlihat Jean yang berdiri di sana.

"Mau apa kamu?!" tanya Yuda dengan dingin.

Jean sedikit mengintip ke dalam dari sela-sela tubuh besar Yuda. "Jean ingin bertemu Jingga, Paman," ucapnya.

Yuda berdecak, "Kau pikir aku akan mengijinkanmu bertemu anakku? Pulanglah! Hal itu tidak akan pernah terjadi," balasnya dengan sinis.

"Jean mohon, Paman. Jean hanya ingin melihat keadaan Jingga," lirih pemuda itu.

Jingga mendengar semuanya, dia juga bisa melihat Jean yang berdiri di depan pintu. Dia tidak menyangka, Jean yang dulunya memiliki ego yang tinggi kini memohon-mohon kepada ayahnya? Apakah hanya akting belaka?

"Tidak! Kehadiranmu hanya akan membuat trauma Jingga semakin parah. Pulang dan jangan pernah datang ke sini lagi, jawabanku akan tetap sama," tegas Yuda.

"Paman!"

Itu bukan panggilan dari Jean, itu adalah panggilan dari Jingga yang kini sudah mendudukkan tubuhnya.

Yuda menoleh ke arah anaknya, aneh rasanya mendengar anak kandungnya memanggilnya Paman, tapi dia bisa apa? Pasti butuh waktu untuk gadis itu menerima semuanya dan memanggilnya Papa.

"Biarkan Jean masuk. Ada yang harus Jingga bicarakan," pinta Jingga. Wajahnya masih terlihat pucat.

Yuda tampak tidak terima dengan permintaan sang anak, tetapi saat melihat tatapan memohon itu, ia tidak bisa menolak.

"Hanya 10 menit, tidak lebih!" ucap pria itu pada akhirnya.

Jean yang mendengarnya bernapas lega. Tak masalah meskipun hanya 10 menit, setidaknya ia bisa bertemu dengan pujaan hatinya. "Terima kasih, Paman," ucapnya dengan tulus.

"Paman akan menunggu di depan, berteriaklah jika dia melukaimu," kata Yuda lalu keluar dari ruangan Jingga.

Jean masuk ke dalam dan menutup pintu, tatapannya tidak teralihkan dari Jingga. "Hai," sapanya saat sudah duduk di kursi yang ada di samping Jingga.

"Aku bukan anak Ayah Jerry," ungkap jingga.

Jean mengangguk, "Aku udah tau," balasnya di iringi senyum tipis.

"Lucu, ya?" kata Jingga.

"Jika dari awal Paman Yuda datang lebih dulu, mungkin Tante Tania masih hidup. Ayah gak akan terbelenggu dengan rasa tanggung jawabnya, kalian bertiga juga gak bakal jahat sama aku. Yang lebih penting, aku gak akan di perkosa sama kamu dan Kak Mario," ungkap gadis itu di iringi tawa sumbang.

Jean menggelengkan kepalanya, "Kalau bukan karena semua ini, mungkin aku gak bakal ketemu sama kamu lagi. Orang yang udah ngambil hati aku dari awal," balasnya.

"Kamu beneran cinta sama aku?" tanya Jingga memastikan.

Tanpa pikir panjang Jean mengangguk mantap. "Aku udah suka sama kamu, bahkan saat kamu belum kenal sama aku," ungkapnya.

"Kalau gitu, kenapa kamu perkosa aku malam itu?"

Jean terdiam sebentar sebelum menjawab. "Maaf. Aku terlalu kalut pas tau kamu bakal pergi dari rumah. Aku hanya berpikir, mungkin dengan cara itu kamu gak jadi pergi, kamu akan merasa terikat sama aku," jelasnya.

"Kamu tau? Di lecehin itu gak enak!" balas Jingga. Dia kembali mengingat malam di mana Jean melecehkannya dengan kasar, apalagi saat rasa sakitnya belum hilang, dia kembali di lecehkan oleh orang lain.

Gadis itu mencengkeram kepalanya dengan kuat, bayangan-bayangan itu memenuhi kepalanya. Rasa sakit, tangisan, tawa bahagia dari orang yang melecehkannya, semuanya berputar seperti kaset rusak.

"Jingga?" panggil Jean saat melihat Jingga menggelengkan kepalanya dengan kuat berulang kali.

Pemuda itu menangkup kepala Jingga agar berhenti, ia tau dengan betul apa yang sedang di rasakan gadis itu saat mereka kembali membahas masalah itu.

"Kepala kamu nanti sakit," ucapnya dengan lembut. Dia menatap Jingga tepat di kedua bola matanya.

"Kamu boleh marah atau pukul aku sepuasnya, tapi jangan sakiti diri kamu sendiri," tambahnya.

Jingga membalas tatapan Jean lalu menurunkan kedua tangannya. "Aku boleh minta tolong," ucapnya.

Jean mengangguk mengiyakan. Dia akan melakukan apapun untuk orang yang ia cintai, kecuali jika ia di suruh pergi menjauh.

"Tiba-tiba aku pengen minum susu strawberry, boleh minta tolong beliin?" pinta gadis itu.

Jean menghela napas lega, untung saja bukan hal yang ia takutkan. "Tentu. Bentar ya, aku pergi dulu buat beli. Aku panggil Paman Yuda biar jaga kamu," jawab pemuda itu di iringi senyum manis.

Jingga hanya tersenyum tipis menaggapinya. Jean berdiri dari duduknya setelah pamit dan menghampiri Yuda yang duduk di kursi tunggu.

"Paman. Jean titip Jingga sebentar ya, Jean mau beli susu strawberry dulu buat Jingga. Dia lagi pengen minum itu," ucapnya di depan Yuda.

Yuda mengeryitkan alisnya, "Saya ayahnya, sudah pasti saya akan jaga anak saya. Pergi sana," jawab pria itu dengan sinis.

Jean mengangguk dan berlari kecil untuk membeli apa yang di inginkan Jingga. Perasaannya membuncah saat Jingga masih mau bergantung padanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Butuh waktu cukup lama karena di kantin rumah sakit stok susu strawberry sedang habis. Jadi dia harus pergi ke minimarket yang letaknya cukup jauh dari rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Jean segera menuju kamar rawat Jingga. Di kedua tangannya sudah ada 2 kantung plastik berisi susu strawberry dari bermacam-macam produk, karena ia tidak tau susu strawberry apa yang biasa di minum oleh Jingga. Jadi dia membeli semuanya.

Dengan susah payah ia membuka pintu tersebut, dahinya mengernyit bingung. Ruangan tersebut kosong, ranjang pasien juga terlihat begitu rapi seperti tidak pernah di gunakan.

"Jingga?"

"Paman Yuda?"

Jantung Jean berdetak dengan kencang, jangan sampai?

Pemuda itu meletakkan kedua kantung susu yang ia bawa di atas lantai begitu saja. Ia segera melangkah keluar, kebetulan ada perawat yang lewat.

"Di mana pasien yang ada di ruangan ini?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Pasien sudah keluar 15 menit yang lalu, Tuan. Saya permisi dulu," jawab suster tersebut lalu pergi meninggalkan Jean.

Jean mematung di tempat, tak terasa air matanya menetes. Haruskah ia kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya tanpa kata perpisahan?

Jingga Swastamita, akhirnya memilih pergi untuk menyembuhkan luka serta traumanya. Kita tunggu saja takdir apa lagi yang akan mengiringi langkah mereka selanjutnya.

Untuk Jean dan orang-orang yang pernah menyakiti Jingga, selamat menyelami lautan penyesalan.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!