NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Berbisik

Ketika Cinta Berbisik

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

"Aku tidak mau menikah dengannya, Bu!"

Ibram tidak mampu menolak keinginan ibunya untuk menikahi gadis pilihannya. Padahal Ibram sudah punya gadis impian yang ia dambakan. Ibu menolak alasannya, terpaksa Ibram menerima pernikahan itu meskipun sang istri berusaha mencintainya namun hatinya masih enggan terbuka.

Bagaimana kelanjutannya? Tetap ikutin cerita baru Mami AL. Jangan lupa like, poin, komentar dan vote. Mohon untuk memberikan komentar yang bijak.

Selamat membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 - Meluruskan Masalah

Robi beranjak dari tempat duduknya ketika melihat Ibram keluar dari kamar bersama Malik. "Bram, aku bisa jelasin!"

"Cukup!" Ibram mengarahkan telapak tangannya kepada sahabatnya itu.

"Bram--"

"Aku tahu kamu dari dulu menyukai Arumi," tukas Ibram.

"Aku tidak menyentuhnya, Bram!" kata Robi jujur.

"Oh, jadi kamu mau pegang-pegang dia, hah?" sentak Ibram yang sangat tersinggung dengan perkataan Robi.

"Bagaimana aku menjelaskannya?" Robi menggaruk kepalanya karena kebingungan.

"Sekarang kamu pulang!" usir Ibram.

"Mobilku mogok, ponsel aku lowbat. Bagaimana aku dapat pulang?" tanya Robi.

"Bukan urusan aku!" jawab Ibram masih marah.

"Pinjam ponsel kamu, aku mau telepon orang bengkel dan ojek!" Robi menyodorkan tangannya.

"Kamu mau aku pukul lagi, hah?" sergah Ibram.

"Astaghfirullah, Bram. Jangan marah-marah begitu, nanti cepat tua!" ledek Robi.

"Pakai ponsel aku saja, Kak!" Malik memberikan telepon genggamnya.

Robi mengeluarkan dompetnya, ia mengambil kartu nama bengkel langganannya lalu menekan angka-angka tersebut di ponsel. Tak sampai 30 detik, panggilan pun terhubung.

Selesai itu, Robi lanjut meminjam aplikasi ojek online melalui akun Malik. Setelah mendapatkan pengemudi, ia lantas mengembalikan ponsel kepada Malik. "Terima kasih!"

"Jangan pernah tunjukkan wajahmu di hadapanku!" Ibram memberikan peringatan.

Robi menghela.

Robi kemudian berkata, "Jika kamu tidak percaya denganku. Tanyakan saja kepada Arumi, apa yang sebenarnya terjadi."

"Itu pasti aku akan tanyakan!" ketus Ibram.

"Semoga kamu sadar jika kejadian tadi hanya salah paham saja!" ucap Robi kemudian berlalu setelah mengucapkan salam.

Malik menepuk pelan bahu kakak iparnya dan tersenyum tipis ia memberikan semangat agar tetap sabar.

"Aku yakin pasti dia mencoba merayu Arumi, Lik!" tuding Ibram dengan raut wajah menahan amarahnya.

"Nanti kita tanyakan Mba Arumi. Semoga ini hanya salah paham saja," kata Malik tak mau memihak dengan salah satu.

"Robi itu dari awal kami menikah sudah menyukai Arumi, sekarang saja dia berubah pilihan mengejar Annisa," tutur Ibram.

"Annisa siapa, Mas?" tanya Malik penasaran.

"Annisa adiknya temannya Arumi," jawab Ibram.

"Oh," ucap Malik singkat.

"Mas yakin dia ingin mengambil Arumi dariku," kata Ibram yang terus menuding sahabatnya.

"Tenanglah dulu, Mas. Jangan gegabah, nanti jatuhnya fitnah. Kita tunggu Mba Arumi sadar, jika hanya salah paham Mas harus segera minta maaf," nasihat Malik membuat Ibram mengangguk mengiyakan.

-

Ibram memutuskan tidak ke kantor. Tadi pagi sebelum berangkat, adik iparnya itu meminta tolong untuk mengantarkan motornya yang rusak ke bengkel. Namun, ketika kembali ke rumah Ibram melihat Robi keluar dari dalam dan memberitahu jika Arumi pingsan. Tentunya, Ibram panik dan marah kepada sahabatnya. Apalagi beberapa waktu lalu jika Robi secara terang-terangan ingin merebut Arumi darinya.

Arumi terbangun setelah 15 menit pingsan, ia mengedarkan pandangannya dan memegang kepalanya.

"Sayang, kamu sudah bangun?" Ibram mendekati istrinya dan melemparkan senyuman.

"Mas---"

"Tadi kamu pingsan di dapur," kata Ibram.

Arumi memegang perutnya.

"Kita akan ke dokter!" Ibram tahu jika istrinya khawatir dengan kondisi calon bayi mereka.

"Entah kenapa aku bisa terjatuh, Mas. Pandangan tiba-tiba gelap," ujar Arumi.

"Apa sebelum kamu pingsan ada orang lain yang masuk?" tanya Ibram.

Arumi menggelengkan kepalanya.

"Aku mendengar ada orang mengucapkan salam tapi belum kujawab pandangan gelap, setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi," jelas Arumi.

"Kamu tidak berduaan dengan pria lain, 'kan?" tuding Ibram.

"Astaghfirullah, Mas. Kenapa menuduhku seperti itu?" Arumi tampak kesal dengan perkataan suaminya.

"Maaf, Rum!" Ibram jadi menyesal menuduh istrinya.

"Ya," Arumi memalingkan wajahnya karena kecewa.

"Tadi waktu kamu pingsan ada Robi, Rum. Aku pikir dia melakukan sesuatu kepadamu," ungkap Ibram.

"Jadi yang hendak bertamu tadi Robi?" tanya Arumi.

Ibram mengangguk mengiyakan.

"Jadi Mas Ibram menuduhku berduaan dengan dia?" singgung Arumi.

"Bukan begitu, Rum. Cuma ketika kamu pingsan, dia yang pertama kali memberitahu kami. Apa Robi melakukan perbuatan tak senonoh kepadamu?" Ibram menatap menyelidik.

"Astaghfirullah, Mas!" sentak Arumi.

"Aku dan Robi tidak melakukan apapun. Kamu jangan asal menuduh begitu!" Arumi membantah tudingan suaminya.

"Jadi dia tidak melakukan apapun, 'kan?" Ibram masih belum percaya, apalagi rasa cemburunya semakin besar.

"Aku tidak tahu, Mas. Aku juga sudah pingsan, mungkin dia masuk hanya ingin menolongku. Jika tak percaya, terserah Mas saja. Yang harus Mas ingat menuduh orang lain tanpa bukti adalah dosa besar," ujar Arumi.

Ibram terdiam. Ia mengingat wajah Robi keluar dari dalam tampak panik, ia memang sangat cemburu dengan Robi sehingga pikirannya tak dapat bekerja secara baik.

"Temani aku ke dokter, Mas!" Arumi lantas bangkit dari ranjangnya. Sigap Ibram membantunya.

-

Satu jam berlalu, Arumi dan Ibram sudah kembali dari pemeriksaan. Di jalan, Arumi mengingatkan suaminya agar meminta maaf kepada Robi.

"Nanti aku menemuinya, kamu dengan Malik di rumah, ya. Ibu dan Dinda sebentar lagi juga datang," ucap Ibram sekilas menoleh ke arah istrinya.

"Ibu mau ke rumah aku belum masak dan beberes," kata Arumi sedikit panik takut merepotkan Mayang. Apalagi wanita itu rajin membantunya.

"Aku dan Malik akan beberes, lauk dan sayur kita beli saja. Tak perlu repot memasak," ucap Ibram agar istrinya santai dan tenang.

Arumi mengangguk mengiyakan.

-

Setelah beberes dibantu adik ipar, Ibram pamit ke kantornya Robi. Diantara dirinya dan ketiga temannya, hanya Robi yang memiliki perusahaan sendiri. Dari lahir Robi memang sudah kaya raya apalagi kedua orang tuanya mewarisi usaha keluarga yang cukup terkenal di kota mereka.

Ibram menemui resepsionis untuk mengetahui jadwal sahabatnya itu. Sebelumnya dia juga sudah mengirimkan pesan kepada Robi.

Kira-kira menunggu 15 menit, Ibram akhirnya dapat bertemu Robi. Pria itu mempersilakan dirinya masuk ke ruangan khusus tamu para pemimpin perusahaan.

"Ke sini mau minta maaf?" tebak Robi lantas duduk dan mempersilakan temannya.

"Menurut kamu?" ketus Ibram.

Robi malah tertawa.

"Aku sudah salah sangka padamu," kata Ibram yang sebenarnya gengsi.

"Aku 'kan bilang kalau hanya salah paham. Apa wajahku begitu mengerikan dan menyebalkan sehingga orang-orang mengira aku adalah orang jahat?" Robi memegang pipinya dengan jari jempol dan telunjuk.

"Kamu mau memaafkan aku atau tidak?" Ibram malas berbasa-basi.

"Aku akan memaafkanmu tapi ada satu syaratnya," kata Robi.

"Apa itu?" tanya Ibram.

"Pertemukan aku dengan Annisa," jawab Robi.

Ibram menghela, ia menggelengkan kepalanya secara pelan.

"Ayolah, Bram! Pertemukan aku dengan dia, aku ingin sekali melamarnya!" pinta Robi memohon.

"Tidak mungkin aku yang memintanya!" tolak Ibram.

"Suruh Arumi membujuknya. Aku tidak akan bertemu dengannya sendiri, kalian tetap menjadi saksinya," ujar Robi mengiba.

"Arumi tidak boleh terlalu lelah," Ibram beralasan.

"Memangnya aku menyuruh Arumi menyapu!" celetuk Robi yang kesal dengan alasan sahabatnya.

"Enak saja kamu menyuruh dia!" kesal Ibram.

"Makanya tolong bantu aku bertemu dengan Annisa," mohon Robi.

"Baiklah, nanti aku akan bicarakan ini kepada Arumi. Berdoa saja semoga dia bersedia menemui kamu," ucap Ibram supaya Robi tidak terlalu berharap.

1
Ma Em
Ibunya Nadira ini bagaimana yah bukannya menuntun anaknya kejalan yg baik dan benar malah mengajarkan yg tidak baik sama anaknya apakah Nana itu bkn ibu kandungnya Nadira.
Ma Em
Nana ini mungkin bkn ibunya Nadira kali masa ada orang tua mau menjodohkan sama orang yg sering memukuli anaknya meskipun itu orang kaya.
Ma Em
Luar biasa
Bundanya Nanda AL
wa'alaikum salam mami
Rani Ri
lanjut up thourrr 💪💪💪👍👍👍🥰🥰🥰
Rani Ri
jujur thourrr sebenarnya aku Kurang serkk nadira sama robby ,,aku ingin robby sama anisa di awall cerita bkn nadira
Rani Ri
Aishhh baru membaca lg niy thourrr ,,tadi aku pikir nadira sama malik,,trss anisa sama robby..ternyata aku salah ,,tapi tadi aku berharap begitu,,Hmmm gpp kan authorrr yg buat cerita
Kasma Aisya
ada ya orang tua begitu🤦😏
ida martinah
Hafuch orang luar aja nolongnya ikhlas.....eh simboknya minta diganti...🤦🤦🤦
Kasma Aisya
jangan salahkan tanggapan orang tentang tentang dirimu, karena dirimu sendiri yg membuat orang berfikir jelek tentang dirimu.
Rani Ri
Wahh seruu niy,,malik sama nadira,,robby sama Anisa gituu yea thourrr 👍👍👍🥰🥰🥰
Rani Ri
Nahhh kan ibram salah paham
Mami AL: Iya, Kak. Terlalu cemburu dia😅
total 1 replies
Rani Ri
Waduhhhh ibram salah paham sama roby...gpp rob yg penting kamu gk nyentuh Arumi,,memang jln menuju kebaikan itu byk cabaan yea robb
SayangEmak
lanjut
Nafisyah Bunda Raihan
Nadira sm Malik aza Thor
Robi sm Anissa
biar sm² bs memperbaiki diri
Kasma Aisya
bajumu terlalu seksi neng, tubuhmu terlalu murah kamu perlihatkan SM org
Welas Trianingsih
arumi lg hamil tuh kayaknya 😊😊😊
Asma Nurfadilah
next kak
Welas Trianingsih
semangat 💪💪💪
Mami AL: terima kasih, kak😊
total 1 replies
Bundanya Nanda AL
Aq mampir ya Mami Al
Mami AL: Iya, Bunda.

Terima kasih, selamat membaca 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!