Jika merindukan orang yang sudah tiada adalah hal menyakitkan, mungkin tidak selamanya seperti itu yang di rasakan oleh seseorang.
Dia merindukannya tapi di satu sisi ia ingin menjauh dan pergi darinya demi kebahagian orang yang ia sayangi.
Dan semua kenangan yang pernah tercipta akan kah hilang seiring dengan luka yang sudah terlalu lama bertahta???
Selamat datang di tulisan receh Mak Othor 😊
Biar ngga gagal paham, silahkan mampir ke Riang (sadar diri) lebih dulu 🙏🙏🙏
semoga di minati teman-teman readers ya 🤗 mohon kritik dan sarannya.
Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mobil yang Ganesh kendarai tiba di halaman rumah milik Syam. Tak lama kemudian, mobil Syam pun tiba.
"Abi...!", Risya berlari ke arah bapaknya. Syam pun langsung mengangkat Risya dan menggendongnya.
"Udah puas ketemu sama Eyang Uti?", tanya Syam.
"Udah Abi!", jawab Risya. Syam menciumi pipi gembul Risya.
"Assalamualaikum?", Syam menyapa istri dan keponakannya.
"Walaikumsalam Bi!", jawab Riang menyambut tangan Syam yang terulur. Ganesh pun melakukan hal yang sama.
"Yuk masuk?!", ajak Syam pada mereka semua.
Nuri yang sudah selesai mengerjakan semua pekerjaannya pun menghampiri para majikannya.
"Den Shaka, neng Risya mandi yuk! Udah sore. Biar capeknya ilang. Nanti kan mau pulang, ketemu sama Abah sama nenek juga!", kata Nuri membujuk dua bocil itu.
"Ote ba nuli!", jawab dua bocil itu. Nuri pun menggandeng dua bocah itu di sisi kanan kirinya.
Setelah ketiga orang dewasa itu duduk, Ganesh buka suara. Ia menceritakan ide yang ia lakukan untuk membuat El mau tak mau menemui papanya.
Terlihat kejam memang ,tapi setidaknya mereka mungkin butuh sedikit tumbal 🤭🤭🤭
"Kamu tuh dapat ide dari mana kaya gitu sih Nesh!?", Syam sedikit khawatir juga pada papa mertuanya. Terakhir Syam melihat papa mertuanya di rawat, saat ia ada di saung kebun bunga milik Riang. Itu pun karena alasan yang sama, dehidrasi juga hipotermia.
"Ngga tahu sih Mang, tiba-tiba aja gitu! Habisnya kesel sama El ! Udah tahu papanya di situ, bukan nyamperin kek nanya kabar kek!", kata Ganesh.
"Kita ngga pernah tahu seperti apa jadi El, Nesh?! Sabar, nanti juga mereka bakal bicara dari hati ke hati kok !", kata Syam.
"Lila atuh mang! Kalo Yang Kung nya Risya sakit dan butuh perawatan kan mau ngga mau El yang rawat. Toh, aku yakin dia ngga bakal mau repot bolak balik liat papanya sama mama nya yang sakit dan beda kamar."
Syam hanya menghela nafas. Mau mengomeli Ganesh pun rasanya percuma. Toh semua sudah terjadi. Ia hanya berharap kalau setelah ini semua akan membaik.
💕💕💕💕💕
Devi meminta ijin untuk menemui Shakiel di ruangan perawatan khusus karena tidak semua orang bisa masuk ke sana.
"Saya minta ijin ke dokter Anita dulu ya dok!", kata perawat itu. Devi pun menunggu informasi apakah ia di perbolehkan atau tidak. Tapi ternyata dokter Anita memperbolehkan karena dia tahu jika jam kerja El sudah selesai.
"Makasih sus!", kata Devi.
Lalu gadis cantik asli Bali itu pun menuju ke ruangan yang di maksud. Suasana lorong cukup sepi. Tapi di depan sana ada pos perawat.
Devi kembali minta ijin atas acc dari dokter Anita. Gadis itu pun membuka pintu ruangan tersebut.
Sebuah pemandangan yang entah kenapa cukup menyita perhatian Devi. Shakiel tertidur di atas sofa dengan melipat kedua tangannya di atas perutnya. Sedang dua pasien Shakiel masih belum terjaga.
Melihat El yang kelelahan pun akhirnya ia memilih untuk pergi dan pulang ke hotelnya. Ia tak tega membangunkan Shakiel yang terlihat begitu lelah. Dengan suara yang begitu pelan ia menutup pintu ruangan Citra.
"Ngga jadi pulang bareng dokter Shaki, dok?", tanya perawat itu.
"Shaki nya tidur ! Ngga enak mau bangunin! Eum...sus, kayaknya infus pasien yang laki-laki bentar lagi habis. Coba nanti di cek ya sus, kasian!", kata Devi.
''Siap dok!'', sahut suster itu.
💕💕💕💕💕💕
Ziyad melenguh merasakan tubuhnya yang jauh lebih baik di banding kan sore tadi. Ia merasakan jarum yang ada di tangan kirinya.
Di lihatnya pelipisnya yang masih menyisakan rasa pusing meski tak seperti sore tadi. Ia menoleh ke sisi kirinya di mana ada seseorang yang tidur sambil duduk di atas sofa.
Mata Ziyad menyipit dan sesekali ia mengucek matanya. Ia bukan hanya terkejut melihat sosok yang ada di sofa melainkan Citra yang membuka matanya dengan kepala yang menoleh ke seseorang yang ada di sofa itu.
"Apa ini mimpi???", tanya Ziyad pada dirinya sendiri.
💕💕💕💕💕💕💕
😂😂😂😂😂😂 oke BESTie selamat beristirahat. Apa pun hasil nya Garuda Muda tetap paling hebat 👍👍👍😆😆🙏🙏
mak bil bil: diiiiihhh dasar kang ngadu....😒😒😒😒